Episode 17

18 0 0
                                    


Dalam kondisi masih terkejut, langkah Rachel berhenti sejenak di depan pintu kamar itu.
Memastikan apa yang sedang terjadi di dalamnya.
Pelan pelan, dia pun membuka pintu. Kaget dan bingung saat melihat, mengapa Ariel yang duduk bersimpuh di sana, dengan sebelah tangan hendak menyayat pergelangan tangan yang lain, menggunakan sebuah pecahan kaca.
Bagian tubuh langganan kebanyakan orang depresi, melakukan percobaan bunuh diri.

Rachel terhenyak, seraya cepat menghampiri, dia tendang tangan Adiknya hingga hal bodoh yang akan dilakukan tak terjadi.

"TOLOL!" Jerit Rachel, refleks memberi tamparan kencang ke pipi, lalu mendorongnya kesal hingga terjengkang "Mau ngapain lu, hah?"

Vemas diam perlahan melirik tajam pada Rachel, tatapannya mengisyaratkan tidak suka. Entah setan emosi apa yang sedang menguasai, Vemas lantas bangkit dengan geram dan balik mendorong Rachel sampai terlempar dan jatuh menghantam ujung meja kamar.

Kucuran darah dari pelipisnya yang terluka, membuat Rachel panik dan menjerit-jerit.
Dia ketakutan, karena setelah itu Vemas makin beringas dan merusak segala apa yang ada dalam ruangan.

~~~

Kegaduhan yang terdengar mengundang Ariel datang ke tempat kejadian...
Cemas dia melihat Rachel terduduk lemas dengan napas terengah, lengkap dengan luka parah di area wajah.

Siapa yang berulah? Mata Ariel terfokus pada... Ariel terperangah, bukankah itu dirinya? Ada apa ini? Bingung menyerangnya.
Segera saja dia hampiri Rachel, buru buru menyelamatkan Kakaknya dari amukan seseorang yang seperti duplikasi diri.

Tapi belum sempat Ariel sampai pada Rachel, orang itu juga menyerangnya dengan lemparan barang barang yang ada.
Akhirnya Ariel terpancing emosi, dengan berani untuk membela diri dihadapinya amukan itu dengan perlawanan.

Ariel pukuli Vemas sekenanya, seraya meluapkan kesal dan kebingungannya.

Tak ada yang melerai mereka, Rachel pun hanya bisa memperhatikan diliputi tegang, antara rasa percaya dan tidak percaya, dia merasa ini mimpi tapi nyata terjadi.

Hingga kemudian Papa dan Mamanya datang, memisahkan Vemas dari amukan Ariel yang menggebu gebu.
Dalam hitungan menit, habis Vemas.
Babak belur karena tak mampu melawan.
Biar sudah tak sanggup melawan, tapi Ariel tetap memukulinya dengan geram.

Mama yang tak tega, buru buru menolongnya, membantu Vemas untuk bangkit dan menjauh dari Ariel.
Namun rupanya, Ariel belum puas juga memberi pelajaran walau Papa terus menahan ia dalam dekapan.

Ariel masih saja berusaha keras, memberontak dari Papanya. Sudah terlanjur kalap dia.

Papa sampai kepayahan menenangkan perangai Ariel yang demikian kasar dan liar, hingga harus memicu rasa ikutan kesal. Dan cara kasar jugalah yang terpaksa dilakukan agar Ariel sadar dan menyudahi amukannya.

Dengan paksa, Papa membalikkan tubuh Ariel ke hadapannya serentak tamparan keras mendarat ke pipinya berulang-ulang, membuat Mama dan Rachel terkesiap tak menyangka.

Ariel tertegun, terbelalak menatap Papanya tidak percaya...
Tamparan itu mulai menimbulkan rasa perih dan panas kini.
Satu senyuman kecewa, terukir dibibirnya yang berdarah, teruntuk Papa.

Susana di ruang itupun mendadak hening, namun masih dipenuhi ketegangan.

"Setelah pergi segitu lamanya, ternyata ini oleh oleh buat aku dari Papa? Wow... Terimakasih, Pa..." Seru Ariel menyindir.

"Kamu kesetanan! Bisa mati saudaramu kalau Papa biarkan!" Sentak Papa dengan nada suara tinggi.

"Rachel juga bisa mati kalo aku diem aja!" Tak kalah keras. Papa terdiam sambil memelototinya.

Love And FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang