Swastamita telah tampak di ufuk barat.
-----
Tiba saatnya Aku, Lendra, Dito, Nabila dan Rajma pergi ke Jayagiri, Lembang. Jayagiri adalah tempat kemah yang terletak di lembah gunung tangkuban perahu. Biasanya juga menjadi tempat nongkrong anak-anak muda yang sudah mulai jenuh dan sumpek dengan suasana kota Bandung.
Bila malam Minggu atau Minggu pagi tiba, lokasi yang memiliki luas 12,9 km² ini akan penuh oleh turis lokal maupun mancanegara yang ingin menatap keindahan alam dari gunung yang terkenal dengan legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbinya itu.
Malam itu, daun-daun kering berjatuhan bersama sisa hujan. Angin yang bertiup menggoyang halus dahan-dahan. Jalanan basah dan becek. Lampu-lampu redup dan sayup di tengah hutan dalam gerimis yang masih bersisa.
Aku merasakan dinginnya angin jayagiri memagut tubuhku dan menyelimutiku.
"Aduh, dingin gini!" Ucapku kepada kepada empat temanku itu.
"Kamu sih! Ke gunung cuma pake jaket denim, ya iya lah dingin" Tegas Rajma berucap.
Memang sih, aku bisa dibilang saltum (salah kostum), bukannya memakai pakaian tebal. Aku malah memakai style anak kota. Celana robek, ditambah jaket denim. Terlebih lagi, hanya memakai kaos biasa.
Karena dingin, aku memutuskan untuk memisahkan diri ke warung terdekat. Hanya sekadar menghangatkan diri, sambil ditemani seduhan kopi. Lagi pula di tenda tidak bisa menyalakan api unggun, karena tanah dan daun-daun basah, terkena hujan.
"Hei, Aku mau ke warung dulu yaa, mau beli kopi euy.. Tirisss (dingin)" Aku kepada teman-temanku yang sedang main kartu uno.
"Oh iya atuh Sa, nitip yaa!" Lendra sambil memberikan uangnya.
Untung Lendra tak sebrengsek teman pada umumnya.. Dia bersedia membayar.. Hahaha kidding.
"Kopi apa Dra? Kopi Hitam?".
"Emang kopi aya nu putih nya Sa?" Tanya Dito dengan muka lugunya.
"Ya kali, mau kopi susu atau apalah itu".
"Oh.. Kopi goodnight (Ga boleh sebut merek da ga diendorse) aja" Lendra menambahkan.
"Oh Oke".
"UNO GAME!" Teriak Rajma yang baru saja memenangkan permainannya itu.
"Sa, aku ikut sama kamu yaa, udah menang nih" Pinta Rajma.
"Oh iya hayu" refleks sambil memegang tangan Rajma.
"Eh Sorry hehe" Aku malu karena telah memegang tangan Rajma.
Tanpa ekspresi, Rajma berjalan denganku.
------
"Pak kopinya dua" Pintaku kepada penjaga warung.
Kopi susu sudah tersaji didepanku dan Rajma.
"Eh, Jadi inget waktu itu, ngopi bareng hehe" Ucapku kepada Rajma untuk mencairkan suasana.
"Hehe iyaa ya, Sorry ya aku waktu itu dingin banget kayanya sikapnya" Jawab Rajma dengan senyum manisnya yang jarang sekalu kulihat.
"Eh Ma, kamu kenapa si mau temenan sama aku?" Tanyaku heran.
"Yaa maksudnya gini loh, aku bandel, nakal, sering telat, dll. Lah yang buruk-buruk. Sedangkan kamu, kamu kan ketua osis, gak malu apa?" Lanjutku.
"Ngapain harus malu Sa, aku disini ada misi khusus lho!" Jawab Rajma.
"Hah? Misi khusus? Apa?" aku heran.
"Kepo yaaaa!" Rajma dengan candanya yang jarang kudengar.
"Lah, yaa Aneh ajaa... Misi khusus yaaa" Aku sambil menggaruk-garuk rambut.
"Misi khususnya adalah mengubah kamu menjadi pribadi yang lebih baik, jadi orang yang ga seperti yang kamu sebut tadi. Aku ingin ubah kamu menjadi orang yang baik, disiplin, rapi! Dan pastinya jadi orang yang lebih bersyukur. Ya walaupun, aku juga belum sepenuhnya baik.. Yaa setidaknya bareng-bareng buat ubah diri kan?" Ucap Rajma menjelaskan.
"Aku salut sama kamu!" menatap Rajma sambil tersenyum
"Ubah aku yaa Ma" Pintaku sambil mengacungkan jari kelingking kepada Rajma.
"Bareng-bareng yaa!" Rajma menjawab acungan jariku.
Jayagiri akan menjadi saksi kalau Rajma yang akan mengubah sikapku. Dari orang yang buruk menjadi orang yang lebih baik.
"Eits, tapi.. Kendali sepenuhnya bukan aku. Semuanya tergantung kamu. Yang ngubah diri kamu ya yang bisa cuma kamu! Aku hanya fasilitator ya" Jelas Rajma.
"Siap Komandan!" Tegasku.
-------
Fajar telah menyingsing di ufuk timur. Matahari belum tampak, Aku bangun dari tidur yang tak nyenyak karena nyamuk menggigitiku. Ditambah lagi udara dingin yang menusuk. Aku memutuskan untuk keluar tenda. Aku lihat belum ada yang bangun, selain aku.
Aku mengambil air wudu di pancuran air dekat dengan surau. Bisa dibayangkan, airnya seperti air es. Aku bergegas untuk Shalat Subuh didalam surau. Dan sekaligus berdo'a, semoga aku bisa teguh dalam prinsipku, untuk berubah.
"Allahu Akbar!" Mengangkat dua tanganku. Tak terasa, aku seketika menangis.
Tangis ini bukan masalah kehilangan orang-orang terdekat. Tangis ini, tangis pengakuan sebuah dosa dan kesalahan.
Tangis ini sekaligus tangis syukur karena Aku masih memiliki orang-orang yang baik, yang mau mengerti keadaanku.
Setelah selesai Shalat Subuh, aku bergegas ke selasar yang ada di dekat pohon pinus. Aku duduk sambil memandangi sang surya terbit dari cakrawala.
"Heh, ngelamun!" Rajma mengagetkanku.
Rajma memperhatikanku. Dia melihat sorot murung di mataku, gadis cantik itu merasakannya. "Ngelamun lagi? Dari tadi aku perhatiin kamu ngelamun terus. Ngelamunin apa sih Sa?"
"Ngelamunin kamu!" Dengan genit aku kedipkan mata yang sembab karena tangis Subuh tadi.
Rajma tersipu-sipu. Aku temui semu merah di pipi gadis cantik itu.
"Sekarang aku bakalan jadi orang yang pandai bersyukur, kan aku punya kamu" sambil menatap mata Rajma yang berbinar itu.
"Eh maksudnya punya kalian. Dito, Lendra, Nabila dan Kamu. Hehe" Lanjutku.
"Hehe iyaa, kalau ada apa-apa cerita aja ya Sa! Jangan sungkan" Rajma tersenyum.
"Oke Komandan" sarapanku sekarang dengan senyum manis dan perhatian yang manis.
Sekarang aku temui senyumku lagi. Ancala Belantara telah membawanya kepadaku melalui sosok gadis yang bermata bak sahmura, Rajma Andini Pamalayu.
Andai kamu tau Ma, Senyum kamu pagi itu manis sekali. Laktosa, Sukrosa, Glukosa dan Fruktosa pun kalah!
Bersambung...
Gimana nih ceritanya?
Mohon saran dan kritiknya yaa:)
Jangan lupa tinggalkan vote :)
Terima kasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRADIMUKA
Teen FictionSebuah tamsil tentang hidup yang sporadis. Baik dan buruk sudah tak dapat dibedakan, dan hanya menjadi sebuah sawala bagi sebagian orang. Hidup adalah sarana orang berakah untuk membanggakan diri, dan sebagian orang tetap sumarah atas apa yang terja...