Tujuh

7 1 0
                                    

Sejak bel istirahat berbunyi Amina sudah berada ditempat ini.

Diperpustakaan.

Semalaman kemarin, dan seharian tadi ia memikirkan Rendy dan merindukan seseorang.

Semuanya tenang. Sampai seorang laki-laki masuk dan duduk disebelah Amina.

"Aku cariin ternyata disini." Rendy menatap Amina dari samping.

Tanpa menoleh Amina berucap. "Aku kangen mantan aku."

Rendy terdiam beberapa saat. "Oh, yaudah."

Amina diam.

"Kenapa kamu ga ketemuan sama dia? Emang abis putus kamu musuhan? Apa putus gara-gara bertengkar?" Rendy berusaha terlihat biasa saja dan memahami Amina.

"Nggak aku yang jauhin dia."

"Oh." Rendy terdiam, menatap lurus kedepan.

"Iya."

"Gua nggak sebaik dia ya? Mantan lo itu." Ucap Rendy tiba-tiba.

Amina menoleh. "Maksudnya?"

"Ya buktinya pacaran sama aku aja kamu masih mikirin dia. Berarti aku ga cukup baik buat bikin kamu lupa sama dia."

Telak. Amina tak mampu berkata-kata.

Setelah kehening mengisi sesaat. Rendy pergi.

Amina hanya mampu menatap kepergian Rendy. Antara perasaan bersalah dan yaudah. Jadi Amina tidak ada niat mengejar atau menahan cowok itu.

Setelah Bel berbunyi, barulah Amina naik ke kelas.

Dikelas tiba-tiba Nadia menghampirinya dengan wajah panik.

"Amina! Lo apain Rendy hah?" bisiknya, menatap Amina dengan tatapan penasaran.

Jujur, Amina juga terkejut. "Emang dia kenapa?"

"Ih lu harus tau. Goblok banget, na. Dia nangis!!"

"HAH?" []

SOMETHINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang