Kameramen Cantik Viral, Check!

588 62 24
                                    

"Aku tidak mau jadi obat yang akan kau tinggalkan setelah sembuh. Aku mau jadi rokok atau candu yang walaupun bikin sakit, tetap kau cari"

(Sarah)

Sarah masih bertahan tidak mengindahkan bujukan Azzam belajar mengedit video. Ternyata gadis ini lebih keras kepala dari Asa. Pria muda itu menggeleng sambil tersenyum sendiri keluar studio.

"Dasar! Masa kagak ada rasa bersalahnya sih?" dumel Sarah sambil memperhatikan Azzam yang berjalan kaki menuju saung atau apalah namanya itu.

"Maaf ya, Sarah, kemaren itu waktunya kurang pas, kita cari waktu lain yang lebih kondusif ya. Maunya ngomong gitu kek." Gadis itu mendengus dalam masker.

"Adek Sarah, di panggil bos Azzam ke saung, kita mau ngonten." Paijo muncul di pintu studio.

"Tentang apa, Bang?" Sarah penasaran. Biasanya dia merekam aktifitas Azzam saat bedah buku atau acara seperti di mall kemaren.

"Ngolam, ngobrol pinggir kolam," jawab Paijo sambil cengengesan.

"Lucu, Bang. Tapi kan di sini kagak ade kolam." Kameramen bermasker itu menyiapkan peralatan. Dia harus professional. Walau sedang marah, kalau disuruh kerja ya kerja, kecuali belajar ngedit, itu bukan job desk Sarah.

"Di sini adanya tambak, Dek. Apa kita rubah judul jadi ngombak, ngobrol pinggir tambak."

"Hahaha, bagus, Bang Ijo, ngombak aja, lagian ngolam sudah jadi trade mark salah seorang youtuber kesukaan aku juga."

"Kok Dek Sarah manggil Bang Ijo sih? Buto Ijo atau kolor ijo dong jadinya. Panggilannya harus lengkap, Paijo." Pria gondrong itu memprotes cara Sarah memanggil namanya.

"Tapi kalau dipanggil Sayang, lebih azik tu," candanya sambil membantu Sarah membawa tripod.

"Sayang ya? Nanti deh, pikir-pikir dulu," kata Sarah sambil tertawa di balik maskernya. Mereka sampai di saung. Rupanya di sana sudah ramai oleh anak-anak penjaga tambak, anak-anak magang, dan dua orang Bapak-Bapak.

"Sini, Sarah!" panggil Azzam. Sarah mendekat. Rasa jengkelnya disimpan dulu.

"Syuting ya, Bang?"
"Iya, Bapak-Bapak ini dari salah satu kampus, mau ngobrol seputar bisnis kaum millennial yang membumi, gitu kan Pak, ya?" Azzam memastikan lagi tema obrolan yang diangkat.

"Betul, banyak yang penasaran lho tentang bisnis anak-anak muda di kampung lele ini. Apalagi sosok Azzam, itu paling sering ditanya, gimana bisa tertarik terjun di dunia perlelean padahal dia influencer."
"Perlelean ya, Pak?" seloroh Dixy. Suara tawa membuat pinggir tambak jadi semarak.

"Oh, kalau gitu Sarah setel kamera dulu." Izinnya pada Azzam. Pria itu mengangguk.

"Bantu, Jo, Neng Sarahnya!" suruh Dixy. Paijo dengan cekatan membantu Sarah. Dua pemuda datang membawa kelapa muda yang banyak tumbuh di kebun masyarakat pinggir rawa atau empang. Mereka menyusun kelapa-kelapa muda itu di meja panjang.

"Siap ya semua, kamera mau on." Sarah memberi aba-aba.

"Neng kameramen ikut syuting dong, kan topiknya keterlibatan anak-anak muda di bisnis membumi kaya gini," usul salah seorang mahasiswa magang.

"Nggak usah, saya di belakang kamera aja," tolak Sarah.

"Nanti in frame ya," suruh Azzam.

"Ntar gua yang megang kamera pas kamu in frame, Dek." Paijo menawarkan bantuan. Sarah tidak bisa mengelak. Dia mendekati Azzam ketika kamera sedang di setel Paijo.

"Bang, baca wapri," suruhnya menunjuk ponsel mata tiga yang tergeletak di depan Azzam. Pria muda itu membaca pesan dari Sarah.

"Celana Abang turunin, auratnya nampak, paha kemana-mana."

Azzam dan Asa (Bangun Cinta atau Jatuh Karena Cinta?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang