#1

108 50 46
                                    

Rabu, 10 Oktober

Sorak sorai teriakan para penonton untuk idola dari sekolahnya terdengar semangat. Terik matahari tak membuat siapapun mengeluh kepanasan. Namun hal itu tak dialami oleh seorang gadis yang hanya duduk tersenggol kesana-sini akibat gerakan sahabatnya. Mukanya memerah akibat panas matahari.

"Betah banget sih cewe-cewe disini. Mana berisik lagi," gumamnya sambil mengibaskan tangan ke wajahnya.

Bibirnya mengerucut lucu dan matanya menyipit karena silau. Batrisya Sarah Valerine. Si gadis cerewet bermuka oval. Gadis yang hanya akan diam ketika sudah lelah berbicara. Berperawakan dewasa dan serba perfeksionis.

"Yang semangat dong, Ris. Keren tau. Aaaa!" teriak seorang gadis disamping kirinya.

Nayfa Agneta Pradana. Si gadis yang tak kalah cerewetnya dengan Risya. Berperawakan jutek namun cerewet. Hanya orang asing yang mengira dia itu gadis tomboy.

"Ayo! Semangat! Semangat! Semangat!"

"Aaaaa!"

"Go Saka Go Saka Go!"

"Kyaaa! Semangat kalian!"

Kira-kira seperti itulah teriakan para siswi yang mendukung SMA Satu Cempaka.

"Hosh, hosh, hosh,"

Helaan napas seorang pemain. Kedua tangannya bertumpu pada lutut. Gibranesta Trevor Chasanda. Si jago basket yang tampan dan berkulit putih. Otot lengannya membuat para gadis menahan napas ketika berpapasan dengannya.

"Semangat, Bro!"

Teriak dua remaja laki-laki di ujung lapangan. Mereka melambaikan tangan ke arah Gibran. Memberi semangat untuknya.

Bryanesta Trevor Chasanda. Si ketua OSIS SMA Satu Cempaka. Ketua OSIS yang sangat cool. Paling dewasa dari kembarannya. Bisa dikatakan bila ia sebagai kakak. Berkaca mata bulat tak membuatnya terlihat nerd. Melainkan menambah kesan dewasa padanya.

Disamping kanannya ada Jordanesta Trevor Chasanda. Si putra sulung yang super cerewet dan banyak tingkah. Akan tetapi, ia memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Mengikuti berbagai olimpiade dan perlombaan akademik maupun non-akademik. Hanya saja dia sudah dicap playboy.

Bisa dikatakan mereka itu kembar tiga tidak identik. Meskipun ada beberapa kemiripan pada mata mereka.

Gibran mengoper bola kepada temannya. Ia pun berlari ke tengah lapangan basket. Hingga temannya tadi dikepung oleh lawan. Temannya tadi mengoper secara overhead-pass kearah Gibran.

Dan hup, Gibran dapat menangkapnya. Tak ingin membuang waktu, Gibran segera meng-shoot ke ring. Lalu, Boom! Gibran mencetak triple point yang mengakhiri permainan.

"Waaaaa!"

"Keren banget!"

"Good Job, Bro," pujian dari sang kapten basket sambil bersalaman ala lelaki.

Farel Davin Eliano. Si anti cewek kecuali dua orang gadis terdekatnya. Cowok yang lumayan kalem dan selalu taat beribadah. Meskipun begitu, ketika merasa terganggu ia akan berubah menjadi monster untuk lawannya.

Para anggota yang lain berlari ke arah mereka dan saling berpelukan atas kemenangan mereka. Tepuk tangan bergemuruh dan teriakan para penonton menumbuhkan rasa bangga pada diri mereka.

Tak luput dari pandangan Gibran, kedua kembarannya juga bertepuk tangan dan mengacungkan ibu jari kearahnya. Ia pun membalas sambil melambaikan tangan kearah mereka.

Akan tetapi, disaat semua penggemar berteriak bangga, ada seorang gadis yang hanya duduk malas sembari melirik teman disebelahnya dengan botol minum berwarna biru muda dibawah dagunya.

I SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang