Bagian 3
Damar lunglai ketika ia harus berhadapan dengan dokter. Pemuda itu duduk di hadapan dokter dengan kaki dan tangan yang berkeringat, gemetar, dan pilu. Ruangan kecil itu membuat Damar tak mampu menghirup udara segar karena mendadak napasnya sesak ketika dokter menjelaskan lagi kondisi Lisa. Bingkai foto di tangan Damar kacanya telah pecah dan pinggiran bingkainya terdapat bercak darah dari tangan Lisa. Perasaan Damar ngilu memandangi senyumnya dan senyum Lisa yang membeku dalam foto itu, tapi telah hilang dimakan waktu.
"Maksud saya adalah untuk membuat Lisa mengingat kenangan baik di antara kami, Dok." Damar menjelaskan ketika dokter menatap pias padanya sembari menghela napas.
"Keadaan Lisa sekarang bukan sekedar depresi biasa yang bisa dihibur oleh kenangan baik, Damar. Lisa lebih parah dari itu," kata Dokter Kusuma sambil menulis catatan, sementara Damar masih menatap kepada bingkai foto di tangannya. Dokter Kusuma lalu mendongak pada Damar seraya berkata, "Saya akan mencoba sebaik yang saya bisa untuk membantu Lisa tetap baik-baik saja, meski tidak ada jaminan bahwa dia akan sembuh seperti semula."
Damar hanya mengangguk lalu undur diri dari hadapan dokter yang menangani Lisa itu. Perasaan Damar terlampau temaram sekarang. Ia merasa sia-sia menjadi sahabat Lisa. Ia tak berguna. Damar menatap lagi bingkai foto itu, Lisa tersenyum sangat bahagia bersamanya ketika Dirga mengambil foto itu tiga tahun lalu. Damar jadi ingat bagaimana semuanya telah berjalan begitu cepat dan melampui perasaannya.
Damar dan Lisa adalah teman dari kecil, sejak duduk di taman kanak-kanak. Rumah mereka bersebelahan. Lisa datang kepada Damar kecil yang pemalu saat itu, Damar yang sangat tertutup, dan Damar yang membenci semua hal dalam hidupnya. Bersama Lisa, perlahan Damar belajar menjadi orang yang bahagia meski ia tahu sedang terluka. Damar tidak memiliki Ayah, ia hanya punya nenek yang merawatnya dan ibu yang gila karena membenci dirinya. Lisa satu-satunya yang ia miliki sebagai teman juga sebagai malaikatnya. Sejak Lisa membuatnya tersenyum dengan hidup, Damar sudah mencintai Lisa lebih dari apapun.
Sejak taman kanak-kanak sampai bangku sekolah menengah atas, Damar dan Lisa selalu bersama. Mereka bersekolah di tempat yang sama, melakukan kegiatan bersama, berbagi hal apapun bersama. Hingga pada suatu ketika, datang seorang Dirga dalam hidup mereka. Damar sangat mencintai Lisa, tapi ia tidak mengungkapkannya sampai Dirga melakukan hal itu lebih dulu. Lisa yang merasa jatuh cinta untuk pertama kalinya pada sosok Dirga dengan mata teduhnya pun akhirnya menerima sebuah hubungan yang selama ini asing baginya. Lisa dan Dirga saling mencintai, lalu Damar hanya bisa bungkam dengan perasaannya sendiri. Damar memilih menjadi sahabat yang baik bagi Lisa maupun bagi Dirga.
Semuanya berjalan cepat. Perasaan Damar masih sama pada Lisa sampai hari ini. Ketika Dirga tidak mampu menjaga janjinya kepada Lisa untuk terus bersamanya, Damar masih merawat perasaannya yang selalu tumbuh setiap harinya untuk Lisa. Damar tetap mencintai Lisa bahkan saat Lisa menjadi gila karena kehilangan Dirga. Damar telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak meninggalkan Lisa sampai kapan pun dan dalam keadaan apa pun. Damar bahkan mengambil kuliah psikologi agar ia mampu membantu dua perempuan paling berharga dalam hidupnya, Lisa dan Ibunya. Damar memang tidak punya ayah sebagai pengokohnya ketika ia tumbuh besar, tapi Damar adalah laki-laki yang kuat untuk tidak meninggalkan orang yang dicintai bagaimana pun kondisinya. Damar akan bertahan.
Namun, perasaan Damar sedikit terpukul hari ini. Bingkai foto itu pecah ketika Lisa membantingnya ke lantai. Tangan Lisa berdarah, tapi rasanya sakit sekali bagi Damar yang menyaksikan itu. Lisa yang kembali mengamuk dengan teriakan nama Dirga lagi. Hati Damar menjadi sangat kacau karena bukannya membaik, Lisa justru semakin menggila. Sekarang Lisa dirawat lebih intensif dan dijaga lebih ketat setelah Lisa hampir melukai dirinya sendiri. Semua karena upaya Damar untuk membantu Lisa sembuh. Segalanya jadi terasa hampa untuk Damar setelah sekian lamanya berupaya untuk Lisa. Damar menghela napas ketika batinnya terasa kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDUM ✓ [Sudah Terbit]
Romance"Aku tidak tahu, aku selalu melihatmu. Kenangan kita selalu menjelma menjadi kamu hingga hampir gila rasanya aku. Tidak! Kita sudah mati. Perasaan kita sudah lama pergi. Cinta bukan lagi yang kita nanti," katanya dengan mata menyapu segala. Dia meme...