Episode 27

15 0 0
                                    


Sebuah serangan menyakitkan, yang seolah seperti hantaman benda keras di dalam kepala. Membangunkan Ariel seketika.
Dia terengah engah karena tercekat, wajah pucatnya bersinar terkena pantulan cahaya matahari dari kaca jendela kamar. Tampak lepek dibasahi keringat dingin.

Ini pasti efek kelelahan semalam, bersama Amora di bawah derasnya air hujan.

Ingin teriak rasanya.
Segera ia bawa diri yang nyaris hilang sadar ke dalam kamar mandi, mengurung diri dan Ariel lepas erangan namun berusaha pula ditahan, serentak ambruknya tubuh.

Masih merintih, menahan segala siksaan yang menyerang isi kepalanya bertubi-tubi. Tapi dia tidak bisa.
Erat mata Ariel terpejam, tulang rahangnya sampai mengencang, menciptakan bunyi bergemerutuk.

Jari jarinya kencang meremas segala apa yang ada di sekitar, ya Tuhan... kapan rasa sakit ini menghilang? Alunan napas berat masih terengah. Lirih batinnya bergumam meminta keringanan. Meskipun dia sadari rasa sakit itu seperti tak mau mereda.

Bisakah membiarkan Aku pingsan? Kembali batinnya membuat permohonan. Tapi seolah raganya masih sanggup melakukan perlawanan, hingga keinginannya untuk sejenak saja tak sadar, tak diperkenankan.

20 menit lamanya, Ariel bergulat dengan rasa sakit. Luar biasa efek lelah yang terasa, namun baiknya siksaan itu pun memudar sedikit demi sedikit.
Hembus napas berat mengalun satu demi satu, badannya yang telah basah penuh peluh kini lunglai.
Bersandar lemah dia pada daun pintu, dengan pandangan layu yang kosong terkatup katup perlahan. Menikmati sisa sisa sakit yang mendera.

~~~

Di ruang makan, terlihat Vemas begitu takjub. Dia tampak seperti baru pertama kalinya diberi kejutan yang begitu istimewa.

Kebiasaan Davina di setiap tahun, merayakan hari kelahiran Anaknya dengan menghidangkan makanan yang nantinya akan dinikmati bersama sama oleh penghuni rumah, tanpa terkecuali.

Senyum lebar di bibir pucat Ariel yang mengering, tersungging.
Saat memperhatikan cara Mamanya memanjakan Vemas hari ini.
Memang, sudah sepantasnya sebagian dari dirinya harus merasakan juga bahagia, setelah sekian lama hidup tak jelas tanpa kehadiran keluarga yang sesungguhnya.

Lalu, apakah ini jawaban sebuah pertanyaan yang belakangan ini sering mengganggu pikiran?
Ariel menunduk pasrah, mau tak mau mengiyakan.
Mungkin bisa saja kembalinya Vemas ke tengah-tengah mereka, adalah cara Tuhan untuk menutup kekosongan suasana di rumah ini, bila nanti penyakitnya membawa dia untuk pergi.
Tuhan begitu baik, telah mempersiapkan sesosok pelipur lara untuk Mama kala suatu hari, isi rumah ini kehilangannya.

***

Semoga, hadiah ini bisa membawa suasana membaik kembali. Setelah semalam perangai liarnya mengacaukan momen yang seharusnya bisa berjalan lebih bahagia.

Amora berdiri dari kejauhan, tampak cantik dengan gaun berwarna coklat. Menderaikan tawa kecil menyaksikan Ariel diserbu habis habisan oleh teman teman Kampusnya.
Lemparan tepung dan tembakan air warna warni, mengepung Ariel yang kewalahan.
Dia dibuat terlihat mirip potongan ayam, yang siap dicelup ke penggorengan.
Riuh tawa yang gembira di sana menular pada Amora, yang masih setia menanti ritual kejutan ulang tahun itu usai.

~~~

Di tempat yang berbeda, Claudia pun menebarkan senyum dan kekehan turut gembira. Melihat Ariel bahagia di hari lahirnya.

Sebuah kotak kecil, terbungkus kertas kado warna biru langit, tergenggam manis di sebelah tangan.

Kini dia sadari rajuknya memang begitu keterlaluan, sangat egois hingga tak sedikitpun memberi Ariel kesempatan.
Akhirnya setelah semalaman merenung, Claudia coba menepikan segala apa yang menyebalkan dari Ariel. Mungkin ia harusnya lebih memfokuskan diri untuk mengingat kebaikan yang telah Ariel lakukan.
Sebentar lagi, Ariel pasti akan datang menemuinya.
Claudia telah berencana untuk melakukan hal terbaik jika Lelaki itu hadir, nanti. Tidak ingin lagi ia bahas masalah yang sempat membuat hubungan mereka jadi kurang baik.

Love And FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang