[4] Kulasentana

57 9 3
                                    

Yang patah tumbuh. Yang hilang kan berganti.

------

Aku baru saja lepas dari lamunan kesedihan, walau belum sepenuhnya. Sudah 7 hari Aku tidak sekolah semenjak kepergian nenek. Bunyi notifikasi pesan dari Rajma lah yang mendorongku untuk sekolah.

"Heh! Kalau kamu ga sekolah, Aku bilang ke guru BK nih, biar Pak Supri yang kesana, jemput kamu." Bunyi Pesan dari Rajma

Sumpah! kalau Pak Supri kesini gawat nih. Mana galak banget lagi. Jadi Aku memutuskan untuk berangkat sekolah.

Seperti biasa, dengan santai aku mengendarai motor. Bukan tak mau ngebut, tapi ya begitu. Aku ingin keladau terhadap keadaan yang mungkin terjadi.

Di sekolah, tepatnya digerbang. Sudah siap Rajma menyambutku, tentu dengan buku merahnya itu. Sorot mata yang berubah menjadi tajam.

"Sudah pukul berapa ini? " Ucap Rajma sinis kepadaku.

Aku tak menjawab pertanyaan Rajma itu, bukan tak mau. Namun, aku sedang malas untuk menjawab kalimat yang retoris itu.

"Udah, Masuk sana!" Suruh Ketua Osis itu.

Sepertinya Rajma bingung dengan sikapku yang begini. Biarlah, dia tak peduli.

-------

Disela-sela istirahat, Rajma, Lendra dan Dito menghampiriku yang sedang bersandar dibawah pohon jambu tepat dibelakang sekolah.

"Kamu teh kenapa Sa? Udah atuh jangan sedih terus" Ucap Dito menenangkanku.

"Anggap we kita teh Keluarga kamu" Lanjutnya.

"Sa, Udah cukup kamu sedih. Sekarang tinggal buktiin gimana caranya kamu bisa sukses dan bahagia!" Rajma berucap sambil melihat kearahku.

"KALIAN GA TAU GIMANA RASANYA JADI AING!" Ucapku dengan nada tinggi sambil meninggalkan mereka.

Maklum, mereka ga tau rasanya jadi seorang Mahesa yang sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Mereka masih punya orang tua, mereka masih punya kasih sayang. Jadi mereka ga bisa merasakan apa yang sedang aku rasakan.

Dengan sigap, Rajma mengejarku. Rajma menarik pundakku hingga terhenti dan berbalik kearahnya.

"Sa, bukan aku ga merasakan apa yang kamu rasakan sekarang. Aku tau! sekarang kamu lagi sedih, kamu ga punya siapa-siapa lagi! Tapi please! Anggap kita jadi keluarga kamu" Ucap Rajma dengan Nada Tegas.

"Kita ga bisa merasakan apa yang kamu rasakan, karena kamunya ga membaginya ke kita! Aku siap, terima keluh kesah, kesedihan bahkan bahagia kamu!" Ucap Rajma Kembali.

Sontak, aku memeluk Rajma dengan erat....

Aku mengeluarkan air mata dipelukan Rajma. Aku tidak menyangka mereka bisa begini kepadaku.

"Makasih ya Ma" Ucapku sambil melepaskan pelukanku.

"Udah, udah! Jangan sedih lagi.. Kita kesini tuh, mau ngajak kamu camp" Ajak Rajma

"Iya, sekaligus refreshing juga Sa" Lendra menambahkan.

"Kemana Ma?" Tanyaku

"Jayagiri, Tangkuban Perahu!" Jawab Rajma sambil menunjukkan senyum manis yang jarang kulihat.

"iya ayo" Aku menyatakan keikut sertaanku untuk berlibur bersama mereka. Lumayan, untuk melupakan masalah-masalahku.

Rajma tersenyum manis kearahku.

Bumantara saja tak pernah menyembunyikan kesedihannya kepada belantara.

Ia akan membiarkan tetes-tetes kesedihannya jatuh.

Hinakah tindakan seperti itu? Tidak!

Belantara menjadikan kesedihan bumantara sebagai satu harsa dari jutaan harsa yang akan ditimbulkannya.

Bagilah kesedihanmu oh Bumatara! Kepadaku... -Ucap Belantara.


Bersambung....
Gimana nih ceritanya?
Mohon saran dan kritik yaa
Jangan lupa tinggalkan vote :)
Terima kasih!!

CANDRADIMUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang