Liwa-liwa kuning dipasang didepan rumah. Kerabat berdatangan, Mama dan Papa datang dalam suasana sendu.
Nenek yang selama ini menemaniku, menyiapkan segala urusanku, dan yang selalu ada untukku telah pergi ke hadapan sang khalik.
Aku merasa bagai ada godam raksasa yang menghantam kepalaku. Tubuhku seketika luruh. Tulang-tulangku serasa lolos dari badanku, aku roboh ke lantai.
Dito dan Lendra memapahku ke kursi, kelopak mataku terlihat kosong dan berkaca-kaca menurut mereka.
Makhluk Tuhan yang selama ini dekat denganku, yang mau mengerti kegelisahanku, yang mau berbagi suka dan dukanya, kini pergi meninggalkanku.
Ya, kini semua telah terjawab hanya dengan satu kata : Kematian! Dan, segalanya jadi tak berarti.
Langit sore terlihat muram, aku bersimpuh didepan pusara nenek. Aku terus memandangi pusara yang masih beraroma basah tanah merah.
"Maafin Mahes ya Nek, belum bisa bahagiain nenek." Hanya itu yang bisa aku ucapkan kepada Nenek.
Jujur, aku selalu membuat nenek kesal dengan kelakuanku yang bandel. Tapi dia tak pernah sekalipun marah, dia tak pernah sekalipun memukulku atau membentakku.
Mengapa aku terlalu berlarut-larut dalam kesedihan? Ya, karena bisa dibayangkan kehilangan sosok yang selalu ada.
"Kita pulang yu Mahes?" Suara pelan milik Rajma membuyarkan lamunanku.
"Hampir malam Sa!" Dito mengingatkan.
Lendra, Dito, Rajma dan Nabila hanya bisa menghela napas, lalu saling pandang. Kemudian mereka menyeret langkahnya. Butir-butir vertikal dari mata semakin cepat menyentuh permukaan bumi.
-----------------------------Di rumah, aku ditemani oleh Mama yang kebetulan mengambil Cuti, tapi papa tetap segera bergegas untuk kembali bekerja setelah kehilangan mantan mertuanya itu.
"Mahes tinggal sama Mama saja yuk, di Surabaya" Ucap Mama dengan suara lirihnya sambil memelukku
"Engga ah Ma, Mahes disini saja di Bandung."
"Kamu tinggal dengan siapa disini? Sendiri?" Tanya Mama kembali.
"Yaa.. Begitulah Ma"
"Lagian disini Mahes punya banyak teman, ada Lendra, Dito, Nabila dan..... (Aku tak menyangka dia ada disini).. Rajma" Lanjutku.
"Yasudah, berarti kamu harus lebih mandiri ya nak!" Mama memelukku erat.
----------------------------
Satu persatu tamu yang melayat kerumahku pulang. Tersisa Aku, Mama dan keempat temanku.
"Tenang, masih ada aku dan yang lain ko Sa" Ucap Rajma sambil mengelus pundakku. Aku tak menyangka Rajma mengucapkan kalimat itu. Bagaikan mata air di padang pasir yang tandus, saat Rajma mengucapkan kalimat tersebut. Jiwa tegarku mulai bangkit kembali.
Walau tak akan ada kebersamaan yang sama seperti dulu.
Bersambung....
Gimana nih Part 3 nya?
Mohon saran dan kritiknya yaa :)
Jangan lupa vote :)
Terima kasih!!
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRADIMUKA
Teen FictionSebuah tamsil tentang hidup yang sporadis. Baik dan buruk sudah tak dapat dibedakan, dan hanya menjadi sebuah sawala bagi sebagian orang. Hidup adalah sarana orang berakah untuk membanggakan diri, dan sebagian orang tetap sumarah atas apa yang terja...