2

131 22 0
                                    

Happy reading

Lisa menatap tatanan makanan yang ada di atas meja, sebelum netranya menatap Geovan yang begitu memerhatikan Mika. Benar, Mika itu cantik juga baik hati. Tak sedikitpun memiliki cela, lalu mengapa mereka belum juga menikah?

Bukankah dulu Geovan rela meninggalkannya untuk Mika? Sudah bertahun berlalu namun mengapa mereka masih terjebak di dalam ikatan pacaran.

Lisa menekuri kegiatan makan malam itu untuk pertama kalinya setelah lima tahun tak bertemu dengan keluarga ini, ia makan dalam diam. Bukan ia tak ingin namun rasanya lidahnya kelu dan bingung harus memulai dari mana.

"Terima kasih, Lisa. Sudah mau datang ke acara tante" ucap Rosa seakan mengerti keengganan Lisa dalam membuka suara.

Lisa tersenyum tipis dan berkata "Iya, Tante" lalu menutup sendoknya pertanda ia telah mengakhiri makan.

Ia juga menoleh pada Aksa, sedari kehadiran tadi mereka sama sekali belum bertegur sapa. Lisa tidak terkejut karena memang begitulah Aksa, ia lebih memilih diam daripada berbincang banyak seperti halnya Geovan pada Mika saat ini. Ia lebih memilih bungkam di hadapan meja makan.

Hingga sesi akhir makan malam ini Aksa membuka suara, menarik Lisa menjauhi kerumunan menuju taman belakang rumah. Menghiraukan tatapan lainnya, mereka tetap melanjutkan langkahnya.

Mereka duduk di gazebo yang tersedia di belakang rumah, sudah menit ke sepuluh namun belum ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mereka.

Tak tahan, akhirnya Lisa mulai membuka suara untuk mengakhiri keheningan ini.

"Apa kabar, Aksa?" ucapnya

Namun ternyata Aksa juga tak tahan hingga menyuarakan isi hatinya "Aku merindukanmu"

Lisa mendongak menatap manik hitam milik Aksa "Aku juga merindukanmu" balasnya kemudian

"Truth or Dare" ucap Aksa

Lisa tertawa singkat, ini adalah permainan mereka. Jika mereka tidak bertemu dalam beberapa hari saja mereka akan menanyakan hal seperti ini, berbeda dengan Geovan. Saat Lisa bersama Geovan, Lisa tampak lebih seperti pengikut sejatinya.

"Truth" jawab Lisa pada akhirnya

"Masih mencintai Geovan?" tanyanya

Lisa diam sejenak sebelum menjawab "Aku rasa iya"

"Lalu sekarang sedang menjalin dengan siapa?"

"Sekarang giliranku kan?" ucap Lisa dengan cepat

Aksa tertawa singkat dan mengangguk, tangannya bahkan terulur mengusap kepala Lisa. Beginilah Aksa, ia memang sulit mengungkapkan pendapat maka dari itu mereka mencetuskan permainan ini.

"Truth or Dare?"

"Dare"

Lisa tersenyum puas mendengar itu dengan cepat pula ia berucap "Peluk aku"

Aksa tersenyum lalu merentangkan tangannya, mendekap tubuh Lisa yang pelukannnya dibalas Lisa.

Pelukan ini yang selalu Lisa rindukan, saat ia berkeluh kesah bahkan Aksa selalu menenangkan hati Lisa kala ia selalu ditinggalkan oleh Geovan semasa dulu.

Lisa ragu bahwa Geovan mengetahui perasaan Lisa atau tidak hanya saja jika Geovan mengetahui perasaan Lisa tentu Geovan akan lebih menghargai Lisa kan? Setidaknya akan sedikit menjauh atau memang Lisa yang tidak sadar akan kode alam yang sudah Geovan tentukan.

Dibalik interaksi antara Aksa dan juga Lisa ternyata di teras belakang rumah yang tak jauh dari gazebo tersebut ada yang memerhatikan, sambil menyesap teh sang perempuan mengusap bahu lelakinya.

Tampak jelas perempuan itu memandang lelakinya dengan khawatir dan lelaki itu menatap sepasang manusia itu dengan tatapan tidak terbaca.

"Aku rasa ini belum terlambat untuk kita, I'm Okay"

"Mika, kamu bicara apa sih?" balas lelaki itu, Geovan.

"Ge, aku rasa aku sudah cukup untuk tutup mata kali ini."

Geovan menggeleng lalu tangannya mengusap lembut pipi Mika sebelum mengecup keningnya. "Ayo aku antar pulang" ucapnya

-----

Setelah makan malam itu belum ada yang memulai pertemuan mereka kembali, Lisa yang mengajar di sekolah masih disibukkan dengan aktivitas mengajarnya seperti biasa.

Namun rasanya tubuhnya terasa sakit, sedari pagi memang ia merasakan tidak enak badan namun tidak akan sampai seperti ini bahkan kepalanya sudah berdenyut nyeri.

Ia melihat jam yang melingkar di tangannya, syukurlah lima menit lagi akan berakhir. Lisa rasa korupsi waktu lima menit untuk meninggalkan tugasnya karena sakit tidak masalahkan?

Dengan begitu ia bergegas mengakhiri pelajarannya dan segera menaiki mobilnya menuju rumah sakit dengan sedikit menahan rasa sakitnya.

Sampai di parkiran rumah ia turun dengan sedikit tertatih hingga ketika tangan melingkari bahunya, memapahnya berjalan ke dalam rumah sakit ia menoleh mendapati Geovan.

Kenapa harus Geovan lagi?

Sebaiknya jangan seperti ini atau pertahanan Lisa akan hilang nantinya, merasa tidak memiliki kekuatan untuk mendebat lagi akhirnya Lisa hanya diam dan membiarkan Geovan membantunya.

Dokter menyatakan Lisa baik-baik saja, hanya kelelahan ditambah magh nya yang kambuh.

Lisa duduk di kursi yang tersedia di rumah sakit itu sambil menunggu Geovan yang sedang menebus obatnya.

Tak lama Geovan datang dengan membawa sebotol air mineral, menyuruh Lisa untuk segera meminunnya. Lagi, Lisa tak punya cukup tenaga untuk mendebat itu jadi ia hanya melakukannya.

Dikejauhan Mika melihat itu, Geovannya yang masih sangat peduli terhadap Lisa. Binar di mata Geovan tak dapat membohongi Mika bahwa Geovan tak dapat meninggalkan Lisa begitu saja, Mika juga yang paling mengetahui bahwa Geovan teramat mencintai Lisa hanya saja rasa bersalahnya yang terlalu besar terhadap Mika mengalahkan ego untuk memiliki Lisa.

Berbeda dengan perasaan itu, Mika sudah sangat tulus pada Geovan meskipun pertemuan mereka dengan cara yang salah namun kebersamaan melupakan segalanya. Mika jatuh cinta terhadap Geovan.

Lantas, bolehkah kini Mika egois untuk mendapatkan cintanya?

Melangkah perlahan dengan santai Mika menghampiri kedua orang itu, "Sudah lama, sayang?"

Mereka mendongak secara bersamaan. Lisa memberikan senyuman tipis dan Geovan menjawab "Aku baru saja akan ke ruanganmu setelah mengantar Lisa" namun Mika masih diam mempertimbangkan jawaban yang tepat hingga Geovan kembali berujar "Kalau makan siang kita ini ditunda saja bisa?"

"Ge, kamu tahukan jam praktekku cukup padat"

"Ya maka kita bisa lakukan lain waktu"

"Kita sudah berjanji akan makan siang bersamakan" tukas Mika

"Baiklah aku akan mengantar Lisa sebentar" Mika melihat jam yang melingkar di tangannya, ia akui ia masih memiliki waktu hanya saja tidak ingin mengalah.

"Hanya mengantar ke parkiran" tambahnya

Lisa mengibaskan tangannya pertanda bahwa ia tidak apa-apa. "Aku sendirian saja, aku sudah baik-baik saja" lalu ia meraih kantung obat yang berada di genggaman Geovan.

"Lisa" panggil Mika ketika Lisa sudah tiga langkah menjauhi mereka

Lisa membalikkan badannya "Lain kali kita makan siang bersama ya, kita akan mengajak Aksa" Lisa hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban ia setuju, lagi pula akan ada Aksa nantinya

Tbc

When I Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang