Gio masih menatap Vivian dan kemudian mengucapkan beberapa kalimat kepada Bimo dan berjalan menuju Vivian.
"Gi, aku sudah bilang-" ucapan Vivian terhenti ketika Gio menutup mulut gadis itu. Akan lebih baik jika gadis itu tidak berbicara untuk saat ini.
"Aku akan menunggumu" ucapnya dan melepasnya tangannya yang menutup mulut gadis itu.
"Tidak per-"
"Tidak menerima penolakan. Titik" ucap Gio final dan berbaik menuju teman-teman karate nya. Ohh ia sangat tidak suka ketika gadis itu menolaknya karena merasa tidak enak.
Gio telah pergi bersama temannya dan tersisa lah Arsen dan Vivian yang saling diam menatap kepergian Gio dkk.
"Kalian masih dekat ternyata" ucap Arsen dengan nada yang sulit dijelaskan, entah nada apa itu, namun cukup membuat orang lain salah paham jika mendengarnya termasuk Vivian.
Beruntunglah ia sudah terbiasa dengan nada itu, jadi ia tak perlu lagi terbang ke langit tertinggi hanya karena mendengar nada itu lagi.
"Tentu saja, bocah besar itu akan kesulitan tanpa ibunya" ucap Vivian seolah ia adalah ibu Gio.
"Kau terlalu buta Vi" gumam Arsen hamper tidak terdengar
"Kau bilang apa?"
"Tidak ada. Bersiaplah, sebentar lagi mereka akan sampai disini"
"Apakah ada ruang ganti?"
"Sayangnya tidak ada, tapi ada satu kelas kosong disana, tim properti meletakkan barang mereka disana. Dan ini kuncinya" ujar Arsen sembari menyerahkan kuncinya.
"Thank you. Aku ada didalam sini, beri tahu aku ketika mereka sudah datang"
Vivian kemudian berlalu kekelas dimana tim dari acara pembukaan tengah menyiapkan semua hal.
Vivian menatap kosong kepada para panitia yang tengah sibuk mondar mandir sedari tadi. Vivian merenungkan bagaimana Arsen bersikap padanya.
Dia dan Arsen adalah dua orang yang saling tidak mengenal pada awalnya. Bahkan mereka berbeda jurusan. Walaupun sama dalam rumpun teknik, tapi berbeda jurusan.
Awal pertemuan mereka adalah ketika ospek dikampus, disaat ia dan Arsen terlibat masalah. Ketika Arsen berhasil menarik minat senior perempuan dikampus mereka. Dan ia berhasil mengacaukan fantasi senior perempuannya itu. Berterima kasihlah kepada kebodohannya saat itu.
Para senior yang kekurangan pekerjaan itu menjadikan ia dan Arsen sebagai pusat perhatian, dimana ia harus menyanyikan Arsen sebuah lagu cinta dan Arsen yang harus membelikan balon penuh kata cinta untuk diberikan padanya. Thanks to that, ia dan Arsen terkenal seantero kampus.
Disanalah, ia dan Arsen menjadi kenal dan bahkan terlalu dekat untuk orang yang baru pertama kali bertemu.
Senior wanita itu menginginkan dirinya berhasil membuat Arsen tertawa, bahkan bisa bergaul dengan yang lain, dan jika ia gagal, berdoalah untuk momen memalukan yang akan ia dapat.
Vivian yang tentu saja bingung dengan situasi ini, hanya menurut layaknya junior yang patuh. Ia mati-matian, ehh terlalu berlebihan, tapi dia menganggap Arsen sama dengan Gio dan ia mencoba membuat Arsen lebih hidup dari pertama mereka bertemu.
Dan tentu saja, usahanya memakan waktu. Arsen sungguh sulit didekati, ia bahkan bagaikan seorang ibu yang mengabsen anaknya tiap hari.
Disanalah mereka berdua, perlahan mulai dekat, hingga Arsen berhasil tertawa ditengah kerumunan yang tak ia kenal.
Tapi hati Vivian berkata lain, ia mulai menganggap Arsen sebagai seseorang yang mampu mengetuk pintu hatinya. Dan disanalah kesalahannya, ia membuka hatinya terlalu cepat hingga ia menutup hati itu dengan cepat pula.
Vivian dan Arsen menjadi topik hangat ketika mereka bahkan dekat seperti tidak terpisahkan. Tentu saja, hal ini sampai ke telinga Gio, Gio meradang bahkan ingin menghajar Arsen karena mengambil Viviannya.
Namun niatnya tak terwujudkan ketika ia melihat Vivian menangis sore hari itu di gedung jurusan mereka.
"Vi"panggil Gio lemah karena kaget seorang Vivian menangis.
"Gio"ucap Vivian dengan air mata yang mengalir di pipi indahnya
"Vivian, ada apa?"
"Gi, aku bodoh"
"Ha?"
"Aku membuka hatiku terlalu cepat Gi"
"Vi-"
"Dan menutupnya terlalu cepat"
"Jangan bilang ini mengenai Arsen?"
"..."
"Aku akan menghajarnya"
"Gio"tahan Vivian, ia tak ingin kedua orang ini bertengkar karena dirinya.
"Lepaskan Vi"
"Please, Gi. Just let him go"
"Vi, dia si culun itu membuatmu menangis"
"Gi, aku yang salah"
"Kau tidak salah Vi, dia yang mempermainkan perasaan mu"
"Aku bodoh, Gi"'
"Kau tidak"
"Iya, aku bodoh"
"Kau-"
"Gi, anggap lah kau tidak melihatku hari ini"
"Ken-"
"Cukup kau yang mengetahui kebodohanku ini, aku tak ingin orang lain mengetahui kebodohanku ini"
"..."
"Promise me?"
"Ya"ucap Gio meyakinkan Vivian. Dan ia menghabiskan sore itu untuk memeluk dan menenangkan Vivian.
Dan akhirnya Gio tahu, penyebab Vivian menangis adalah hati Vivian telah terbuka untuk Arsen disaat Arsen telah memiliki kekasih, ia mengetahuinya secara tidak sengaja ketika ia melihat chat mereka berdua.
Pada hari itu Arsen sedang badmood, dan Vivian berhasil membuat amarah itu keluar dari Arsen dengan dirinya sebagai sasaran kemarahan itu.
Sejak hari itu, Gio tidak meninggalkan Vivian barang sedikitpun, dan ia juga menghajar Arsen karena membuat Vivian menangis, dan masalah ini hanya antara mereka berdua.
"Vi"
"Vi"
"Vivian"
Vivian tersentak dari lamunannya dan menatap seseorang yang memanggilnya. Itu Arsen.
"Mereka sudah datang?"
"Ya, mereka tengah meletakkan pakaian dan make up Hana di kelas itu"
"Baiklah aku kesana" ujar Vivian kemudian berlalu menuju kelas yang ditunjukkan Arsen tadi.
Ia melihat pintunya telah dibka, berarti mereka juga mempunyai kuncinya.
"Hai" sapa Vivian begitu masuk dan melihat mereka tengah menghidupkan lampu dan memasang tirai penghalang.
"Hai, Vi. Ini baju Hana. Hana titip pesan, jangan kuncir rambutmu Vi, biarkan kami menatanya nanti" ucap salah seorang dari mereka. Ahh disana ada Bunga.
"Baiklah terserah kalian" ucap Vivian dan membiarkan mereka mengatur ruangan itu.
Saatnya bersiap untuk acara ini. Lupakan Arsen dan Gio yang akan menganggunya hari ini.
Hey aku kembali, ini hanya sekedar cerita kecil yang ingin aku tulis saat ini.
BTW, aku sedang menyiapkan cerita Baru, so stay tuned and wait for me alright
Enjoy
Salam MeNakari
Jangan VFC, VOTE FOLLOW COMMENT
😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
VAG
RandomMengenai cinta segitiga yang rumit disaat tak ada yang mau mengalah Ketika persahabatan Dan kenyamanan bercampuf aduk di kehidupan. Ketika kau lebih memilih mengabaikannya agar semua tepat pada tempat nya. Sayang, semua perubahan akan terjadi ketika...