Kamu Cemburu, kan? Ngaku Aja

616 73 10
                                    


Asa sedang senam ringan di ruang fitness pribadi kala sepupunya datang.

"Asa! Kamu harus lihat ini!" Asa menghela napas agar teratur. Kedatangan Rien yang tiba-tiba dengan mendobrak pintu membuat jantungnya hampir loncat. Gadis yang tampil seksi dengan celana di atas lutut dan tank top warna hitam itu merutuki kelalaiannya karena tidak mengunci pintu. Dia tidak memprediksi kedatangan satu makhluk ini. Kalau penghuni rumah yang lain seperti petugas keamanan dan tukang kebunnya tidak pernah naik ke atas kalau tidak disuruh, begitu juga dengan dua asisten rumah tangga, mereka ada waktu tertentu untuk membersihkan dan merapikan kamar Asa di lantai dua.

"Assalamualaikum dulu, Rien, ini rumah bukan bioskop," tegur Asa sambil mengambil handuk kecil untuk mengelap keringat yang mengucur.

"Iya, tahu, tapi ini penting dan sangat penting sampai penting banget banget nget!" Rien menarik tangan Asa duduk di salah satu sofa tempat istirahat di ruang fitness.

"Apaan sih? Presiden Indonesia ganti mendadak? Atau ada buaya berkeliaran di kota?" tanyanya pura-pura tertarik.

"Hush! Baru juga ganti masa ganti lagi? Buaya bener ada nih. Lihat saja! Buayanya kamu kenal." Rien menyerahkan ponsel di tangannya ke Asa.

"Itu lagi ramai di medsos, Azzam sudah punya cewek, cantiiiik banget. Kalau aku cowok bakal naksir juga kayanya." Rien ekspresif seperti biasanya. Asa memperhatikan video Azzam yang sedang gabut dengan seorang gadis cantik. Dari tubuhnya Asa sepertinya tahu gadis itu.

"Itu kameramennya." Asa pernah melihatnya di mal.

"Ini ada video youtube terbaru Azzam, dia muncul lagi, duduknya sebelahan. Pasti ada apa-apa diantara mereka." Rien geram. Dia termasuk keluarga besar yang mendukung hubungan asmara sepupunya. Banyak teman dekat Asa yang diceritakan Asa padanya, tapi Azzam yang paling istimewa. Dia mempesona dengan gaya sederhananya. Perhatian dan kasih sayangnya serta kesabaran memperjuangkan Asa telah membuat hati Rien yang pemberontak luluh. Keluarganya yang lain seperti kakak perempuannya juga suka pada Azzam. Bahkan kakaknya itu menyuruhnya mencari calon suami seperti editor sepupunya.

"Tuh, Rien. Tanya Asa dimana ada stok laki-laki kaya editornya itu. Hormat dan sayang pada wanita, romantis, bonus lainnya ganteng," kata Kakak Rien suatu hari kala mereka sedang teleponan.

"Jangan ketipu gantengnya cowok bule. Kalau gak seiman percuma saja, carilah yang berilmu agama seperti pacarnya Asa." Tuh, kan, Azzam lagi yang dijadikan barang contoh. Bukannya murahan, justeru sebaliknya.

"Iya, doain aja." Hanya itu yang bisa Rien jawab waktu itu.

"Terus kenapa kalau dia ikut syuting? Apa hak kita melarangnya?" Asa masih cuek. Dia melangkah ke kamarnya lewat pintu hubung. Rien mencak-mencak di belakang karena Asa tidak mengerti juga apa maksudnya.

"Sa, kamu nggak takut posisimu di hati Azzam tergeser? Selama ini kamu satu-satunya gadis yang bercokol di hatinya, gadis yang mendapat seratus persen perhatiannya, masa sekarang harus digantikan gadis lain sih?" Rien tidak bisa menerima. Asa teringat percakapan dengan Azzam kala mereka bertemu beberapa hari yang lalu. Gadis itu hanya kameramen. Tapi itu gadis yang sama kan? Kala di mal Asa tidak melihat raut wajahnya karena tertutup masker.

"Udah, nggak usah sibuk dengan urusan cinta orang lain."

"Eh, nih anak, jadi kamu udah menganggapnya orang lain? Fine, kalau gitu Azzam boleh dong untukku. Aku serius lho ini. Kalau di lihat-lihat dari kecantikan, kayanya aku nggak kalah cantik dari kamu dan cewek itu. Pastinya aku lebih seksi dong." Rien memuji diri sendiri. Memang apa yang dia katakan benar adanya. Dibalik cardigan yang dia gunakan untuk menutupi lekuk tubuhnya, Rien hanya mengenakan kaos ketat dan rok levis di atas lutut. Penampilan Rien yang belum mau memakai jilbab sering menjadi pembicaraan di keluarga besar.

Azzam dan Asa (Bangun Cinta atau Jatuh Karena Cinta?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang