"Kau harus jadi aku agar tahu tentang diriku"
¶°¶
Aku segera menghampiri Pak Karto yang sudah berada di depan gerbang. Tetapi saat aku berjalan menyusuri koridor bisik bisik para murid yang berlalu lalang menghampiri telingaku.
Aku tak perduli aku hanya memberikan senyuman terbaikku pada mereka. Hanya satu yang aku bingung apa maksud mereka mengatakan"bahwa aku selalu kurang dengan satu lelaki"aku mencoba mendekati siswi yang mengatakan hal tersebut."Maaf apa maksudmu mengatakan hal seperti itu"ucapku senetral mungkin.
"Emang kenapa emang loe kaya gitu kan haus akan cowok, loe ini udah nolak Frans ehh malah ngedeketin sahabatnya. Jijik banget gua liat loe, udah suka tebar pesona ama cowok cowok lagi. Cantik sih tapi tapi sayang murahan. Upsss,, sorry kalo gua terlalu jujur"ucapnya sinis
"Jika kamu tidak mengetahui hal sesungguhnya, lebih baik kau tutup mulutmu sebelum aku yang menutupnya dan menarik mulutmu itu dengan tanganku sampai terkoyak. Hingga kamu tak dapat lagi membicarakanku lagi. Apa kamu mau aku melakukan itu padamu? "Ucapku sedikit berteriak dan menunjuk siswi itu tepat dimatanya, sepertinya aku ingin mecongkel keluar bola matanya yang langsung aku tepis jauh jauh pikiranku itu.
Aku tak tahu dari mana semua kalimat itu datang, itu terjadi begitu saja tanpa aku sadari.Karena mendengar ancamanku siswi itu dan beberapa temannya pun meninggalkan aku dengan wajah takut. Dan mulut siswi yang menceritakan aku tadi langsung terdiam dan ikut pergi juga. Para pria malah terkagum kagum melihatku mengatakan hal tersebut. Aku tak tahu harus seperti apa lagi, langsung menuju tempat Pak Karto berada dan langsung jalan menuju rumah.Sesampainya di rumah dan segera berganti pakaian. Aku sedang menonton salah satu film yang mulai aku gilai sekarang. Aku tak tahu apa perasaan yang aku rasakan saat melihat adegan demi adegan sadis yang terpampang dilayar laptop maupun televisi milikku. Aku merasa adegan tersebut sudah memengaruhi aliran otakku. Bahkan aku tadi dengan lantangnya mengancam siswi tadi dengan kata kata yang cukup ngilu untuk di dengar, apalagi jika aku benar benar melakukannya. Sepertinya menyenangkan, eh? Apa ini apakah aku baru saja mengatakan bahwa itu hal yang menyenangkan? Fiks,, aku sudah gila.
Aku sudah selesai menonton film,aku beranjak menuju dapur karena perutku mulai berbunyi. Aku mengambil segelas susu dingin dan sebuah roti, aku duduk di meja makan. Disana aku melihat sebuah pisau buah, aku tertarik memegangnya. Aku membolak balikkan pisau itu dan mengambil sebuah apel, dan menusuk nusuk pisau itu sampai hancur dan berserakkan kemana mana. Aku segera bangkit dan beranjak dari situ menuju kamarku kembali. Aku membasuh wajahku dan bingung bahwa perasaan apa yang aku rasakan saat memegang pisau tadi.
Aku mengambil Handphoneku dan mencari sebuah kontak. Kontak milik Gino, aku ingin membalikkan kasetnya
Gladis.Ctgn
Gino
Hay
GinBeberapa menit kemudian dia membalasnya.
Gino_g
YGladis. Ctgn
Aku kerumahnya
Mau mulangin kaset punya kamuGino_g
YAkupun bersiap siap menuju rumah Gino, dan langsung bergegas untuk pergi. Aku pergi dengan mengemudi mobil ku sendiri. Karena Pak Karto sedang pergi mengantarkan Mbok Nunung berbelanja. Tak butuh waktu lama, aku sudah sampai di depan rumah milik Gino. Aku mememcet bel, dan dipagar di bukakan oleh seorang wanita paruh baya.
"Selamat siang, bu"ucapku menyalim tangannya
"Iya, kawannya Gino ya?"ucapnya sangat lembut
"Iya bu, Ginonya ada kan bu?"tanyaku
"Ada, jangan panggil bu dong, panggil tante aja"ucapnya kembali sembari mengajakku ke dalam rumahnya. "Kamu langsung ke kamarnya aja, dia lagi ngerjain tugas kayanya"ucapnya lagi yang ku balas dengan anggukan.
Aku sudah berada dihadapan kamar milik Gino, lantas aku mengetuk pintu kamarnya. Iapun membukanya dan memandangku dengan wajah yang sangat datar.
"Masuk"ucapnya singkat. Akupun memasuki kamarnya, ini kedua kalinya aku memasuki kamarnya dan aku sangat suka wangi kamarnya yaitu wangi mint yang sangat menenangkan.
"Kasetnya letakkin di rak itu aja"ucapnya sembari menunjuk sebuah meja berisi beratus ratus kaset dengan genre yang film yang aku gilai sekarang.
"Gin,, mau pinjem kaset lagi boleh gak?"ucapku
"Boleh, pilih aja"ucapnya tetap fokus dengan layar laptopnya. Akupun memilih beberapa kaset yang menurut aku asik buat di tonton sebenarnya aku menyukai semuanya tetapi aku cukup tahu diri akan itu. Setelah itu aku beranjak ke tempat Gino duduk.
"Boleh ikut nonton ga?"ucapku yang hanya dibalas deheman olehnya. Kami berduapun menonton film itu bersama, tak terasa hari mulai larut. Jam menunjukkan pukul tujuh lebih empatpuluh menit. Aku segera berpamitan pada Gino dan ibunya yang juga akan pergi entah kemana aku tak begitu penasaran akan hal itu
Aku membersihkan diri dan mengerjakan beberapa tugas rumah milikku, aku fokus dan tak sengaja mendengar suara pertengkaran kedua orangtuaku. Aku berusaha tak mendengarnya, aku mengambil sebuah earphone dan memasang lagu dengan suara begitu keras agar aku tak mendengar suara di bawah sana yang sangat menyakitkan untuk kudengar. Sudahlah orangtuaku tak pernah perduli padaku dan selalu sibuk dengan pekerjaan mereka, setibanya hanya pertengkaran yang mereka suguhkan untukku ingin saja aku tiada karena hal itu. Aku merasa gendang telingaku mulai sakit karena mendengarkan lagu dengan suara sangat keras. Lantas aku menyalakan televisi dan menonton kaset yang aku pinjam tadi, suara kedua orangtuaku sudah tak kudengar mungkin mereka lelah atau memutuskan untuk pergi keluar karena aku sempat mendengar suara mobil, biarkanlah aku sudah mulai tak perduli akan hal itu.
Maap banyak typo ya, baru belajar soalnya Mheheh😂
Jangan lupa tinggalin jejak ya. Vote dan comment sebanyak-banyaknya gratis kok gak bayar😋🍑
@Irna_aaaaaa di ig ya guys✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Unobstructed(on going)
RandomAku tidak tahu kenapa ini terjadi dan tidak akan pernah tahu. Dan tidak pernah ada yang tahu baik itu aku, dia, maupun mereka