Episode 26

16 0 0
                                    

Malam reuni itupun terus berlanjut, mengabaikan masalah di antara Amora dan Ariel.
Hingga tiba di akhir acara, yang akan ditutup oleh penampilan Ariel and the Genk, sebuah Band paling populer di SMA di masa itu. Di sebuah panggung mini, yang diset sedemikian rapi.

Bisa kau dengarkan aku? Coba pahami aku? Kita tak bisa bertahan, kita tak bisa menahan.
Kau pegang arahku, coba tunjuk langkahku.
Aku tak bisa bertahan, aku takkan menahan.
Dan hilang semua impianku, hilang semua harapanku, hilang bersama resahku, hilang terbawa arah.
Perhatikan jejak langkahku.
Bersama harga diriku.
Serendah rendah namamu.

Sebuah lagu dengan hentakan musik membawa semangat, berhasil mencerahkan setiap pandang mata yang sempat terbuai kantuk.
Kini tampak segar kembali, saat mereka menyaksikan dan menikmati peforma Ariel and the Genk, yang tampil begitu memukau.

Hanya Amora yang gelisah, karena tiap penggalan lirik lagu yang Ariel nyanyikan, seolah ditunjukkan kepadanya. Tepatnya menyindir.

Dan hilang. Seperti membuka mata hati yang telah buta oleh cinta.
Cinta kepada dirinya yang ternyata telah lama Ariel biarkan menghilang bersama perginya Amora.

***

Tepat tengah malam, saat Pesta Reuni masih berjalan seru. Ariel lebih memilih untuk meninggalkan acara itu.

Buru buru langkah kakinya menuju tempat parkir.
Lihatlah, langit malam yang mendung telah menitihkan titik titik gerimis. Tak hanya itu, sebenarnya ada suatu reaksi tak nyaman yang mulai terasa di sekitaran kepalanya.

"Riel!"

Suara Amora memanggil, Ariel menghela napas jenuh. Setelah sebelumnya meringis seperti menahan sakit.
Batinnya menggumam sebal, tidak cukup jelaskah sikap yang telah ditunjukkannya tadi?
Tapi mungkin ada baiknya jika dihadapi, sebelum lebih jauh lagi ia menghindari.
Sejenak Ariel mengurungkan niat untuk pergi.

Diamnya Ariel di tempat, membuat Amora senang namun salah kaprah. Insting perempuan itu terlalu dibuat buat, percaya dirinya juga begitu tinggi.
Sumringah ia, lalu berlari kecil menghampiri.

"Kamu mau pulang?" Tanyanya kemudian.

Ariel datar, respon yang dia beri hanya sekedar anggukan. Tapi tetap saja bisa membuat Amora tersenyum lebar, kegirangan.

"Aku, boleh minta waktu kamu sebentar? Aku pengen ngobrol, please." Lanjutnya, penuh harap.

Sebenarnya keberatan, tapi Ariel berharap semoga setelah menyanggupi mungkin saja Amora bisa belajar untuk lebih mawas diri.

~~~

Posisi berpindah kini, ke sebuah kursi halte, tepat di seberang gedung sekolah.

Ariel duduk salah tingkah dengan perasaan serba salah.
Kenapa begini rasanya, jika cinta sudah hilang tak bersisa?
Malah jadi gundah gulana jika duduk berdua.

Tapi Amora masih sanggup memandangi, seolah tanpa jemu.
Dia rebahkan kepalanya di pundak Ariel, dan jemarinya mengelus punggung tangan Ariel yang sejak tadi bergerak gerak tak bisa diam.

"Happy birthday." Bisiknya, tepat di telinga kanan Ariel.

Mendengarnya, bulu kuduk Ariel meremang.
Sekaligus menyadarkan, ternyata usianya telah berkurang.
Claudia dan Amora telah datang seolah melengkapi cerita hidup di usianya yang baru.
Akan seperti apa nanti yang terjadi? Masih menjadi misteri.

Love And FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang