1. Prolog "Mistake"

6.6K 522 37
                                    

Bercerai di usia 25 tahun, sama sekali tidak pernah terpikirkan dalam rencana hidupku.

Kami berdua keluar dari gedung pengadilan. Langit tampak mendung. Jalanan pun masih basah. Belakangan memang sedang musim hujan. Suasana yang sangat cocok dengan keadaanku saat ini.

Wajahnya terlihat datar, seperti biasanya. Wajah yang selama 7 tahun ini mengisi hidupku dan dalam sekejap kini menjadi mantan suamiku.

"Apa rencanamu selanjutnya?" Dia menghentikan langkah, bertanya padaku.

"Aku mau kuliah, tapi sepertinya umurku sudah lewat." Aku menjawab diselingi tawa garing.

Dia cuma balas senyum seadanya. Lelaki itu menghela napas panjang. Ada sekelebat angin yang menyapu wajah kami berdua, membuat mataku menjadi perih dan berair. Aku menengadah, mencegah buliran air jatuh dari sana.

Kemudian dia mengulurkan tangan di hadapanku.

"Semoga sukses." Ucapnya, dengan suara yang entah kenapa terdengar bergema saja di telingaku.

Untuk sepersekian detik aku hanya menatap tangan itu. Entah kenapa ada rasa perih yang mencekik tenggorakanku.

"Terimakasih untuk selama ini." Aku akhirnya menyambut uluran tangannya, sambil menarik ujung bibirku yang kurasa mulai bergetar,

"Selamat tinggal, Taeyong."

Dan kemudian dia memelukku. Pelukan yang singkat, tanpa ada emosi spesial, hanya sekedar salam perpisahan.

7 tahun, pernikahan kami akhirnya berakhir dalam perceraian. Kami berhasil bertahan selama itu karena kami sama-sama tahu bahwa pernikahan tidaklah sebercanda itu. Kami bisa saja bercerai sejak lama jika mau, tapi kami menghargai pernikahan ini.

Kami sudah mencoba bertahan cukup lama dalam kebersamaan tanpa cinta, tanpa kehangatan, tanpa tujuan. Tetapi untuk terus bertahan tampaknya sangat melelahkan, baik untuk diriku maupun untuknya. Semakin hari rasanya semakin menyesakkan, sampai rasanya aku kesulitan bernapas.

Orang bilang cinta dapat tumbuh dalam kebersamaan. Namun sepertinya tidak semudah itu bagi kami berdua. Hubungan kami yang dimulai karena sebuah kesalahan, pada akhirnya berujung dengan penuh penyesalan. Bahkan setelah bertahun-tahun kami bersama, pada akhirnya kami menyerah dalam kata berpisah.

[Flashback] Agustus, 2012

Ayah dan ibuku sedang pergi ke kampung untuk mengahadiri acara pernikahan kerabat di sana. Setelah melakukan tawar menawar aku berhasil menolak ikut dengan alasan bahwa aku harus mengurus beberapa hal untuk persiapan masuk kuliah. Dan di sinilah aku sekarang, having quality time di kamarku sambil menonton drama dan memakan camilan.

Saat sedang asyik menikamati salah satu novel favorit-ku, sahabatku Jennie mengirim pesan dan meminta tolong padaku,

"Jis.. Rumahmu sepi kan? Aku numpang main ke sana ya sama temen-temen geng."

Aku mengernyit. Jennie memang salah satu sahabatku, belakangan ini dia sering memiliki acara kumpul-kumpul bersama teman-teman pacarnya. Aku sering diajak bergabung, tapi aku selalu menolak, karena memang aku adalah anak rumahan yang lebih suka berdiam diri di kamar dengan setumpuk novel dan juga setumpuk camilan.

Belum sempat aku mebalas chat-nya, tiba-tiba muncul sebuah panggilan masuk. Aku segera menggeser ikon berwarna hijau di layar ponselku.

"Jiss.. Kita kesana yaa" Jennie dengan suara manjanya langsung memohon dari seberang telepon, bahkan tanpa salam basa basi. Ya, kami berdua memang sedekat ini.

"Kenapa tumben minta kesini?" Tanyaku.

"Di rumah Mama lagi ngumpul juga sama temen-temennya, terus di rumah Kak Jongin lagi ada temen-temen adiknya." Tutur Jennie, "Aku sama anak-anak mau nonton film bareng. Kamu kan punya banyak stok film. Boleh ya? Sekalian nanti aku kenalin sama temen2 deh." Ucap Jennie

A Million Path [Taesoo] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang