Chapter 8 || FM

36K 1.6K 40
                                    

••• Happy Reading •••

Setelah beberapa lama menempuh perjalanan, akhirnya Kathryn dan Arkan telah sampai di stasiun Jakarta. Mereka mulai turun dari kereta dan tinggal menunggu jemputan dari Kakaknya, Reihan.

Tak lama menunggu, akhirnya sebuah mobil taxi pun datang dan berhenti tepat di depan mereka. Kaca pintu belakang mobil taxi itu pun terbuka dan menampilkan seorang laki-laki yang sangat di sayanginya.

"Kak, Rei!" pekik Kathryn ketika kaca pintu belakang mobil taxi itu terbuka dan menampilkan Reihan disana.

Reihan pun tersenyum, "Ayo, cepat masuk!" titah Reihan pada adik dan ponakannya itu. Kathryn pun mengangguk antusias, kemudian ia dan Arkan masuk ke dalam mobil.

"Bagaimana kehidupanmu selama disana, Ryn?" tanya Reihan ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

"Hm, lebih baik. Dan kau tau Kak? Disana aku terkenal dengan karya lukisanku! Banyak orang yang menyukai karya ku. Bahkan, ada yang pernah sampai mengkontrak ku untuk bekerja padanya selama satu bulan," ucap Kathryn menjelaskan kejadian paling mengesankan ketika dia berada disana.

"Wow, selamat ya, dek! Kakak bangga sama kamu!" jawab Reihan seraya merengkuh tubuh mungil perempuan yang notabenenya adiknya itu.

"Thank's, Kak!" jawab Kathryn sambil tersenyum senang.

"Hey ponakanku, apa kau sudah sekolah?" tanya Reihan pada Arkan.

"Belum, om! Alkan belum sekolah. Kata Bunda, nanti kalo Alkan sudah masuk usia lima tahun, balu Alkan sekolah TK," jawab Arkan.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Benar kata Bundamu, kalo sekarang Arkan masih terlalu kecil untuk masuk sekolah," ucap Reihan, kemudian ia mengusap puncak kepala Arkan gemas.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit, akhirnya mereka telah sampai di depan rumah mereka. Kemudian mereka turun dari mobil taxi itu, tak lupa mereka membayar uang tumpangannya pada pak supir. Setelah mereka turun, mobil taxi itu pun kembali melajukan mobilnya dan meninggalkan kediaman Diego Sanjaya.

"Assalamu'alaikum, Bu?" teriak Reihan memanggil ibunya.

"Wa'alaikumsalam wr.wb. Eh, sudah pulang ya? Kathryynn!! Ibu sangat merindukanmu, Nak!" teriak Lisa senang.

Reihan mencium punggung tangan ibunya yang juga diikuti oleh Kathryn dan Arkan.

Kathryn tersenyum senang, "Iya, Bu. Kath juga merindukan Ibu, Ayah, sama Kak Rei juga."

"Eh, siapa anak ganteng ini?" ujar Lisa seraya menangkup pipi kanan Arkan. Arkan pun hanya tersenyum pada Neneknya.

"Gimana kabarnya sayang?" tanya Lisa.

"Baik kok, Nek! Kan bunda ngulusin Alkan dengan baik," ucap Arkan sambil tersenyum dan memandang Ibunya. Tentu ucapannya itu membuat Kathryn terharu.

"Masyaallah, sayang..." ucap Lisa kagum pada ucapan yang di lontarkan cucu satu-satunya itu.


🌿🌿🌿

Malam harinya...

Arkan menatap bintang-bintang kecil yang menghiasi langit di malam hari dari ambang jendela kamarnya.

"Yah.. Alkan kangen sama Ayah," gumam Arkan sambil masih menatap bintang-bintang kecil itu dengan tatapan sendunya.

"Sayang, sudah malam. Kita tidur yuk!" ucap Kathryn yang baru saja memasuki kamarnya.

Arkan membalikkan tubuhnya dan menatap ibunya dengan tatapan sendu.

"Alkan, kangen Ayah, Bun. Alkan pengen ketemu sama Ayah," ucapnya lirih. Sontak ucapannya membuat Kathryn tertegun.

"Sayang, Bunda kan sudah pernah bilang.. Ayah kamu udah gak ada, sayang. Ayah sudah pergi jauuuhhh banget. Bunda mohon, kamu jangan menanyakan tentangnya lagi, ya?" jawab Kathryn.

"Tapi, kalo selama ini Ayah udah nggak ada, dimana pemakaman Ayah, Bun? Alkan pengen doain Ayah supaya Ayah masuk sulga," kata Arkan. Lagi-lagi ucapannya membuat ia tertegun.

"Sudah malam, ayo kita tidur!" ucap Kathryn mengalihkan pembicaraan.

Arkan pun menurut, kemudian naik ke atas tempat tidurnya bersama Bundanya.

"Arkan udah sholat isya belum sayang?" Arkan menggeleng.

"Kenapa? Kok geleng kepala sih?"

"Nggak, Bunda. Alkan lagi males aja, hhe.. Lain kali aja ya, Bun?" ujar Arkan menego.

"Yee.. Dasar! Arkan mulai nakal nih. Tapi lain kali jangan kayak gitu lagi ya? Arkan harus belajar sholat dari sejak kecil. Biar Arkan jadi anak yang sholeh," ucap Kathryn di akhiri dengan mencubit gemas hidung mancung putranya itu. Arkan terkekeh geli.

"Biar kamu nggak jadi orang brandalan seperti Ayah kamu, sayang," lanjutnya dalam hati.

"Hhee, iya Bun."

"Ya sudah, ayo kita tidur! Sudah malam!"

Tak beberapa lama, akhirnya Arkan pun tertidur. Tetapi tidak dengan Kathryn. Ia masih belum bisa tertidur dan malah memikirkan perkataan anaknya yang sangat ingin bertemu dengan Ayahnya yang brengsek itu. Hingga tak terasa, butir air matanya keluar dan membuatnya terisak.

"Maafkan Bunda, Nak! Bunda terpaksa harus bohongin kamu biar kamu nggak terus menanyai dimana Ayahmu. Sekali lagi, Bunda minta maaf sayang," batinnya. Kemudian ia mencium pucuk kepala Arkan lama dan mengusapnya dengan penuh rasa kasih sayang yang besar.




To be continue😚

Thank's for reading💙, and see you in the next chapter👋

👇tap disini.

I'm Sorry [Terbit E-book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang