Episode 3

41 5 0
                                    

Karma, Kenangan dan Jatuh Cinta.

Rada rada malu si, dikit.
Tapi apa mau dikata? Sekarang, ngapain donk gue?
Gini gini doank, jalan ngelilingin koridor, berenti bentar, sambil ngecek layar HP, nyender di balkon.

Buset! Udah ganti lagi aja ni wallpaper layar HP, tanpa sepengetahuan gue, hihi...
Padahal sendirinya punya HP, masih aja iseng ganti ganti WP HP gue. Ckck.
Gaya lu, Mba... Mba. (gaya selfi Rachel di layar wallpaper handphonenya membuat terkekeh). Maaf ya, Mba...


Begitulah, jika kesalahan sudah mendapat balasan. Penyesalan baru terasa belakangan.
Kira kira, sekarang Rachel sedang apa? Pemuda itu coba menerka. Meluangkan waktu sambil menunggu pelajaran lain tiba, Ariel akhirnya pilih menghubungi Kakaknya.

Dengan niat mengajak kakaknya berkomunikasi, sebelum kata inti mengantarkan permintaan maaf.
Mungkin Rachel akan meledeknya nanti, tapi tak apalah daripada sepi.

Kriiiinnggg!!!

Deringan cukup keras, mengusik keseriuasan Rachel saat ia sibuk menata baju baju jualannya di rak.

Satu dua orang pelanggan tampak tengah memilih milih, diawasi oleh seorang pegawai yang ramah melayani.

Lari kecil Rachel melaju ke meja tempat telepon genggamnya tergeletak, sigap meraih, tersenyum dia saat melihat nama Adiknya tertera di layar itu,

"Jam segini masih bisa telpon, pasti ga kuliah deh, ni anak." Gumamnya terkekeh.

---


"

Hallo... Ada apa Adikku si tukang tidur?"


Nada suara itu terdengar mengejek, namun bisa membuat Ariel terhibur.

"Kenapa?" Rachel di seberang sambungan telepon, kembali bertanya. Karena Ariel masih diam saja.


"

Gue kesiangan, ga bisa ikutan mata kuliah. Diusir pula dari kelas sama Pak Benny! Apes." kesahnya lugu.


Rachel tertawa gelak, respon itu sontak membuat Ariel merengut sebal.

"Seneng banget ketawanya?"

Rachel masih saja tertawa dari dalam speaker handphone, Ariel akhirnya pasrah membiarkan Kakaknya menang dengan lepasnya tawa ledekan itu. Mungkin memang begitu semestinya yang harus ia terima.

"Makanya, kalo dibangunin tu bangun. Jangan ngeyel. Hahah! Ooo tayaaang, kaciaann!" goda Rachel lagi, masih terkekeh.

Ariel hela napasnya, masih sebal tapi menyesal. Biasanya ia akan tersenyum sambil menggaruk hidung, ciri khas sederhananya yang menggemaskan. Bahkan mampu menebar pesona, melihat dia bicara sambil tertawa dapat menciptakan bahagia...

---


Hey Ariel, lihat aku disini...

Love And FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang