6

114 21 1
                                    

Happy Reading

Aksa mengantarkan Lisa kembali kerumahnya dengan tangan yang saling bertaut mengundang tanya dihadapan orang tuanya.

Maksudnya, mereka sudah sering bersama namun dimata mereka ada sebuah binar yang memancar.

"Sore, om, tante" sapa Aksa yang dibalas deheman oleh orang tua Lisa.

"Tangannya mau begitu terus? Tanya Ibu Lisa yang sontak membuat mereka salah tingkah.

"Rahasia dulu ya" bisik Lisa pada Aksa yang dianggukinya.

"Mari main catur, Sa" ajak ayah Lisa

----

Seperti ucapan kemarin, harusnya Aksa tidak ke kantor tapi tidak seperti keinginan Lisa.

Aksa menoleh menatap Lisa yang terus duduk di sofa sambil bermain ponsel, ia cukup tenang disana tapi tak dapat di tampik wajahnya manyun.

Ngambek.

Bagaimana tidak, Aksa melupakan bahwa pukul 10 ini ada rapat penting yang tidak bisa ditinggalkan sama sekali. Meski melalui perdebatan yang cukup sulit namun Lisa mengalah.

Tidak banyak yang tahu bahwa dibalik sikap dinginnya Lisa, ia adalah orang yang keras kepala dan cerewet pada orang tertentu. Ya tentu saja.

Aksa menatap berkasnya kembali dengan sedikit tertawa, ia tidak menyangka bisa menjalani hubungan ini dengannya meski Aksa tahu benar bahwa hati Lisa masih milik Geovan. Biarlah, ia akan berusaha mendapatkan itu selama Lisa ingin membuka hati untuknya.

Setidaknya itu yang Lisa katakan saat Aksa pamit pulang kemarin.

Beralih menatap Lisa, Aksa melupakan sesuatu.

"Apa kamu tidak mengajar pagi ini?"

Lisa mendongak menatap netra Aksa sebelum menjawab "Aku izin" lalu ia meringis "Rasanya aku ingin liburan" tambahnya yang kemudian menekuni aktivitas sebelumnya, scroll beranda sosial medianya.

Aksa berdecak sejenak "Sabtu dan minggu, bagaimana?"

Lisa mendongak kembali, ada apa di sabtu dan minggu. Ah sepertinya Aksa mengajaknya berkencan.

"Kencan di weekend, tidak buruk"

"Aku tidak mengatakan kencan" goda Aksa dengan menahan tawa.

Lisa memanyunkan wajahnya, posisi mereka masih sama. Lisa yang di sofa dan Aksa di balik meja kebesarannya.

"Fine.. Its holiday" putusnya

Aksa tertawa singkat menggoda Lisa yang kini telah menjadi kekasihnya semenyenangkan itu untuknya. Ia jadi ingat dulu semasa sekolah ia yang berpura-pura ingin meninggalkan Lisa.

Saat itu ayah dan ibunya pergi, Lisa ingin berangkat bersama Geovan dengan alibi satu sekolah sedangkan Aksa saat itu sudah masuk perguruan tinggi.

Namun Geovan tetaplah Geovan, ia tidak mau. Maka Aksa yang menggantikan posisi itu, namun saat dijemput Lisa belum bersiap hanya masih menggunakan seragam baru selesai mandi.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 namun ia belum bersiap sedangkan ia ada kuis di pagi hari. Dengan ultimatum itu, Aksa berpura meninggalkan Lisa untuk berangkat sendiri ke sekolahnya.

Lisa dengan cepat bersiap serta menyambar tasnya namun langkah Aksa terlalu cepat menghilang di balik pintu.

Lisa bersungut di depan pintu berteriak "Kenapa ditinggalin!" ia berkacak pinggang "Aksa... Aku ingin menabung uangku untuk membeli novel. Aku harus jalan?"

When I Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang