Chapter 7 || FM

36.5K 1.7K 61
                                    

••• Happy Reading •••

Buat kalian yg belum berteman, follow akun aku yuk! Ntar aku follback dh👌😊buat nambah temen.hhe.yg mau aja,gk maksa.




5 tahun kemudian...

Tak terasa, lima tahun telah berlalu. Selama lima tahun ini Kathryn tinggal di Surabaya bersama Neneknya. Dia juga telah memiliki seorang anak laki-laki yang berumur kurang lebih sekitar 4 tahun-an.

Selama tinggal di Surabaya, ia terus belajar mengembangkan hobi melukisnya, hingga sekarang dia telah menjadi pelukis yang terkenal di Surabaya karena karya-karya nya yang sangat bagus dan diminati banyak orang.

Sejak SMA, Kathryn memang hobi melukis, tapi ia tidak mengembangkan hobinya itu. Hingga sekaranglah ia baru mengembangkan hobi dan bakat tersembunyinya itu.

Saat ini Kathryn sedang sibuk melakukan kebiasaannya, yaitu melukis. Untuk kali ini, tidak ada orang yang memberikan kontrak kerja padanya. Jadi, ia memanfaatkan waktu luangnya untuk melatih karyanya agar menjadi semakin indah dan semakin banyak diminati oleh lebih banyak orang lagi.

"Bundaaa!!! Handphone bunda belbunyiii!!!" tiba-tiba terdengar suara seorang bocah laki-laki yang berteriak dari arah kamarnya.

"Bawa sini sayang! Bunda tanggung sedang melukis," jawab Kathryn juga berteriak.

"Ini bun," ucap bocah laki-laki itu seraya menyodorkan Handphone padanya.

"Makasih sayang," ucap Kathryn sambil memberikan kecupan di pipi kanan anaknya.

Setelah itu, ia langsung menggeser tombol hijau di layar Handphone nya dan mengangkat panggilannya.

"Halo, assalamu'alaikum Bu?" ucap Kathryn menyapa.

"Waalaikumsalam, Kathryn benarkah besok kau akan kembali kesini, Nak?"

"Iya, Bu. Besok Kathryn sama Arkan akan pulang ke Jakarta," jawab Kathryn memastikan bahwa besok ia akan kembali ke Jakarta.

"Baiklah, besok ibu akan menyuruh Kakak mu untuk menjemputmu di stasiun. Tunggu, besok kau akan menaiki kereta kan?"

"Iya, kami akan menaiki kereta saja. Karena, ongkos kereta lebih murah dari pada pesawat."

"Oh iya, dimana cucu ibu, Nak? Kabarnya sehat-sehat aja, kan?" tanya Lisa.

"Ada kok bu. Dia sedang memainkan robot mainannya. Kabarnya sehat aja kok! Ibu, Ayah sama Kak Reihan baik-baik aja, kan?"

"Syukurlah kalo dia baik-baik aja. Iya, kami semua baik. Ya sudah, kalau begitu telfon nya ibu tutup dulu ya? Salam buat Nenek disana."

"Baiklah, Bu. Iya, nanti aku bilangin ke Nenek. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Tut.

Sambungan pun di putuskan oleh Lisa.

Setelah berbincang bersama ibunya lewat telfon, lalu ia pun melanjutkan kegiatan melukisnya yang sempat tertunda.

🌿🌿🌿

Seorang pria baru saja memasuki ruangan kebesarannya setelah selesai melaksanakan meeting dengan client nya. Ia membuka jas hitam kerjanya dan menyampirkannya di pundak kursi kebesarannya. Kemudian, ia mendudukan bokongnya di kursi kebesarannya itu.

Wajahnya terlihat masam. Sepertinya, lelaki itu sedang banyak masalah. Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan menampilkan seorang wanita yang masuk ke dalam ruangannya.

"Sayang, temenin aku ke Mall yuk!" ucap wanita itu seraya menghampirinya dan langsung memeluk pundaknya.

"Aku tidak bisa, Cantika. Saat ini, aku harus menyelesaikan masalah di kantor," jawab lelaki itu datar.

Wanita yang bernama Cantika itu mendengus sebal, "Oh, jadi urusan kantor lebih penting dari pada aku? Kekasihmu? Iya?!" ucap Cantika kesal.

"Tidak. Bukan seperti itu, sayang. Kau dan urusan kantor, bagiku sama-sama penting. Untuk sekarang saja, tolong mengertilah! Ada banyak pekerjaan dan masalah yang harus aku selesaikan di kantor. Jadi, untuk saat ini aku tak bisa mengantarmu. Mungkin lain kali aku bisa mengantarmu," ucap Daniel menjelaskan semuanya agar kekasihnya itu bisa mengerti keadaan.

"Ya udah, aku pergi!" jawab Cantika. Kemudian ia pergi meninggalkan ruangan Daniel.

Daniel hanya bisa menghela napasnya dengan gusar. Masalahnya kini bertambah lagi. Tidak hanya masalah kantor, tetapi juga masalah asmaranya dengan kekasihnya, Cantika.

"Dia memang gak pernah mengerti keadaan gue. Baru kali ini, gue lebih mementingkan urusan pekerjaan di kantor dari pada urusan dengannya. Karena gue rasa, selama ini gue selalu lebih mementingkan dia di banding urusan di kantor, tapi dia tetap aja gak terima! Dasar cewek!" umpatnya kesal.

"Aargh!!" umpatnya lagi.

Daniel mengusap wajahnya dengan kasar dan menendang kursi kebesarannya. Ia terlihat sangat sangat frustasi dengan masalah yang di hadapinya saat ini.



To be continue😚

👇tap disini

I'm Sorry [Terbit E-book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang