S A T U

524 104 95
                                    

Di sebuah rumah besar terdapat satu keluarga yang hidupnya sangat bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah rumah besar terdapat satu keluarga yang hidupnya sangat bahagia. Dengan di berkahi tiga anak dua laki - laki dan satu perempuan sukses membuat suasana semakin ramai.

Apalagi dengan keusilan anak pertama yang suka menjahili adiknya dan anak kedua yang selalu mengadu dan mengejek sang kakak.

Tiada hari tanpa berantem dan itu terjadi hampir setiap jam apalagi kalau malam hari. Suasana di ruang tamu penuh suara anak pertama dan anak kedua yang saling mengejek satu sama lain.

Mereka adalah keluarga Abhivandya lebih tepatnya Aideen, Vanya, Elvano, Aurora dan si bungsu Gio yang lebih sering di panggil oleh Elvano Devi (Devian) karena ingin membuat adiknya kesal dan Aurora yang memanggil goa.

Sungguh keluarga yang bahagia bukan? Aideen dan Vanya harus banyak bersabar tiap hari karena kelakuan dari ketiga anak mereka.

Dengan Elvano dan Aurora yang kalau akur selalu mengejek Gio dengan panggilan Devi dan juga goa. Dengan berakhir Gio yang menangis dan berlari ke pelukan Aideen.

Seperti saat ini Vanya yang sibuk menata sarapan di atas meja makan mendengar teriakan Aurora yang memanggil Elvano.

"Woi Bang kaos kaki gue mana elah. Lo maling lagi ya" teriak Aurora sambil menggedor-gedor pintu kamar Elvano.

"Berisik kampret" teriak Elvano dari dalam kamar menjawab teriakan Aurora.

"Abang!!" ucap Aideen menatap dingin ke arah Elvano yang baru saja keluar dari kamarnya dan Aurora yang berlalu pergi ke arah Vanya dengan wajahnya yang cemberut.

"Hehe maaf Yah. Abang kelepasan ngomong kasarnya" ucap Elvano dengan cengirannya.

Aideen menghela napasnya pelan dan menatap ke arah Elvano yang masih memasang cengiran di wajahnya.

"Jangan di ulang" tegas Aideen dan berlalu pergi menyusul Aurora yang kini pasti sudah berada di ruang makan.

Elvano hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah Aideen yang berjalan di depannya menuju ruang makan yang sudah ada Vanya dan Aurora.

Sedangkan si bungsu masih tidur di dalam kamar setelah selesai melaksanakan shalat subuh bersama Aideen dan Vanya. Walau pun Gio baru saja berumur tujuh tahun, tapi otaknya sudah sangat pintar dan itu turunan dari Aideen dan Vanya.

"Abang, kaos kaki Aurora kamu yang ngambil?" tanya Vanya setelah Elvano mendudukkan badannya di depannya.

"Nggak kok, Bun. Aurora bohong kali sama Bunda" elak Elvano karena ingin membuat Aurora kesal.

"Tuh kan, Bun" ucap Aurora menatap ke arah Vanya dengan wajah cemberutnya.

"Abang, jujur sama Bunda" tegas Vanya yang hanya di balas Elvano dengan cengirannya.

"Iya Bunda, maaf. Itu kaos kakinya ada di ruang tamu di dalam laci ya" jawab Elvano yang akhirnya mengaku.

Aurora mendengus kesal lalu berjalan ke arah ruang tamu untuk mengambil kaos kakinya dan langsung kembali lagi ke ruang makan.

My Enemy, Elvano Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang