5

118 22 0
                                    

Happy reading

5 tahun yang lalu

Malam itu, dimana acara pertunangan antara Lisa dan Geovan. Kedua keluarga tampak suka cita. Ayah ibu serta calon mertua nya pun turut tertawa bahagia disana.

Mereka kompak menggunakan dresscode maroon, Lisa menatap sekitar semuanya bahagia.

Percakapan antara Geovan dan Mika hanya Lisa dan Aksa yang tahu, Aksa sudah mengatakan berulang kali tapi Lisa hanya berkata "Geovan tidak mungkin melakukan itu pada kita" dalam hatinya mengamini ucapannya.

Ia berusaha meyakinkan Aksa bahwa adiknya tidaklah begitu. Aksa juga berharap bahwa adiknya tidak akan seberengsek itu.

Tadinya Aksa mendesak Geovan untuk pergi bersama namun Geovan berkata akan menyusul karena ingin membeli sesuatu.

Mereka berdua -Aksa dan Lisa- memandang sekelingnya para tamu sudah mulai menghadiri ballrom namun belum ada tanda-tanda kedatangan Geovan.

Hati Lisa mulai meragu, Aksa terus memerhatikan wajah Lisa yang tampak begitu cemas.

"Aksa boleh aku pinjam kunci mobil kamu?"

Aksa mengernyit "Untuk apa?"

"Aku akan menjemput Geovan, lihat orang tua kita sudah cemas begitu"

Belum sempat Aksa menjawab Lisa sudah bangkit dari duduknya "Tidak jadi, aku akan menemuinya di depan sana. Sepertinya dia harus tau jika aku mencintainya, sehingga dia tidak akan meninggalkan aku, benarkan, Aksa?"

Aksa diam, ia bingung harus menjawab apa. Takut juga respon yang akan diberikannya hanyalah menyakiti perasaan Lisa.

Memilih aman, Aksa memilih untuk menjawab "Apa kamu tahu Geovan dimana?"

Lisa mengangkat ponselnya "Mungkin sedikit licik, tapi dua hari yang lalu aku memasang GPS"

Aksa tertawa singkat, inilah yang ia kagumi dari Lisa setidaknya ia sedikit licik. Tapi sekali lagi, Aksa menyukai seluruh yang ada pada Lisa.

Lisa berjalan keluar yang diikuti Aksa dibelakangnya, Aksa memilih jalan di belakang Lisa.

Langkahnya terhenti otomatis Aksa juga menghentikan langkahnya. Netranya menatap Geovan yang sedang memeluk mesra kekasihnya, rasanya tangan Aksa gatal ingin menonjok adiknya yang sungguh berengsek itu.

Dilihatnya Lisa yang melangkah maju, Aksa menoleh mendapati sebuah truk melaju dan sebuah motor yang akan melewati truk tersebut dengan cepat ia menggapai Lisa namun kecelakaan itu tak terhindarkan, sekuat tenaga ia mendorong Lisa namun entah bagaimana, Aksa tertabrak motor itu sedangkan tubuh mereka juga menabrak truk tersebut meski truk sempat mengerem. Biarpun begitu Lisa terguling membuat kepalanya terbentur trotoar jalanan, kaki Aksa seperti keram perlahan mendekati Lisa menggoyang-goyangkan tubuh Lisa.

Lisa kehilangan kesadarannya, Aksa meneriakkan namanya berulang kali. Dan Geovan serta Mika yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya sambil menelpon ambulan.

Setelah kejadian itu, Lisa tidak sadarkan diri 60 hari lebih tepatnya koma selama 2 bulan sedangkan Aksa kakinya terus merasa keram dan dengan bujukan kedua orang tuanya untuk pergi terapi di luar negeri.

Bahkan setelah terapi usai ia membangun relasi bisnis disana.

"Jadi kenapa tidak pernah bercerita?" tanya Lisa kala penjelasan itu mau tidak mau harus diceritakan

"Aku hanya tidak ingin kamu merasa bersalah"

"Tapi jika begini, aku semakin merasa bersalah saat ini" lirih Lisa

Mereka masih duduk di kedai es krim saling berhadapan. Lisa bangkit berpindah posisi menjadi duduk disamping Aksa.

Ia memeluk Aksa dari samping lalu mengatakan "Maafkan aku tidak mengetahui ini" Aksa membalas pelukan itu seraya mengangguk

"Lupakan saja, lagipula aku sudah sehat dan ada bersamamu"

Dalam hati Lisa membenarkan ucapan Aksa. Sepertinya ini keputusan yang tepat jika Lisa menyetujui pernyataan Aksa sebelumnya.

Sempat terdiam beberapa menit sebelum Lisa akhirnya mengatakan "Aksa, aku mau menjadi kekasih kamu"

Aksa menegakkan badannya lalu menatap Lisa "Kamu... Serius?" dan Lisa mengangguk samar dan tersenyum

"Bukan karena rasa penyesalan?" tanya Aksa ragu

Lisa terdiam sejenak, memastikan tindakannya apakah hatinya benar atau salah. Lagipula sejauh ini hanya Aksa pelukan ternyamannya.

"Kenapa kita tidak mencoba?" hanya itu yang mampu diucapkan Lisa.

Aksa mengendurkan pelukannya menatap lamat-lamat wajah Lisa "Aku tidak ingin kamu menjalaninya dengan terpaksa. Jika memang tidak bisa, tidak apa-apa. Aku tidak akan memaksamu dan aku juga akan selalu menjadi Aksa yang sama" ucapnya meyakinkan Lisa.

Lisa dengan cepat menggeleng "Kita sudah bersama sejak dulu, aku berpikir kenapa tidak mencoba. Dan bantu aku untuk mencintai kamu." Lisa menatap dalam manik Aksa "Aku bukan tidak mencintamu hanya... Belum" tambahnya ragu

Aksa belum menjawab masih menatap Lisa dengan pandangan yang sulit diartikan, perlahan ia mengangguk dan menarik kedalam pelukannya "Terima kasih"

Lisa tertawa "Untuk apa?"

"Kesempatan"

Lisa yakin akan mencintai Aksa nantinya. Seperti pepatah jawa mengatakan witing tresno jalaran suko kulino cinta datang karena terbiasa dan terus bersama.

Tapi bukankah mereka selalu bersama sedari dulu?

Ah Lisa jadi ingat saat dulu semasa putih abu-abu ia ingin berangkat bersama Geovan tapi malah ditinggal sehingga berakhir dengan Aksa yang mengantarnya ke sekolah padahal dia harus bergegas ke kampus karena ada kelas pagi.

"Tapi boleh jangan peluk begini tidak, disini ramai" celetuk Aksa yang membuat Lisa sontak memukul bahu Aksa, ayolah tadi Aksa yang memeluknya.

Lisa memajukan bibirnya membentuk duck face kesal karena ulah Aksa.

"Mana?" tanya Aksa

Lisa mengerutkan glabelanya "Tangan kamu" balas Aksa sambil menaikkan tangannya

"Kenapa dengan tanganku?" ucap Lisa sambil menaikkan satu tangannya

Disambut hangat dengan genggaman milik Aksa sebelum mengecupnya dan menurunkannya kembali.

Mau tak mau Lisa tersenyum, sungguh baginya Aksa tak terduga. Ia paham sekali Aksa tapi baru beberapa menit menjadi kekasih ia semakin manis.

"Jadi hari ini hari jadian kita ya"

Lisa mengangguk "Bagaimana Satu cup es krim lagi" pinta Lisa

"Jangankan satu cup. Satu truk juga akan aku belikan."

Belum sempat Lisa menjawab sudah terdahulu suara Aksa "Tapi boong" potongnya sambil tertawa dan dibalas pukulan kecil dari Lisa dan segera melepaskan genggaman tangannya dengan kesal.

Aksa tertawa "Ada yang ngambek"

"Bodo amat. Pokoknya jangan kembali ke kantor hari ini"

"As your wish, sayang" mau tak mau Lisa kembali tersenyum



Tbc

When I Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang