Delapan

5 1 0
                                    

"Rendy mana?!" Amina menyembul diantara cowok-cowok yang Amina tau itu adalah teman-teman Rendy.

Mereka semua menoleh.

Satu dari mereka berucap. "Lo apain Rendy?"

"Aku..." Amina tak mampu berkata-kata.

Tidak lama kemudian sosok Rendy terlihat keluar dari kelas. Memakai jaket dengan tudung menutupi hampir separuh wajah.

Yang tadinya ingin lewat, terhenti karena melihat Amina.

"Ngapain? Ayo pulang." Rendy menarik tangan Amina.

Setelah sedikit jauh dari teman-teman Rendy. Amina menarik Rendy untuk berbalik dan berhenti.

"Rendy. Kamu kenapa?"

Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut cowok itu. Hanya gelengan. Itupun setelah beberapa detik diam.

Lalu Rendy kembali menarik Amina untuk pergi.

Amina merasakan sekali tangan Rendy yang hangat. Tidak biasanya.

Sampai diparkiran Amina terus memperhatikan sosok Rendy yang tengah mengeluarkan vespanya dari barisan para motor.

Benar-benar diam.

Amina naik ke boncengan vespa Rendy.

Cowok itu langsung melajukannya.

Tidak ada sama sekali pembicaraan.

Setelah mereka sampai dirumah Amina. Rendy membuka tudung jaketnya.

Terlihat sekali wajah Rendy yang seperti orang yang banyak masalah. Pucat dan terlihat lelah, kusut.

"Putus aja."

Amina tersentak. Itu benar-benar keluar dari mulut Rendy. Putus, katanya?

Amina menatap Rendy tak mengerti.

"Kamu kenapa?" Amina berusaha menyentuh bahu Rendy, namun ditepis.

Amina menarik tangannya lagi dengan perasaan terluka.

"Bukannya kamu nangis gara-gara aku?" tanya Amina, yang dirinya sendiri ingin menangis saat ini.

"Gausah sok tau lo." Rendy membuang tatapan ke jalan.

Amina benar-benar tak menyangka Rendy akan seperti ini. "Kenapa tiba-tiba berubah? Sakit tau.." ucap Amina pelan.

Rendy tidak berkata apa-apa.

"Kamu.. kamu.." Amina tak sanggup melanjutkannya, terlalu sakit.

"Eng... Rendy. Boleh minta peluk? Sekali aja. Habis... Habis itu aku nggak akan cari kamu lagi. Kita.. kita bakal jadi orang asing, aku janji."

Rendy bangkit dari vespanya, dan memeluk Amina.

Disaat yang bersamaan, keduanya sama-sama terluka.

Namun tidak ada yang mampu bicara.

Sampai Rendy melepas pelukan, dan pergi. []

Vote and coment jangan lupa.

SOMETHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang