━◆❃Prolog❃◆━

150 23 6
                                    

═❖•❀•❖═

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

═❖•❀•❖═

Malam hari dengan langit gelap menyombongkan sinar rembulan berbentuk bulat sempurna, tidak lupa dengan segerombolan bintang yang saling menjaga sedikit jarak untuk memperjelas pesona kerlip genit yang mereka tunjukkan. Awan hitam mencoba untuk menyembunyikan pesona cahaya yang dimiliki bulan dan bintang, tapi untungnya angin selalu berhasil mengusir warna kelabu yang tak jarang menghalangi keberadaan yang sebenarnya indah.

Seorang lelaki muda bertubuh jangkung yang masih mengenakan seragam sekolah SMA tengah melangkahkan kaki panjangnya dengan gontai menuju motor sport hitam yang berbadan besar. Tanpa pelindung kepala, ia memutar gas dan memecah jalanan di malam yang gelap dan sepi.

Sungguh, saat ini ia tidak tahu harus pergi kemana. Lelaki itu hanya mengikuti arah jalan lurus yang ia lihat. Ia juga tidak tahu harus pulang kemana, saat ini dirinya tidak memiliki tempat untuk pulang.

Di rumah yang ia tinggalkan sungguh memuakan. Emosi sudah meledak-ledak dalam angan. Tidak ada satu katapun yang berhasil menggambarkan perasaannya yang lebih dari kata hancur.

"Lean on me"

Lelaki itu membaca deretan huruf berupa stiker yang tertera di kepala motornya.

"Cih, motor yang harus jadi sandaran?" gumamnya meremehkan, juga menertawakan nasibnya.

Isi hati dan pikiran otaknya sungguh berantakan. Dalam hidupnya, ia tidak memiliki sandaran. Sadar atau tidak, dirinya mulai meningkatkan kecepatan laju motor besarnya. Matanya menajam dan bergurat merah. Ia tidak menangis meski ada hati yang hancur dan perih.

Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk pasokan pernapasan yang terasa sesak.

"INCI, JANGAN KE JALAN!" jerit seorang gadis yang bisa membuat siapa pun terkejut.

Saat sadar, seekor kelinci putih hampir tertabrak oleh motor yang tengah dikendarai. Tangan dirinya refleks banting stir, dan motor yang melaju cepat tidak bisa dikendalikan.

Motor terguling entah kemana. Semuanya berputar dengan cepat. Ia rasa, dirinya terpental dan ikut mengguling tanpa pelindung apa pun di tubuhnya. Saat putaran berhenti, kepalanya terasa berat dan sakit layaknya dipalu keras-keras.

"G-gimana ini?" panik seorang gadis yang samar-samar suaranya terdengar.

Saat itu kesadaran lelaki tersebut masih sedikit terjaga dengan rasa sakit yang menghujam. Telinganya berdengung keras hingga tidak bisa memahami apa yang terjadi. Yang ia tahu, hanya kematian yang terbayang di depan matanya.

Senyum terukir di wajah tampan yang bercucuran darah dari pelipisnya. Malam ini begitu gelap, melengkapi kesengsaraan yang tengah dirasakan. Hanya ada cahaya lampu senter yang berasal dari tangan gadis itu yang memberi penerangan.

"Thanks."

Lelaki itu meringis kesakitan, tapi masih tersenyum seperti orang gila. Ia bahkan mendengar gadis itu menangis. Padahal untuk apa tangis itu dikeluarkan untuknya?

"Jangan matiii! Nggak, nggak, j-jangan!" Suaranya semakin bergetar panik diiringi tangisan.

"Gue .... lebih baik mati," ujar lelaki itu dengan terbata. Pandangannya kosong dengan memori yang memutar balik semuanya. Ada kemarahan dan luka yang sepertinya akan dibawa mati.

"Kalau mati, pake cara terhormat, bodoh! Kamu nggak keren kalo matinya kayak giniii!" terdengar getar ketakutan dari suaranya yang melengking itu. "Jangan jadiin aku penyebab kamu mati .... please!"

Kepala yang mengeluarkan banyak darah semakin berat. Ia hanya tinggal menunggu kapan ajalnya tiba, itu karena saking pasrahnya pada hidup yang penuh beban. Ia terus memejamkan matanya untuk menahan sakit yang tidak bisa dijelaskan.

Lama-lama, lelaki itu tidak sanggup untuk menahan napasnya lebih lama lagi. kesadarannya mulai melemah. Ia memejamkan matanya sejenak, lalu memaksanya untuk terjaga kembali. Ia ingin melihat gadis itu, tapi keadaan gelap tidak mendukungnya. Sosoknya tak terbayangkan seperti apa, hanya suara yang jelas terdengar ketakutan.

"Tahan dulu, please." Gadis itu menangis dengan rasa khawatir yang bisa lelaki tersebut rasakan.

Perlahan mata beratnya mulai tertutup dan semuanya gelap. Dirinya tidak bisa menjaga kesadarannya lagi. Mungkin hari ini ia mati di hadapan gadis yang tidak dirinya ketahui.

═❖•❀•❖═

Warning!Baca 10 chapterPasti nggak akan bisa berhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning!
Baca 10 chapter
Pasti nggak akan bisa berhenti.
Nggak percaya?
Buktiin

ஓ๑♡๑ஓ

• Can I? •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang