Tanpa terasa mereka sudah mencapai gedung jurusan mereka, tempat dimana acara dilaksanakan.
"Gi, pulanglah" ucap Vivian begitu memasuki gedung bersama Gio.
Tak mungkin ia menahan Gio hingga acara ini selesai.
"Aku akan-"
"Aku serius kali ini. Pulanglah, adikmu pasti memikirkan kakaknya" potong Vivian karena tahu apa yang akan diucapkan laki-laki itu.
Gio memiliki adik yang begitu menyanyangi nya, jika itu termasuk memukul kakaknya setiap pagi agar bangun, marah-marah kalau kakaknya selalu pulang terlambat, dan selalu mengejek kakaknya.
Jika itu yang dimaksud menyanyangi, maka Nara menyanyangi Gio. Jika bukan mungkin sebaliknya.
"Ibuku ada dirumah" ucap Gio memberitahu Vivian jika ada ibunya, maka Nara takkan berbuat usil padanya.
"Wahh, bagus. Salam untuk Tante Dira." respon Vivian bersemangat.
Keluarga Gio telah mengenal Vivian sejak mereka SMA, dan Vivian selalu menyukai jika ibu Gio, Tante Dira ada dirumah. Karena tante Dira selalu bersikap padanya seolah ia memang bagian dari keluarga Gio.
Vivian kadang kesepian, harus hidup sendiri. Bukan berarti hubungan dikeluarganya tidak baik, sangat baik malah, namun semuanya memiliki kesibukan dan prioritas masing-masing.
Dan sudah sewajarnya ia menghormati dan mendukung pilihan keluarganya, rasa yang ia rasakan ketika mereka tidak ada bisa ditembus jika suatu waktu mereka kembali, ke sisinya.
"Ya" balas Gio singkat, padat, jelas.
"Maka pulanglah Gio. Ibumu pasti mengira aku menyulikmu" nasehat Vivian walaupun tak mungkin Tante Dira akan beranggapan seperti itu.
"Ibuku takkan keberatan jika itu kau" ucap Gio berdasarkan fakta.
Ibunya takkan keberatan jika itu untuk Vivian, bahkan jika disuruh memilih, maka ibunya akan memilih Vivian sebagai anaknya, daripada dirinya sendiri.
Karena sewaktu ia mengandung Gio, ia memimpikan anak perempuan, namun yang terlahir adalah Gio. Karena hal itu, ibunya lebih memilih Vivian sebagai anak dari pada dirinya.
"Tapi aku yang keberatan jika harus menyulikmu. Ayolah, pulang sana" dorong Vivian mencoba menyuruh Gio pulang. Sungguh tak mungkin ia menahan Gio untuk menunggu.
"Baik baik aku pulang" ucap Gio menyerah. Vivian sangat keras kepala, maka tak ada gunanya ia membantah. Toh Vivian hanya ingin dia menghilang dari hadapannya.
"Bagus"
"Kau harus segera pulang jika sudah selesai" Gio mulai dengan nasihatnya yang takkan pernah habis.
Bagi Gio, Vivian seperti anak kecil. Karena Vivian adalah anak yang ceroboh, polos, bodoh jika dihadapkan dengan orang-orang, canggung, dan masih banyak lagi kekurangan anak itu. Yang berhasil membuatnya selalu khawatir jika meninggalkan anak itu sendiri.
"Hmm"
"Jangan kemana-mana. Jangan bicara dengan orang tak dikenal"
"Hmmm"
"Mintalah panitia yang lain mengantarmu"
"Hmmm"
"Jangan berani-berani pu-"
"Pulang sendiri, kan? Iya iya Gio. Sana pulang"
"Baiklah, aku pulang"
"Ya, salam untuk tante Dira"
"Ya"
Dan mereka pun berpisah. Gio menuju ke lapangan parkir, dan Vivian naik keatas untuk melanjutkan tugasnya. Tapi ia cukup mengantuk sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
VAG
RandomMengenai cinta segitiga yang rumit disaat tak ada yang mau mengalah Ketika persahabatan Dan kenyamanan bercampuf aduk di kehidupan. Ketika kau lebih memilih mengabaikannya agar semua tepat pada tempat nya. Sayang, semua perubahan akan terjadi ketika...