#4

75 39 26
                                    

Risya hanya melirik ke arahnya. Kemudian menunduk lagi membuka HP nya.

"Oy!" teriaknya.

"Lo ngomong sama gue?" tanya Risya sambil menunjuk dirinya.

"Yaiyalah, siapa lagi. Orang yang disini cuman lo doank,"

"Ouh," gumam Risya.

"Woy! Lo pulang sendiri kagak?! Kalo iya bareng gue aja," tawarnya.

"Ogah. Gak kenal juga," kata Risya.

Sang pengendara tadi pun melepas helm-nya. Menampilkan wajahnya yang tampan.

"Gue Jordan. Tadi kita ketemu dikantin," katanya sambil mengulurkan tangan.

"Hmm, temennya Farel," batin Risya.

"Gue Risya," jawab Risya sambil menerima uluran tangan dari Jordan.

"So, lo pulang sendiri kagak?" tanya Jordan.

"Hmm," balas Risya.

"Yok, gue anter," ajak Jordan.

"Hmm,"

Saat hendak menaiki motor, Jordan memberikan jaketnya kepada Risya.

"Buat apa?" tanya Risya.

Tanpa memberi jawaban, Jordan mengikatkan jaketnya di pinggang Risya. Sedangkan Risya hanya menahan napas ketika tubuh Jordan dekat dengannya.

"Jantung gue...jangan berisik, jangan banyak gerak. Diem aja ngapa sih," rapal Risya dalam hati.

"Bernapas kali. Lo mau mati? Gue sih nggak mau dituduh bunuh lo disini ya," kata Jordan yang diakhiri dengan kekehan.

"Enak aja kalo ngomong," kata Risya sinis.

"Yok, naik," kata Jordan sembari mengulurkan tangannya.

Risya segera menaiki jok belakang tanpa menerima uluran tangan dari Jordan.

Plak

Risya memberi tos ke tangan Jordan yang terulur.

"Gue tinggi ya. Nggak usah lo ulurin tangan. Gue bisa naik," kata Risya tersenyum bangga.

"Sombong mbak nya?" tanya Jordan terkekeh.

"Nggak. Hanya sedang menonjolkan kelebihan aja," jawab Risya malas.

"Sa'ae lu," kata Jordan sambil mulai melajukan motornya.

Selama perjalanan, hanya ada arahan menuju rumah Risya. Tanpa ada pembicaraan lain. Hingga sampailah ketika memasuki kompleks.

"Kok jalannya kayak nggak asing ya?" batin Jordan.

"Nah, rumah gue itu yang cat putih pagernya item depan sono," jelas Risya.

"Bukannya ini rumahnya Farel?" tanya Jordan. Bagaimana tidak? Mereka telah saling menjalin persahabatan sejak SMP, termasuk Patrick dan Vano. Sehingga, mereka pasti tahu rumah sahabat masing-masing.

"Iya. Farel itu sepupu gue, termasuk Nayfa. Yang duduk samping gue tadi," jelas Risya ketika turun dari motor.

"Huft, Alhamdulillah cuman sepupu," batin Jordan lega.

"Thanks, ya," kata Risya tersenyum manis.

"Manis. Eh, cantik. Au' lah semuanya aja," batin Jordan sambil senyum-senyum sendiri.

"Gila nih orang," curiga Risya dalam hati melihat Jordan yang tersenyum-senyum sendiri. Padahal keadaan sekitar juga sepi.

"Duluan ya," kata Risya tersenyum kaku ketakutkan saat membuka pagar.

I SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang