Fröhliches Lesen
🍂🍂🍂
Bagian 1
Matanya sayu. Gadis itu diam menunduk pada keheningan. Rambutnya terurai hampir menutupi matanya yang setengah basah. Lingkaran hitam kentara sekali menyinggahi sudut matanya. Suasana tempat ia duduk sekarang ramai, tapi hatinya sepi. Batinnya kacau. Remuk redam setelah ia kehilangan separuh dari dirinya. Seseorang duduk menyebelahinya.
Damar duduk di sampingnya, sosok laki-laki kurus dengan mata coklat gelap yang tampak temaram. Laki-laki itu menyodorkan sebotol air mineral. "Ini minum," suruhnya.
Gadis itu menerimanya dengan tangan hampa. Meneguknya lalu ia tenggelam lagi pada ruang imajinasinya. Terjun menemui ruang hampa yang paling dalam dari dirinya. Gelap dan mencekam di mana hanya ada sebuah kegilaan. Ia hampir hilang waras. Hidupnya sudah punah.
"Ayah dan Bunda menyuruhku menjagamu di sini, Sa." Damar menyuara tanpa ada balasan dari yang ia ajak bicara.
"Aku mau bertemu dia, Mar? Aku merindukannya."
Tatapan gadis itu kosong. Pikirannya kosong. Jiwanya kosong. hidupnya hampa. Ingatannya menggelayut pada sosok bermata teduh yang selalu menguasainya. Perasaan itu hadir lagi secara tidak sengaja dalam benaknya. Semuanya menjadi abu-abu dan sosok bermata teduh itu nampak makin nyata dalam pelupuknya. Napas gadis itu naik turun. Gelisah menyelimutinya. Ruangan luas yang bercat putih bersih itu ramai, tapi bagi gadis itu semuanya hilang. Sepi dan temaram. Matanya hanya menangkap sosok paling lekat dalam ingatannya.
"Dirga," lirihnya.
Bibir gadis itu bergetar mengucap nama paling jauh yang ia jangkau dari lubuk hatinya. Serpih-serpih warasnya telah lama terkoyak oleh hampa yang menyekat segala yang ia mampu untuk menerka. Hingga yang kentara hanyalah sosok Dirga.
"Jangan mulai lagi, Sa!" Damar berkata setengah berteriak lalu memegangi tangan gadis itu erat. "Cukup, ya."
Di cengkraman Damar, ia mulai meronta-ronta ketika bayangan sosok bernama Dirga lagi-lagi yang menjadi penyebab semua kegilaan itu.
"Damar, tadi aku melihat Dirga. Dia ada di sana. Aku yakin itu dia!" Bola matanya berbinar ketika menyebut nama Dirga seperti pertama kali gadis itu bertemu, semuanya nampak berseri sehingga ia jadi tersenyum sendiri. Hanya sendiri.
"Sa, kamu baru saja keluar dari ruang dokter, jangan mulai lagi, ya!" Pemuda itu menatap lekat pada sosok yang mulai tidak bisa tenang di sebelahnya.
"Aku nggak gila, Damar!"
"Lisa, aku tahu kamu nggak gila, makanya kamu harus hentikan ini semua, ya."
Lisa berhenti dari meronta di cengkraman pemuda di sampingnya itu. Gadis bernama Lisa Lavemia, gadis dengan rambut hitam panjang yang selalu diurai, memiliki bola mata hitam berbinar yang sekarang meredup, dan tubuh kurus yang membuat pakaiannya tampak longgar. Lisa memiliki garis wajah oval dengan mata bulat sempurna, dan hidung yang tidak terlalu runcing, serta bibir merah muda yang selalu tampak kering. Lisa memiliki definisi sebagai gadis yang cantik bila pucat tidak mendominasi wajahnya.
Lisa diam menatap botol air mineral yang masih tergenggam di tangannya sembari ia menyadari hal lain. Ruang dadanya sesak. Gadis itu tak bergeming dari mengingat sosok bermata teduh yang namanya selalu berada di ujung lidahnya itu. Sosok bermata teduh itu adalah Dirga. Pemuda yang telah mengisi hati Lisa selama tiga tahun lamanya.
Benar jika Lisa mulai depresi setelah kepergian Dirga. Lisa mulai berhalusinasi selalu melihat sosok Dirga di mana pun ia pergi. Lisa mulai berbicara sendiri dengan bayangan yang ia anggap Dirga itu. Lisa mulai depresi ketika orang-orang tidak percaya dengan ucapannya bahwa Dirga masih ada dan masih bersamanya. Semua orang, termasuk Lisa sendiri sebenarnya tahu bahwa Dirga telah lama beristirahat ke tempat yang tak mungkin lagi Lisa jangkau. Namun, Lisa tetap pada keyakinannya bahwa Dirga masih begitu hangat dalam pikirannya. Dirga masih segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDUM ✓ [Sudah Terbit]
Romansa"Aku tidak tahu, aku selalu melihatmu. Kenangan kita selalu menjelma menjadi kamu hingga hampir gila rasanya aku. Tidak! Kita sudah mati. Perasaan kita sudah lama pergi. Cinta bukan lagi yang kita nanti," katanya dengan mata menyapu segala. Dia meme...