Awal Kisah Baru

862 93 17
                                    

Kesalahpahaman ini telah mengantarkan kita pada rasa baru yang tak pernah ada. Rasa apakah itu? Rasa saling tidak percaya!

Menjelang Isya Asa sampai di kediamannya. Seolah alam bersepakat mengatur waktu agar kebersamaan dengan Azzam sedikit bisa lebih lama. Macet luar biasa karena ada kecelakaan membuat mobil Asa tidak bisa melaju kencang. Maghrib pun datang. Asa memutuskan untuk menepi di sebuah warung tenda pinggir jalan. Azzam mengikuti mantan tapi cinta itu untuk berbuka puasa.
“Biasanya makan pecel ayam tengah malam, sekarang di awal malam,” kata Azzam di tengah santap buka. Asa tersenyum. “Gak ada yang enak di sini kecuali pecel ayam, dan selalu makan bareng kamu. Kalau nanti kita sudah tidak sama-sama lagi, ingat aku ya. Ingat pecel ayam, ingat Asa Faradilla,” ucap pelan Asa dengan rasa pedih yang disamarkan dengan senyum. Azzam memandangnya lekat. “Semoga masih ada sedikit waktu untuk kita, semoga semesta masih membuka jalan untuk menyatukan cinta kita.” Napas Azzam terhela lelah, tapi entah kenapa rasa ingin memiliki itu tak bisa dihilangkan dari hatinya.
“Aamiin,” sahut Asa pelan. Dia membalas genggaman Azzam di jemarinya yang hangat, membasuh luka hati yang harus terpisah karena ketiadaan restu orang tua. Mereka dua anak manusia yang bertemu di waktu yang mungkin belum tepat. Seseorang di dalam mobil memperhatikan keduanya lekat.
“Asa! Astaghfirullah, anak gadis jam segini baru pulang? Tanpa teman, tanpa supir, pergi sendirian dari siang. Darimana kamu, Nak?” Ibu Asa memberondongnya dengan pertanyaan syarat rasa kesal. Asa bingung tidak bisa menjawab. Jujur dia takut mengakui kemana dia pergi, tapi kalau dia bohong, hati kecilnya tidak mengizinkan.
“Duduk dulu, Sa! Papa sudah nunggu dari sore, mau buka bareng di rumah kamu, tapi sampai di sini kamunya pergi. Di telepon tidak aktif. Papa dan Mama khawatir sekali. Hampir kami menelpon polisi kalau kamu nggak pulang juga.” Napas Papa Asa sesak saking khawatirnya pada anak bungsu yang tidak berkabar beberapa jam. Asa mengikuti sang Papa masuk ke ruang kerjanya kalau sedang ke rumah Asa.
“Maafkan Asa, Pa. Asa pergi ke…” suara Asa tercekat. Dia takut Papanya marah. Lelaki yang rambutnya sudah memutih itu menatap anak gadisnya, menunggu kelanjutan kalimat Asa. Sementara itu Asa sudah menangis, menyesal melanggar batas yang ditetapkan orang tua.
“Asa.., menemui Azzam,” akunya bercampur isak. Papa Asa menggeleng mengingat kelakuan anak bungsunya.
“Mau apalagi kamu menemuinya, Nak? Papa sudah larang kamu berhubungan dengan lelaki seperti dia.” Sergah Papa. Asa semakin menangis menyesali ketidakberdayaannya menahan rasa.
“Asa salah, maafkan Asa, Pa.”
“Bayangkan kalau ada yang melihat kalian berduaan, lalu membuat berita yang tidak-tidak. Kamu itu panutan bagi fansmu, Sa. Apa yang kamu lakukan akan menjadi sorotan. Kamu tidak bisa seenaknya berprilaku!”
“Kami tidak melakukan apa-apa, Pa, cuma melepas rindu,” cicit Asa tak bisa menyembunyikan lagi rasa yang tersimpan dalam hati yang terdalam.
“Kamu sudah janji sama Papa, kamu menolak dijodohkan, Papa setujui asal kamu juga tidak mncoba menemui dia lagi. Sepertinya Papa harus mencarikan jodoh secepatnya,” Ancam Papa. Asa terbelalak. “Jangan, Pa! Beri Asa waktu untuk mencari calon Asa sendiri. Asa janji tidak akan menemui Azzam lagi.”
“Kalau begitu, kamu harus menutup segala akses hubungan dengan dia. Blokir medsos dan nomor ponselnya!” Ultimatum Papa. Asa mengangguk patuh dengan hati yang pilu. Sesaat setelah Asa memblokir semua akses ke Azzam, bahkan menghapus nomor lelaki itu dari ponselnya, tekad untuk melupakan Azzam sedikit menguat. Ridho orang tua tetap harus dia nomorsatukan.
“Ada tamu, Non Asa, namanya Abi.” Pelayan Asa memberi kabar yang membuat suasana hati gadis itu makin kelabu. Sebaliknya Papa senang sekali.
“Udah disuruh masuk, Mba? Bilang sebentar lagi saya menemuinya.” perintahnya.
“Pa, jangan buat kesepakatan apapun dengan Abi tanpa seizin Asa ya. Asa mohon. Biarkan Asa yang menentukan pilihan sendiri. Ini, Asa sudah betul-betul memutus hubungan dengan Azzam.” Asa menunjukkan ponselnya ke lelaki yang sangat dihormatinya itu. Papa hanya mengangguk sebelum meninggalkan Asa sendirian.

Pagi yang cerah, Azzam terbangun dari tidurnya yang tidak lena. Usai sholat subuh dia membuka ponsel, mengecek apakah pesannya sudah dibaca Asa, sebab dari tadi malam dia tidak bisa menghubungi wanita satu-satunya yang ada di hati itu. Azzam lemas kala pesannya juga masih centang satu. Lalu dia mencari Asa di IG, mencoba melihat IGS si gadis pujaan,tapi IGS Asa kosong. Justeru yang ditemui adalah postingan foto Asa dengan seseorang di warung tenda sedang berpegangan tangan. Mata Azzam terbelalak membaca caption, “Asa balikan dengan mantan? Waw, kita tunggu drama atau prank berikutnya ya gaes.” Pria muda itu lebih terkejut lagi kala menyadari foto itu adalah fotonya dan Asa yang sedang berbuka puasa di warung tenda pinggir jalan.
“Astaghfirullah..,” desahnya. Masalah menunggu di depan mata. Azzam mencoba menghubungi Asa, mendiskusikan sikap mereka berdua jika masalah ini berkembang. Pria muda itu menstalking beberapa akun yang kerap memposting ulang kedekatan dirinya dan Asa. Benar saja, gambar itu sudah tersebar luas dengan aneka caption yang membuat Azzam frustasi.
“Yeeeei, Azzam Asa balikan dooong, kita tunggu ya undangan pink and black kesukaan kalian. Lope-lope deh.” Tulis sebuah akun.
“Oh maigot, restu sudah turun ya? Diam-diam baeeee?” tulis yang lain.
“Dasar cowok pansos, pasti Asa dipaksa nih.” Azzam menelan rasa sakit hati membaca caption tersebut. Dia mencoba menghubungi Asa, tetap tidak tersambung.
“Asa, kenapa ponselmu tak aktif? Apakah kamu sengaja memblokir teleponku?” Azzam meminjam ponsel teman yang kebetulan menginap di rumah pribadi Azzam. Nomor Asa ternyata aktif, panggilan itu tersambung tapi tidak diangkat. Akhirnya pria yang wajahnya sudah kusut itu  menyadari sesuatu, Asa telah memblokir nomor ponselnya. Seolah kecelakaan beruntun, Azzam lemas tak bertenaga mengetahui bahwa pertemanannya dengan si gadis di berbagai medsos juga terblokir. Azzam meremas rambutnya yang sudah kusut masai.
“Apakah yang semalam itu mimpi?” dia meragukan ingatannya sendiri terhadap sosok Asa yang datang ke rumahnya, ngobrol berdua di saung pinggir empang, dan buka puasa di warung tenda pinggir jalan. Seperti Cinderella yang harus pergi jam 12 malam, Azzam seperti kehilangan jejak.
Sementara itu di kediaman Asa kehebohan luar biasa sedang terjadi. Papa Asa marah besar dan mencurigai Azzam yang membuat berita ini. Tujuannya tidak lain agar nama baik keluarga Asa jatuh di mata publik. Abi ikut nimbrung dalam pembicaraan keluarga itu. Dia menilai Azzam playing victim, berperan sebagai pihak yang terzolimi karena tidak mendapat pengakuan dari keluarga gadis pujaan. Tujuannya adalah ingin mencari simpati lebih banyak lagi dari netizen.
“Lihat saja, followernya naik terus,” tunjuk Abi yang menginap di kamar karyawan di rumah Asa. Semalam memang hujan turun lebat sekali. Abi tidak bisa pulang karena banjir di mana-mana. Pagi ini mereka sedang berkumpul bersama di meja makan. Asa memandang nanar foto di salah satu situs berita. Foto dirinya yang sedang bergenggaman jemari dengan Azzam di warung tenda pinggir jalan.
“Siapa yang melakukan ini?” Nada kecewa jelas tergambar di sana. Beberapa lama dia sudah bisa meredam media yang memandang keluarga mereka dengan sinis, sekarang muncul berita seperti ini, alamat keluarga Asa akan jadi bulan-bulanan wartawan gossip tak punya hati.
“Apakah perlu kita laporkan ke polisi, Pa?” Abi melontarkan opsi yang membuat Asa langsung menengok kepadanya.
“Papa rasa..”
“Pa, Jangan!” Asa panik. Apalagi melihat Papanya yang mulai terpengaruh dengan argumen-argumen rasional yang dilontarkan Abi. Dia menyenderkan kepalanya yang banyak pikiran ke meja makan. Entahlah, apapun keputusan Papa, Asa pasrah.

Bagaimana pendapat kalian tentang part ini? Terlalu berat? Atau memang seharusnya cerita ya begini Mak. Oke, baiklah, jadi siapa kira-kira penyebar foto viral itu? Siapa yang diam2 membuntuti mereka? Apakah pelakunya sama atau orang yang berbeda? Lanjut lagi gaaaak? Vote dan komen yang banyak. Tolongin Mak untuk promo cerita ini ke teman2 yaaa geng😍. Love you..

Azzam dan Asa (Bangun Cinta atau Jatuh Karena Cinta?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang