38. Biaya

12.7K 2.1K 135
                                    

Setelah Yena tidur, keadaan mulai serius. Jungkook dan Taehyung seperti di sidang kaya dulu, waktu pertama kali.

Sebelumnya berkangen-kangenan dulu, bercanda ria, saling menanya kabar dan keadaan, kini suasananya agak sedikit mencekam; bagi Jungkook.

Papa dan Mama Kim, juga Papa dan Mama Jeon kini duduk di sofa berhadapan dengan Jungkook dan Taehyung.

Sedari tadi Jungkook udah gelisah, genggam erat tangan Taehyung sampai berkeringat. Taehyung yang tau kalau istrinya ini gugup, sedari tadi gak henti elus pinggang; memberi afeksi yang menenangkan.

"Rileks, sayang. Kami gak akan ngapa-ngapain kok." Kata Mama Jeon dengan lembut, berniat tenangin Jungkook yang sedari tadi nempel gak mau lepas dari suaminya.

"Kami disini cuma ingin membicarakan tentang masalah pembiayaan—" lanjut Papa Kim

Semuanya saling tengok sebelum sepenuhnya atensi mereka balik lagi ke Jungkook dan Taehyung.

Jungkook agak nafas lega, kira dia mau bahas apa, terlebih tadi Mama Kim takutnya udah ngasih kode tentang Taehyung yang selama berumah tangga ini dia urusin.

Gak sepenuhnya lega sih, Jungkook lihat Taehyung yang raut wajahnya berubah seketika.

"Sanggup tidak sanggup, siap tidak siap, kalian harus bisa menerimanya." Di sambung oleh Papa Jeon

"Kami sudah memutuskan ini dengan sangat matang. Ini sudah waktunya untuk kalian benar-benar memperjuangkan rumah tangga kalian sendiri. Kami juga tau kalau Taehyung sekarang sudah kerja, iya toh? Walaupun jadi asisten dosen. Tapi kami yakin, kalau sudah berani memulai, kalian pasti bisa menjalani proses kedepannya." Jelas Papa Kim.

"Bukannya kami tidak sayang, bukannya kami tega kepada Jungkook dan nak Taehyung, tapi, inilah sebagian konsekuensi yang harus kalian hadapi atas perbuatan kalian. Kami tidak mau kalau kalian justru gagal menjadi orangtua untuk anak-anakmu karna kami ayomi terus. Semakin dewasa, kalian tidak akan selalu bergantung kepada kami lagi. Jadi, kami hanya ingin membiasakannya dari sekarang, sebelum semuanya terlambat." Papa Jeon berusaha menjelaskan dengan lembut, tetapi tidak mengurangi ke-tegasannya.

Mama keduanya hanya menatap sendu anak-anaknya yang sekarang sedang menunduk, saling menggenggam erat tangan berusaha saling menenangkan.

Mereka tau ini bukan waktunya, tapi lagi-lagi kedua orang tua mereka hanya ingin yang terbaik untuk anak-anaknya.

Apa yang telah di perbuat harus ikut serta dengan pertanggung jawabannya.

Orang tua hanya ingin anak-anaknya tumbuh dewasa dengan menjadi sosok yang bijak, apalagi sudah berganti peran menjadi sosok Ayah dan Ibu. Mereka harus tau perjuangan menjadi orangtua sekaligus suami dan istri yang bisa saling mengayomi.

Biarkan mereka tumbuh dewasa dengan pemikirannya sendiri. Ingin tau sejauh apa mereka berjuang pempertanggung jawabkan apa yang sudah mereka perbuat.

"Iya ma, pa, kami paham. Kami sangat berterima kasih sekali karena sedari awal kalian sudah mempermudah jalan kami untuk hidup mandiri. Terima kasih untuk segala kasih sayang yang sudah kalian berikan untuk kami, kami belum bisa berbalas budi, tapi kami malah menambah beban dengan kami menjadi orangtua secepat ini." Kemudian Taehyung yang angkat bicara, suaranya sedikit bergetar.

"Taehyung dan Jungkook akan berusaha membalas budi walaupun hingga akhir hayat pun tidak akan pernah bisa menggantikan jasa dan kasih sayang kalian kepada kami, kami akan berusaha membahagiakan kalian dengan menjadi orangtua yang baik, dan mendidik anak kami kelak agar tumbuh menjadi sosok yang baik dan berguna—seperti kalian yang tidak ada lelah nya mengurus dan mendidik kami hingga saat ini." Lanjut Taehyung. Air matanya berhasil jatuh.

Jungkook yang dari tadi sudah menangis pun sudah beralih ke pelukan Mama Jeon. Tangisnya pecah, merasa sangat bersalah. Yang di harapkan semua orangtua pasti ingin anaknya berpendidikan tinggi, sukses, membahagiakan orangtua dengan kerja kerasnya dan bisa menanggung masa tua nya agar terjamin. Tapi Jungkook? Bahkan SMA pun tidak tamat dan sekarang semakin menambah beban dengan dia yang sudah berumah tangga dan memiliki momongan duluan.

Gak henti-hentinya Jungkook nangis dan menggumamkan kata maaf di pelukan mamanya.

"Ma, maafin Jungkook yang belum tau caranya berterima kasih ke mama dan papa. Maafin Jungkook yang sudah merusak masa depan yang di cita-citakan mama sama papa hiks.. m-maafin Jungkook karena—" omongan Jungkook terpotong dengan menempelnya telunjuk mama di bibir Jungkook.

"Ssst.. Jungkookie, anak kesayangan mama. Kamu tidak pernah mengecewakan mama dan papa kok nak. Bagaimana pun kamu, Jungkookie tetap anak kebanggaannya papa dan mama.. anak kesayangannya papa dan mama." Ucap mama Jeon yang berusaha menenangkan, walaupun gak bisa di pungkiri kalau mama Jeon juga sangat amat sedih.

Ikut menangis walau tanpa suara, melihat anak satu-satunya yang kini harus berjuang menjadi orangtua di usia nya yang masih sangat remaja. Jujur sekali, hatinya sakit dan perasaan belum rela masih sangat mengganjal. Itu pasti akan di rasakan oleh orangtua manapun yang mengalaminya.

Taehyung pun gak kalah sedih. Dia merasa orang yang paling bersalah di sini. Bahkan Taehyung udah gak sanggup menjabarkan rasa bersalahnya.

Taehyung nangis, sangat nangis walaupun gak sampai sesenggukan kaya Jungkook. Peluk mamanya erat.

Walaupun momen begini sudah pernah mereka alami, rasanya tetap begitu sedih. Kalau dulu melepas harus hidup mandiri dengan pisah rumah, sekarang kedua orangtua nya benar-benar melepas mereka untuk hidup sendiri.

Untuk kedua orangtuanya, mungkin dari dalam lubuk hati mereka lah yang paling sedih. Harus melepaskan anak tercinta secepat ini. Rasanya baru kemarin mereka mengurus, merawat dan membesarkan anak kesayangannya, kini harus di lepas, merelakan hidup dan di rawat oleh oranglain.

Semua memang terasa berat.

;

Setelah acara yang penuh haru tadi, tengah malam bahkan mereka masih terjaga. Saling tatap dengan di batasi Yena di tengah.

"Kamu siap, Kook, hidup susah sama aku?" Kata Taehyung.

"Apapun itu, asalkan tetap sama kamu, aku selalu siap." Jawab Jungkook tegas sekali.

"Jangan takut, Taehyung. Aku gak akan pernah bosen untuk bilang ayo kita berjuang bersama. 'Kan katamu berumah tangga itu sudah bukan tentang masing-masing lagi, tetapi tentang kita." Lanjut Jungkook, suaranya selalu lembut; menenangkan Taehyung yang sebenernya gelisah.

"Aku akan kerja keras cari kerjaan sampingan lagi. Sukur-sukur bisa punya kerjaan tetap tanpa mengganggu kuliah ku."

"Apapun, Taehyung. Yang penting anak kita. Gizi dan kebahagiaan Yena nomor satu."

Kemudian mereka tatap buah cinta nya yang tertidur lelap tanpa beban. Hati keduanya langsung menghangat, seakan beban mereka lepas, walaupun sejenak.

Taehyung ngangguk. "Kita berjuang sama-sama untuk adek, ya?"

Sepaket kesayangan gak lupa Taehyung kecup sebelum terlelap. Sebelum menyambut hari esok yang semoga aja selalu indah untuk keluarga kecilnya.

Bersambung..

Yaampun maaf bgt aku gak ada kuota lama hikd..
Sebelumnya, minal aidzin walfaidzin ya, manis-manisku. Maaf kalo aku ada salah ke kalian yang di sengaja ataupun enggak. Maafin yang kadang aku suka ingkar janji atau sering ngilang-ngilang.. hiyahiya. Bener-bener minta maaf. Mohon maaf lahir dan batin, manis-manisku🙏🏻 Aku tau ini telat bgt ssjsjssj

Btw, hari ini aku up satu part dulu ya. Kuota turun tak lanjutin lagi, kaaay. Aku nyabet hospot tetangga ini🙃

Super Parents [VK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang