# BULLY

56 9 1
                                    

Pagi hari yang cerah. Bunga bunga bermekaran sangat indah. Tentunya udara kali ini masih terasa sangat segar. Tumben, Elena telah siap dan rapi menggunakan seragam abu abunya. Sementara sang kakak malah masih terlelap.

"Abang bangun!, Udah jam berapa ini?. Ayolah, kali ini gue mau berangkat lebih awal. Tapi takut jalan sendirian," Ujar Elena sambil curhat ketika membangunkan Dinar.

"Eh, bentar-bentar. Coba abang cek dulu suhu lo. Siapa tau panas," ucap Dinar meraba kening Elena yang berada di depannya. Ia heran, kesambet apa adiknya ini. Sampai sampai harus membangunkannya. Karena selama ini, Dinar lah yang menjadi alarm Elena. Walaupun sama sekali tak berefek.

"Engga panas," gumam Dinar.

Setelah memastikan adiknya benar benar tak sakit, Dinar melanjutkan tidurnya. Kali ini ia tidur sambil duduk, agar Elena tak menyadari.

Dugaan nya salah. walaupun kelopak mata Elena tertarik oleh pipinya, ia masih di anugrahi penglihatan yang baik. Elena menyadari jika Dinar hanya mempermainkannya saja.

"Abang!!!, Gak bangun Hp- lo gue ambil nih!. Biar tau rasa!" Ancam Elena.

"Lah, ya jangan dong adek manis. Tar kalo gue ga punya Hp, gabisa nonton anime lagi dong?"

"Ya terserah, peduli apa gue sama lo!" Jawab Elena songong.

Dinar  terdiam sejenak, namun mata nya separuh keluar. Tangannya ia kepal kan. Dan bibirnya di majuin. Hal ini lah yang membuat Elena merinding bukan main. Karena sekali saja Elena membuat Dinar marah, maka tak ada ampun untuk damai.

"Hehe, biasa aja kali lo. Bang," kekeh Elena.

Dinar beranjak mandi, menggosok gigi dan tak lupa shampoan. Karena walau tampang nya serem, yang penting masih terlihat wajah tampanya.

"WOI CEPETAN! MANDINYA KAYA DUTA SHAMPO, LAMA BENER!"

***

Sesampainya di sekolah, banyak para siswa kumpul di sepanjang koridor menuju kelas Elena. Dinar yang biasa terpisah olehnya di sebuah pertigaan, saat ini masih di samping Elena.

"Eh orang miskin!"

" Hai, anaknya budak?, Ups!"

"Oh ini yang namanya jagoan?"

"Jagoan kesiangan kali, haha!"

Seluruh siswa/i dari berbagai kelas mencaci maki Elena seperti ini. Mereka terus mempertontonkan Elena di depan umum.

Sebisa mungkin air mata tak keluar. Elena lebih memilih diam, walaupun hatinya sangat hancur.

Dinar menyadari, dan bahkan merasakan penderitaan adiknya. Ia pun memilih terdiam, padahal amarahnya sangat membara. Ingin rasanya menghabiskan satu persatu para murid yang telah menyakiti Elena. Lebih memilih diam, karena ia ingat bahwa setatusnya di sekolah ini hanya dari beasiswa,dan mengingat jika ujian kelulusan akan tiba tak lama lagi.

Dinar menghibur Elena dengan merangkulnya. Lalu menutup kuping serta mata Elena rapat rapat.
"Anggap aja, anjing kurang makan," bisik Dinar lalu di respon tawa kecil oleh Elena.

"Bang, Elena ke kelas duluan ya?" pamit Elena ke Dinar yang harus berbalik arah menuju kelasnya.

Elena menelan saliva nya setelah melihat keadaan kelas yang begitu kotor. Bukan hanya kotor, di tempat ia duduk pun dipenuhi tulisan unjuk kebencian. Entah siapa yang melakukannya. Sudah di pastikan yang melakukan ini semua adalah kelakuan salah satu orang dari jejeran di koridor tadi.

Apa Itu Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang