Hari esok itu nyata.
Rendy tidak pernah lagi bertemu Amina.
Perasaan rindu yang selalu datang tidak pernah bisa Rendy tepis.
Sekarang ia tengah duduk dikantin. Dan bel istirahat sudah berbunyi.
Tapi ia tak kunjung menemukan sosok Amina, lagi.
Kenapa harus menghilang?
Rendy menunduk, memgaduk-aduk kopinya tanpa minat.
Sesaat ia kembali menoleh untuk sekedar bisa menemukan Amina diantara banyak murid itu. Tapi tetap tidak ada.
"Pasti lu masih mikirin Amina." Arya berjongkok disebelah Rendy.
Rendy menggeleng. "Enggak ah. Gue lagi nyari Dito aja. Belom bayar duit baju."
"Halah, piksu." jeda, Arya melihat ke arah kerumunan murid yang berada distand batagor. "Lah itu! Itu Nadia, temennya Amina itu!"
Rendy langsung menoleh, "Mana, mana?!"
"Itu yang rambutnya dijepit setengah, tau ga lu? Itu. Ceweknya Juna, tau kan?"
"Juna..." Rendy berpikir sejenak, "Yang baru kemaren jadian?"
"Iya! Ceweknya Juna itu temen deketnya Amina!"
Rendy terus melihat ke arah Nadia. Berusaha menemukan Amina. Namun tidak ada. Sepertinya gadis itu sendirian, tidak bersama Amina.
Pasrah. Rendy kembali menatap secangkir kopinya. Ia tidak mungkin menemukan Amina lagi sepertinya.
Separah ini? Gadis itu benar-benar serius dengan ucapannya.
Rendy harus siap menerima bahwa mereka akan kembali 'asing'. []