“Assalamu’alaikum?”
Jaehyun dan Doyoung memilih Maladewa sebagai lokasi bulan madu mereka.
Sebenarnya, Jaehyun berencana untuk pergi ke sebuah villa pinggir pantai di Malibu, Los Angeles, dan ingin beristirahat di sana selama sekitar seminggu. Namun, Doyoung salah membaca antara Malibu dan Maladewa saat memesan tiket pesawat, sehingga mereka berdua harus pergi ke arah yang benar-benar berlawanan. Bahkan, peri yang pergi mencari surga tropis pun akan merasa bosan dan kelelahan karena jalan sulit yang harus di tempuh untuk tiba di Maladewa.
Mereka harus menghabiskan waktu selama empat jam di dalam pesawat dari Singapura, dan tiba di Kepulauan Maladewa di tengah malam yang gelap.
Mereka menunggu kebingungan di bandara internasional Maladewa, di sebuah ruang tunggu. Tidak ada sarana transportasi yang beroperasi di tengah malam, sehingga mereka tidak tahu bagaimana cara menuju tempat resort yang telah mereka pesan.
“Assalamu’alaikum? Apa Anda berdua adalah Tuan dan Nyonya Lee yang datang dari Korea?”
Terdengar seseorang yang berbahasa Inggris dengan logat yang sangat aneh. Ternyata dewa penyelamat mereka telah datang. Ia adalah seorang Muslim keturunan Asia Selatan. Dewa penyelamat. Ternyata, dewa penyelamat itu adalah pemandu yang dikirim oleh resort yang telah mereka pesan. Berkat pemandu itu, Jaehyun dan Doyoung dapat naik kapal menuju Pulau Male dan beristirahat dengan cukup di sebuah hotel yang mewah.
Setelah matahari terbit keesokkan harinya, Jaehyun dan Doyoung menikmati surga di hadapan mereka sepuasnya. Mereka naik helikopter selama tiga puluh menit dari Pulau Male menuju pulau yang memancarkan cahaya biru. Koral berwarna-warni terlihat dari permukaan laut keunguan, pasir putih membentang luas, resort mewah tempat mereka menginap memancarkan suasana tropis yang eksotis. Bahkan, keindahan surga yang sering muncul dalam mimpi mereka tidak dapat dibandingkan dengan keindahan di Maladewa.
“Waaah, tempat ini benar-benar surga untuk bermalas-malasan.”
Udara terasa hangat dan air laut begitu menyegarkan. Bahkan, pasir di pulau itu juga penuh kehangatan. Busa hangat memenuhi Jacuzzi bungalow yang mereka tempati. Rasa kantuk langsung mengalir saat Doyoung melihat tempat itu. Ia ingin tidur nyenyak dan tidak ingin bangun lagi. Bagi orang seperti Doyoung, tempat ini adalah surga yang tidak ada tandingannya.
Sebenarnya, tidur bukanlah alasan utama yang mendorongnya pergi mengelilingi setengah bumi untuk menuju tempat ini.
Kolam renang pribadi yang terletak tepat di depan kamar tidur mereka memantulkan cahaya langit kebiruan nan menyilaukan, membuat rasa kantuk Doyoung semakin tak tertahankan dan membuatnya berbicara sendiri. Namun, Doyoung yang selama ini menganggap bahwa beristrahat adalah “tidak melakukan apa-apa”, tidak punya pilihan selain tidur.Sepertinya, arti kata beristirahat bagi Jaehyun sangat berbeda dengan Doyoung. Jaehyun berlari mengelilingi pulau dari pagi hingga malam. Ia juga selalu pergi ke pantai untuk menyelam.
“Jaehyun, kita kan ke sini untuk beristirahat. Kenapa kau malah terlihat sibuk sekali?”
“Kalau tidak begitu, aku jadi tak punya kerjaan.”
“Waaah, di sini kan kita punya hak untuk tidak melakukan apa-apa.”
“Kau saja yang pakai hak itu. Aku jadi sakit kalau tidak mengerjakan sesuatu.”
“Apa? Bulan madu macam apa ini? Mungkin hanya kita pasangan suami istri yang menghabiskan bulan madu secara terpisah.”
Keduanya saling menggerutu, tapi sebenarnya mereka tidak keberatan sama sekali. Mereka adalah dua orang yang memiliki persepsi berbeda akan makna “beristirahat”, dan mereka merasa akan lebih baik jika menghabiskan waktu sendirian, daripada harus mengikuti cara pasangan mereka. Ah, tapi bukan berarti mereka tidak menghabiskan waktu bersama sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Wedding [JAEDO VER]
RomanceAku tidak tahu sejak kapan aku merasa sangat ketakutan ketika berada di dekatmu. Bukankah dulu kita menikah karena cinta? Tapi, kenapa perasaan yang snagat menggebu itu kini lenyap begitu saja? Sebegini menyakitkankah jika cinta menjadi sebuah rutin...