❀:ཻུ۪۪1➻Fall

129 21 36
                                    

═❖•❀•❖═

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

═❖•❀•❖═

Mata yang tertutup rapat itu terbuka. Diam sejenak dan akhirnya mengubah posisinya jadi duduk. Tangan kekar mengusap wajah bantal dirinya karena ia baru saja terbangun dari mimpi yang kerap datang tanpa permisi. Bahkan reka kejadian telah teringat di luar kepala.

Remaja bernama Ankaa Putra itu akhirnya beranjak dari kasur. Bersantai bukanlah gaya lelaki yang satu ini, segalanya harus teratasi lebih cepat dan tepat. Good boy, itulah definisi seorang Ankaa yang namanya sering salah ditulis orang. Anka, itu merupakan kesalahan orang yang tidak mencantumkan dua huruf a.

Lupakan soal nama. Hari ini adalah hari Minggu, dan kebiasaan Ankaa adalah berolah raga di taman setiap hari, apa lagi hari libur yang dinantikan ini. Niat yang terangkai selalu Ankaa lakukan dengan konsisten.

Pada pukul lima dini hari, ia sudah siap dengan jaket dan celana training. Mengatur waktu pada jam tangannya, Ankaa ingin tahu, seberapa cepat ia sampai di taman yang jaraknya lumayan jauh.

"Tiga puluh lima menit, cukup."

Pagi itu, Ankaa berlari cepat, namun dirinya masih terlihat santai. Suasana pagi yang masih gelap ini memang sejuk. Lelaki ini tersemangati melihat bayangannya di bawah lampu jalan yang masih menyala. Di jalan aspal itu, ia bisa melihat bayangan dirinya yang sedang berusaha. Seperti itulah semangat paginya terbentuk.

═❖•❀•❖═

Ankaa melihat arlojinya yang menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Saat istirahat, ia terlalu tenggelam dalam angan tentang mimpinya. Setiap saat memikirkan hal itu, tapi sayang, jawaban tak kunjung ditemukan. Ankaa tidak akan memikirkannya lagi. Rasanya seperti membuang waktu.

"Pasti anak-anak udah nunggu."

Ankaa mempercepat langkahnya hingga kembali berlari. Rupanya matahari sudah mulai naik lebih tinggi.

"AAAAAAAA .... A-AWAS! MINGGIR! WO-WO-WOO-WOOOOOO ...."

Sepeda itu melaju tidak beraturan, dan Ankaa yang berlari cepat kesulitan menghentikan kakinya. Ia menghindar hingga kakinya menginjak batu dan jatuh terduduk tanpa adanya bantalan empuk.

Gedebuk

Brak

OWWEEOOONG

Ankaa meringis. Ia membuka matanya yang selama beberapa detik terpejam, menahan sakit bokongnya yang mendarat di aspal jalan taman. Ia berdiri dari duduknya dan mengecek seluruh bagian badan yang mungkin saja ada lecet atau luka yang perlu diobati. Satu hal yang perlu dicatat, Ankaa tidak suka obat merah atau apa pun itu, apalagi alkohol, walaupun menyembuhkan, tetap saja menyakitkan. Makanya ia merawat diri hingga berusaha agar tidak memiliki luka.

• Can I? •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang