Chapter 6 || FM

37.3K 1.7K 17
                                    

••• Happy Reading •••

Reihan memberhentikan motornya tepat saat mereka sampai di halaman depan rumahnya. Kemudian mereka turun dari motor dan mulai memasuki rumahnya.

"Assalamu'alaikum," ucap Reihan ketika mereka telah memasuki rumahnya.

"Wa'alaikumsalam wr wb," jawab Lisa lirih. Reihan pun mencium tangan punggung ibunya itu.

"As-salamu'alaikum,bu?" ucap seorang wanita yang baru saja masuk.

Mendengar suara itu, sontak langsung membuat Lisa tercengang. Suara itu,suara yang sangat Lisa rindukan. Suara itu kini telah hadir lagi di indera pendengarannya.

"Kathryn?" panggilnya lirih.

"Ibu?" ucap Kathryn memanggil ibunya. Lalu, ia berlari menghampiri ibunya dan berhambur ke pelukannya.

"Maafkan ibu, Nak! Maafkan ibu!" ucap Lisa sambil sesekali mengecup puncak kepala putrinya itu.

"Iya, bu. Kathryn juga minta maaf. Maaf, aku belum bisa menjadi anak yang baik bu," jawab Kathryn di sertai dengan air mata yang keluar dari pelupuk matanya.

"Sudahlah, lupakan semua yang telah terjadi. Kita harus bisa menerima takdir dari Tuhan, sayang. Dan ibu akan menerima bayi itu sebagai cucu pertama ibu," ucap Lisa seraya tersenyum dan menangkup wajah anak perempuannya. Kathryn mengangguk pelan.

"Bu, aku ingin pergi dan tinggal di Surabaya bersama Nenek. Aku ingin meninggalkan kota Jakarta ini. Aku ingin melupakan semua kejadian yang pernah Kathryn alami disini," pinta Kathryn pada ibunya.

"Nak, ibu harap kau dapat mengesampingkan niat mu itu. Karena perlahan-lahan semua kejadian itu akan terlupakan dengan sendirinya. Jadi, kamu tidak usah pergi kesana ya?" ucap Lisa tidak setuju dengan keinginan putrinya itu.

"Tidak bisa, bu. Rasanya terlalu sulit untuk aku bisa melupakan semua kejadian ini jika aku masih berada disini."

"Hm, baiklah jika itu yang kamu mau. Ibu tak bisa melarangmu. Lalu, kapan kau akan pergi?" jawab Lisa pasrah.

"Secepatnya, bu. Kak, kalo nanti aku mau pergi ke rumah Nenek, Kakak mau kan anterin aku sampai di stasiun?" tanyanya pada Reihan.

"Hm, iya deh. Nanti Kakak anterin," jawab Reihan. Mendengar jawaban dari Kakaknya, sontak langsung membuat Kathryn tersenyum senang.

🌿🌿🌿

Seorang laki-laki terus berjalan mondar mandir kesana kemari di ruangan kamarnya. Ia merasa tidak pernah tenang. Bayangan tentang kejadian malam itu selalu datang menghantuinya. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk menelfon salah satu temannya yang ia percayai akan menjaga rahasia ini rapat-rapat.

Daniel. Ya,laki-laki itu adalah Daniel. Ia mulai mencari kontak salah satu temannya di layar benda pipih berwarna hitam miliknya itu. Lalu, ia pun mulai menekan tombol berlambang telpon di benda itu.

Sambungan pun terhubung.

"Tumben lo nelfon gue Niel. Ada apaan?" suara itu terdengar dari Handphone nya.

"Vin! Lo bisa temuin gue sekarang? Gue pengen cerita sesuatu sama lo! Ini penting banget!" ucap Daniel melalui via telfon dengan Alvin.

"Hm. Gue otw. Lo di rumah kan?"

"Iya, gua di rumah. Cepetan! GPL!" titah Daniel dengan penuh penekanan.

Tut. Daniel pun mengakhiri panggilannya secara sepihak. Tangannya gemetar, badan panas dingin dan perasaan yang tak menentu menjalar di sekujur tubuhnya. Ia terus mondar mandir di dalam kamarnya sembari menunggu kedatangan Alvin.

Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya orang yang di tunggu-tungguinya pun datang.

Alvin membuka pintu kamar Daniel tanpa permisi. Ya, tentu itu adalah hal yang sudah biasa mereka berlima lakukan.

"Sebenernya, lo mau cerita apaan si? Keknya serius banget, lo!" ucap Alvin seraya duduk di pinggiran kasur king size milik sahabatnya itu.

"Lo masih inget gak waktu kita ngerayain kelulusan kita malam itu?" tanya Daniel dengan wajah yang serius.

"Ya masihlah!" jawab Alvin dengan antusias.

"Malam itu, gu-gue gak sengaja bawa si Kathryn ke lantai atas! Dan gue ... Gue ngelakuin itu ke dia, Vin! Waktu itu, gue kebablasan karena gue minum terlalu banyak! Jadi, tanpa sadar gue ngelakuin itu ke dia!" jelas Daniel pada Alvin. Alvin yang mendengar kejujuran Daniel pun menatapnya tak percaya.

"What?!! Serius lo?! Terus sekarang gimana? Apa perbuatan lo waktu itu membuat si Kathryn hamil?!" tanya Alvin.

"Justru itu yang gue pikirin sekarang! Gue gak tau, sekarang dia hamil anak gue apa kagak?" ucap Daniel.

"Hm ... Tapi, apa waktu itu lo pake 'pengaman?" tanya Alvin dengan polosnya.

"Kagak, Vin! Gue kagak pake apa-apa! Gue gak sadar, mana inget sama yang kayak gitu!!" jawab Daniel dengan terlihat frustasi sekali.

"Tolol, lo Niel!" umpat Alvin kesal pada sahabatnya itu.

"Terus gue harus gimana?! Lo punya solusi gak sih?! Gue bingung, Vin! Gue hampir botak karena mikirin ini dari kemaren!" ucap Daniel frustasi. Ralat! Sebenarnya, ia sudah memikirkan hal ini setelah kejadian malam itu.

"Oke, oke! Kenapa lo gak niat buat nikahin dia aja, si?! Kalo lo nikahin dia, masalahnya kan langsung kelar?" ucap Alvin memberi saran.

"Gue kagak mau nikah di usia yang masih sangat muda, Vin! Gue masih pengen nikmatin masa muda gue! Gue gak siap kalo gue harus jadi Papa muda!" jawab Daniel.

"Lah, kalo lo kagak mau nikah muda, ngapain lo rusak anak orang?" umpat Alvin.

"Lo kan tau, gue ngelakuin itu tanpa gue sadar, ogeb!" jawab Daniel.

Alvin menghela napasnya gusar, "Kalo kayak gini, gue juga bingung. Gue kagak tau solusi buat masalah lo yang kali ini. Saran gue, mending lo jujur sama orang tuanya dan lo langsung nikahin dia," ucap Alvin memberikan saran pada sahabatnya itu. Keheningan pun datang melanda mereka, akhirnya mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.



To be continue😚

👇tap disini

I'm Sorry [Terbit E-book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang