Oh Ternyata

9 0 0
                                    

Sore ini, Ayra tampak senang sekali. Ia semangat didapur membantu uminya membuat kue. Kata uminya, ada tetangga baru yang kebetulan rumahnya hanya selisih 2 rumah dari rumah mereka. Karena ingin menambah kekerabatan, nanti jika setelah selesai kuenya akan diberikan kepada mereka sebagai ucapan selamat datang.

"Umi, kurang apa lagi ini? " tanya ayra kepada uminya
"Emm, kurang dihias ini ra. Kamu olesi mentega,lalu beri topping meisis sama keju parut ya. Itu mentega,meisis sama kejunya umi taruh di rak". Jawab umi ayra sembari menyuruh ayra memberikan topping untuk kue yang mereka buat.
"Okee umi siap laksanakan".

Ayra pun menghias dengan rapi kue brownies kukus yang masih panas tersebut. Tak lupa ia pun menaruhnya ke dalam mika persegi panjang yang tadi sudah disiapkan uminya.

"Sudah selesai umi"
"Alhamdulillah.. Cantik sekali browniesnya. Seperti yang menghias"
"Ehh, umi apaan, ara jadi malu kan.. "
"Yaa memang putri umi kan cantik, seperti uminya. Hehehehe".
"Waa ternyata ujung-ujungnya kayak gitu wkwk".
"Iyaa dong hehe. Kamu segera mandi ya nak. Nanti kamu antar browniesnya ini ke tetangga baru kita".
"Oke umi, ara mandi dulu".

Ayra pun bergegas mandi dan berganti pakaian. Tak lupa ia menyisir rambut, mengikatnya, dan mengenakan khimar instan nonpad warna biru kesukaannya. Seperti biasa, ia juga selalu mengenakan dress ketika keluar rumah. Kalaupun pakai rok, itu cuma waktu sekolah saja.
Karena memang sudah terbiasa dari kecil, jadi ia tidak merasa aneh ataupun malu jika harus dibilang tidak gaul, tidak keren, maupun disebut mirip ibu-ibu karena kemana-mana sering pakai gamis.

Baginya, muslimah itu harus benar-benar menjaga aurat sebagaimana mestinya. Karena pakaian seseorang, menggambarkan kadar rasa malu orang tersebut.

Gamis biru dongker dengan khimar instan biru muda, ditambah flatshoes putih membuat ayra semakin anggun. Ia pun menuruni tangga dan menemui uminya di dapur.
"Umi,  Ara sudah siap".
"Wah, cantik sekali putri umi. MasyaAllah Tabarakallah".
"Aamiin, doakan ya umi supaya Ara bisa cantik lahir dan batin".
"Iya sayang, in syaAllah". "Sudah gih itu diantar ke tetangga sebelah keburu maghrib".
"Oke umi, Ara berangkat sekarang ya. Assalamu'alaikum". (Ayra berpamitan seraya membawa kantung plastik berisi brownies yang tadi ia buat bersama uminya).
"Iya cantik, wa'alaikumussalam".

Ayra pun berjalan menyusuri trotoar di depan rumahnya. Dua rumah terlampaui, tandanya ia sudah sampai di rumah tetangga baru yang ia tuju. Rumahnya berada di sisi selatan, menghadap ke utara. Jika diperhatikan, kamar Ayra yang berada dilantai dua, bisa terlihat dari sini.

Tak ingin banyak membuang waktu, Ayra pun berjalan menuju pintu. Ia mencoba memencet tombol bel beberapa kali, namun tidak ada sahutan. Ia pun mencoba mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
"Tok tok tok!! Assalamu'alaikum.. Permisi"
Setelah beberapa kali, akhirnya pintu pun terbuka.
"Wa'alaikumussalam Warahmatullah, iya ada yang bisa saya bantu?". Ucap seorang pemuda tinggi, berkulit putih, dengan mengenakan kemeja abu-abu.
"Maaf kak, maksud saya datang kesini disuruh umi nganter brownies. Katanya, sebagai ucapan selamat datang buat kakak dan keluarga". Tutur Ayra sambil menyerahkan brownies kepada pemuda yang ada di depannya tersebut. Dalam hati, ia gugup, karena tidak biasa harus berhadapan langsung dengan laki-laki yang bahkan belum pernah ia temui.
"Wah terima kasih banyak ya, jadi ngerepotin nih". "Kamu rumahnya sebelah mana?".
"Nggak ngerepotin sama sekali kok kak". Rumah saya di sebrang sana kak. Selisih dua rumah dari sini. Itu, kelihatan dari sini kak".  Jelas Ayra sambil menengok dan menunjukkan jarinya ke arah rumahnya.
"Oo itu ya". "Terima kasih ya buat browniesnya". Sampaikan salam kakak dan keluarga buat umi dan keluargamu juga".
"Sama-sama kak, iya in syaaAllah". "Saya permisi ya kak, Assalamualaikum".
"Wa'alaikumussalam".

Ayra pun pamit dan kembali berjalan menuju rumahnya. Tapi, beberapa detik, ketika sampai di depan gerbang Ayra berhenti. Ia kaget mendapati laki-laki yang ada di depannya.
"Loh, kamu?? kok ada disini? Ada perlu apa? "
Tanya laki-laki itu dengan posisi berdiri tidak jauh dari Ayra. Tampak di tangan kirinya memegang satu kantung plastik. Sepertinya ia dari minimarket.
"Eh, iya ini tadi disuruh umi buat nganter brownies katanya ada tetangga baru".
"Oh, gitu". "Kamu yang tadi disekolah kan?"
"Iya" jawab Ayra singkat, padat, dan jelas.
"Ehiya tadi kayaknya waktu perkenalan di kelas aku belum tanya nama kamu". "Kenalin, aku Aldo". Ucap pemuda tersebut sambil mengulurkan tangan kanannya.
"Eh maaf, aku Ayra" jawab Ayra sambil menelangkupkan kedua tangannya.
"Oke Ayra salam kenal ya."
"Maaf aku permisi ya, takut dicariin umi".
"Oh, ya silakan"
"Assalamualaikum" Ayra mengucap salam sambil berjalan tergesa-gesa.
"Waalaikumussalam". Jawab Aldo, pemuda seumuran Ayra yang juga merupakan teman baru dikelas, dan tetangga baru Ayra.

"Astaghfirullah.. Kenapa ketemunya ikhwan semua sih. Ishh malu". Gerutu Ayra. Sesampainya dirumah, ia pun mengucap salam dan menceritakan hal tersebut kepada uminya.
"Assalamualaikum Umi.. Ayra malu".
"Wa'alaikumussalam, ehh, malu kenapa sayang? "
"Itu umi, tetangga baru kita"
"Kenapa emangnya? "
Ia pun menceritakan kejadian yang barusan ia alami dari awal mengantar brownies sampai saat pulang.



Menjagamu di Akhir Sepertiga MalamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang