#lari pagi

138 39 12
                                    

Cusst,,, happy reading and jangan lupa untuk selalu menekan tombol vote,serta tinggalkan sebuah masukan di kolom komentar!

***

Pagi hari yang cerah, matahari mulai menampakkan sinar nya. Burung-burung  berkicau merdu dan embung-embun masih bertebaran.

Elena yang sedari tadi sudah bangun dari tidur lelap nya kini sedang berada di ruang TV, menonton acara sinetron adalah hobinya.

Dinar kala itu melihat adiknya sedang santai duduk di atas sofa kecil, dengan segelas susu hangat di tangannya. Mata Elena yang sangat fokus melihat TV sampai tak menyadari bahwa ada Dinar di belakang nya.

Dinar memilih mengajak adik mungilnya itu berolahraga pagi, untuk mengisi waktu senggang dikala hari libur.

"Bantet, ikut abang olahraga yuk!" Ya,  bantet adalah panggilan khas nya. Karena tubuhnya Elena pendek dan pipi nya yang chubby membuatnya sedikit terlihat gemuk.

"Engga bang. Gue mager," Tolak Elena tanpa menoleh ke arah Dinar sedikitpun,dan masih asik dengan acara sinetron nya.

"Lo, emang ga bosen jadi bantet apa?. Abang aja yang ngatain Udah bosen, pengen ngatain yang lain tapi udah pas banget di kamu".

Awalnya Elena menolak dan sedikit menahan emosinya untuk tidak mencabik cabik tubuh abangnya yang mulus itu. Karena sinetronnya sudah habis, akhirnya dia memilih ikut bersama Dinar.

Mereka berdua berlari kecil di bawah terik matahari yang mulai menampakkan sinar nya. Tak begitu jauh mereka jalan, hanya disekitar taman yang berada di tengah kompleks perumahan, dekat rumahnya. Udara pagi yang begitu segar menembus kulit Elena yang lembut.

"Segar ya bang. Kalo gini ajak Lena aja terus," ucap Elena sembari melihat pemandangan taman yang indah.

"Makannya, jangan nonton sinetron mulu tet."

Tak lama setelah mereka duduk di kursi kecil yang berada di tepi taman, datang lah dua teman  Dinar dan Surya.

"Wah bro, kelamaan ya lo nunggu kita?. Nih semua karena Surya yang lama banget di bangunin nya," Ucap seseorang dari arah samping yang bernama Andi sahabat Dinar.
Elena dan Dinar  memutar kan bola mata nya.

"Hai Elena, apa kabar?" Sapa Surya yang tak menghiraukan ucapan Andi barusan.

Surya Anggara, memiliki wajah yang tak kalah tampan, dengan penampilan yang selalu membuat para wanita melotot tak berkedip. Dan karena jabatan nya sebagai ketua OSIS, membuat nya selalu menjadi perbincangan. Selain itu ia juga sangat ramah, dengan selalu tersenyum tipis kepada seseorang yang menyapanya.

"Baik kak, Kaka juga joging disini?"

"Iya, ini tempat kesukaan gue."

"Jangan percaya Len!, dia bohong.  Padahal baru pertama kali kesini," sambar Farel.

Surya yang ketahuan berbohong, memilih menginjak kaki Farel hingga kesakitan.

"Aw,,, gausah nginjek juga kali," memang teman Surya yang satu ini memiliki mulut yang seperti bebek.

Elena,Dinar dan yang lainnya menertawai mereka.

"Tet, Abang mau main sepak bola sama Farel, dan Andi dulu ya" pamit Dinar secara tiba tiba.

"Kak Surya?"

"Emm,gue ga bisa main bola Len," sambar Surya ragu.

"Emang bisa, main sepakbola bertiga?" Tanya Elena yang terkesan aneh namun sesuai dengan realita.

"Ya, seterah Abang lah!" Bantah Dinar yang langsung pergi meninggalkan Surya dan Elena untuk beralih dari pembicaraan.

Ketika hanya mereka berdua, Cukup lama saling berdiam diri dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Elena yang selalu bertanya tanya dalam dirinya. Apakah Surya sahabat Dinar abangnya?. Sejak kapan mereka bersahabat?. Setahu nya,Dinar tak pernah sekalipun bertatap muka dengan Surya. Ini aneh! Tapi nyata.

"Emm,,,kita ke seberang sana yu,banyak banget berbagai macam jenis bunga loh!" Ajak Surya yang akhirnya duluan membuka mulut.

"Ah iya oke," jawab Elena nurut. Lalu meninggalkan tempat sebelum nya.

"Wah, tempat nya bagus kak" puji Elena yang memandang sekeliling taman dengan tatapan yang berbinar  menikmati keindahan taman ini.

"Lo suka?, Gue punya tempat yang lebih bagus dari ini. Lo mau ikut?"

Elena yang lalu mengangguk tanda setuju dan kemudian tersenyum tipis.

Akhirnya Surya dan Elena pergi tanpa pamit ke suatu tempat yang bisa membuat Elena terpukau. Ya, tempat itu adalah suatu danau hijau dengan banyak teratai mengambang di atasnya dan sekeliling danau yang di tumbuhi rumput hijau. Mata Elena tertuju pada suatu rumah kecil yang berada di atas pohon besar yang terletak di pinggir danau. Ketika itu Surya yang paham, mengajak Elena pergi ke sana.

Sungguh pemandangan yang indah. Seluruh keindahan danau yang hijau terlihat jelas dari sini.

"Wah! Keren sekali! Kaka tau dari mana tempat ini?"
Dengan senyum tipis nya Surya menjawab.

"Ini tempat rahasia gue, cuma lo aja yang tau. Yang lain engga."

"Hah? Kenapa?" Tanya Elena penasaran. Padahal dia baru juga kenal sama kak Surya. Pertama kali lihat pun ketika tertabrak dengannya saat mencari kodok.

Surya tak menjawab apa pun yang akhirnya membuat Elena merasa bersalah lalu diam.

*Entahlah Len,mungkin bagi Lo aneh. Tapi  ada sesuatu di balik semua ini. Tunggu saat yang tepat, akan gue jelasin semuanya. Ucap Surya tanpa suara ketika melihat Elena yang masih melihat keindahan danau.

Hari sudah siang, matahari mulai berda tepat di atas kepala. Surya dan Elena baru menyadarinya.

"Len ayu pulang, udah siang nanti Abang lo Dinar nyariin lagi."

"Ah iya, sampai lupa kalo kita belum pamitan sama Abang,"
Elena yang tersadar jika ia terlalu lama menikmati hal yang jarang sekali ia rasakan.

Tak seperti biasanya, Surya kali ini membawa motor ninja milik nya untuk mengantar Elena pulang.

Sesampainya di suatu rumah minimalis tak terlalu besar namun juga tak terlalu kecil. Terdapat seseorang yang mengamati mereka dari jauh.
Elena turun dari sebuah kendaraan mewah perlahan.

"Thanks kak," ucap terima kasih nya.

Tak lama seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.
"Loh Elena, kamu bukannya pergi bareng Abang?" Tanya wanita itu yang tak lain adalah mama Elena.

"Iya mah, kenalin ini kak Surya temannya Abang juga. Tadi Elena ga sengaja ketemu di taman terus diajak jalan jalan," ujar Elena menunjuk ke arah Surya.

Surya langsung mencium tangan mama Elena dan izin pulang.
"Iya Tante,maaf saya ga izin dulu. Sudah siang, saya harus pulang dulu Tan," pamitnya.

Surya pun bergegas pergi mengendarai motor nya dalam kecepatan sedang.

Saat memasuki pintu rumah, Dinar dengan segala mulut cerewet nya kumat.

"Enak ya pergi ga bilang bilang Abang, capek nih Abang nyari kamu!,taunya sama Surya."

"Hehe maaf bang, abisnya Abang sibuk banget main bola nya."

"Maaf-maaf. Lihat waktu dong! Ini jam berapa?"

"Jam aku mati bang jadi ga tau."

"Ngeles aja lagi. Dah sana pergi mandi, bau busuk nih!"

Mendengar hal itu , Elena kemudian mencium tubuh nya sendiri. Akhirnya sadar ternyata bau nya melebihi bangkai tikus.

"Buset,bau juga ya. Gimana kalau tadi kak Surya menciumnya ya?. Sial, bakal malu juga nih akhirnya."

Apa Itu Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang