Part 15

3 1 0
                                    

   Sehabis pulang dari sekolah Gladis singgah ke rumah Gino untuk mengembalikan kaset yang ia pinjam. Ia dan Gino juga menonton beberapa film dan makan di luar sebentar, ia merasa jika dekat dengan Gino ia merasa tak canggung, tidak seperti saat ia berdekatan dengan pria lain selain sahabatnya. Ia tak menyukainya hanya saja ia kagum pada kepribadian dari Gino, Gino tak menceritakan tentangnya hanya saja Gladis sangat paham apa yang terjadi pada kehidupan pria itu. Sehabis makan, mereka berencana untuk menonton kembali film di sebuah televisi dengan layar yang cukup lebar.

  "Ginn,,kamu pernah gak, kaya ngerasain sesuatu yang aneh pas ngeliat adegan demi adegan yang sering kamu tonton?"tanya Gladis.

  "Perasaan seperti apa?"Ucapnya
sembari menjeda film.

  "Perasaan kaya pengen ngelakuin hal yang sama kaya yang ada di film"ucap Gladis.

  "Pernah sering malah. Tapi aku mencoba mengontrol diriku agar tak melakukan hal yang aneh seperti itu. Aku suka saat mereka berteriak kesakitan"ucap Gino. Entah kenapa saat berbicara pada Gladis ia merasa nyaman dan mau berbicara panjang.

  "Iya sih, aku juga suka,, ehh pikiran macam ini, apa kita sudah mulai gila kali ya"ucap Gladis tertawa, Gino juga ikut tertawa karena ucapan Gladis.

  "Iya yah, apalah kita ini"ucapnya masih dengan tawanya.

  "Ehh,, aku mau cerita nih soal sepupunya Acha"ucap Gladis

   "Cerita aja"ucap Gino kembali melanjutkan film-nya

   "Dia kasian banget sering dikasarin sama papanya belum lagi orangtuanya yang sering mabuk mabukkan, sampe katanya pernah hampir kau perkosa dia"ucap Gladis

  "Emang mamanya gada"tanya Gino.

  "Ada. Cuman Mamanya juga sering dikasarin jadi mau ngelawan juga gak bisa"

   "Lantas kenapa keluarga Acha gak berusaha nolongin? "

  "Mereka mau nolongin cuman, selalu dilarang sama Mamahnya. Dan Acha minta saran ke kami aku juga gak tahu caranya gimana. Kamu ada saran gitu?"ucap Gladis.

  "Bunuh aja"ucap Gino bercanda dan tertawa begitu lepasnya.

"Enak aja kirain nyamuk apa main bunuh bunuh aja"ucap Gladis ikut tertawa.

  "Maap cuman bercanda, habisnya gimana mamanya aja selalu ngelarang kalok mau dibantuin kan?"ucap Gino

   Aku mencoba mencerna perkataan Gino dan hal tersebut membuat kepalaku sedikit sakit karena memikirkannya.

  Aku pamit pada Gino untuk bergegas pulang karena hari sudah sore dan aku harus mengerjakan beberapa tugas rumah miliknya.

   Diperjalan menuju rumahnya, ia melihat seorang gadis ditarik paksa oleh seorang pria paruh baya. Aku menghampiri kedua orang tersebut dengan perasaan yang sedikit takut.

  "Maaf,, pak. Jangan kasar seperti itu kasiankan anaknya"ucap Gladis

  "Apa urusanmu"ucap pria tersebut dan mendorong Gladis hingga terhuyung ke belakang. Hal tersebut membuat Gladis sedikit kesal dan meninggalkan tempat tersebut, ia berusaha untuk tak perduli. Ia tak tahu entah kenapa akhir akhir ini emosinya mudah tersulut, itu sebabnya ia pergi meninggalkan tempat tersebut agar tidak kelepasan.

    Gladis menemani Bi Nunung berbelanja ke supermarket, mereka membeli beberapa bahan makanan, seperti sayuran, buah, daging, mie instan dam masih banyak lagi.Gladis juga membeli beberapa makanan ringan dan minuman kaleng untuk stok di rumah. Merekapun membayar dan segera berangkat kerumah, diperjalan menuju rumah Gladis melihat seekor anjing yang mungkin tak ada pemiliknya lantas ia mengambilnya dan membawa pulang.

   "Non, itu anjingnya mau buat apa?Itu jorok loh non"ucap Bi Nunung.

  "Gapapa,, nanti aku bersihin"ujar Gladis.

  Gladispun membersihkan anjinh yang ia temui tadi dan diberi baju yang kecil agar penampilannya sedikit lucu dan menggemaskan.

     Hari demi hari terus berganti sejalannya dengan waktu.Hanya saja Orangtuanya masih sama dan mungkin akan selalu begitu. Akhir akhir ini Gladis mudah tersulut emosi contohnya saja ia kemarin memarahi Bi Isum dan mencengkram kedua tangannya sangat kuat, Pak Karto yang ia lempar dengan Handphonenya, tangan Vanka yang ia tusuk dengan pulpen. Itu semua terjadi tanpa sengaja dan hanya karena masalah sepele. Mungkin dia mau datang bulan itu sebabnya ia mudah marah, tapi apa harus sampai seperti itu ya marahnya dengam melukai orang terdekatnya. Entahlah Gladis pun tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.Gladis pergi ke sebuah rumah sakit untuk mengetahui  apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya yang ditemani oleh ketiga sahabatnya.

  "Jadi gimana dok, apakah Gladis sakit ya"ujar Dedes dengan mada khawatir.

  "Tidak, hanya saja sepertinya dia terlalu banyak pikiran, dehidrasi dan juga hampir depresi"ujar dokter itu

   "Depresi dok?"tanya Gladis

   "Iya memang, tapi belum terlalu parah, dan juga kamu sepertinya banyak bergadang ya?"tanya sang dokter

"Iya dok, saya akhir akhir ini sering bergadang"ucap Gladis

  "Oh,, saya sarankan untuk istirahat yang cukup dulu, agar emosi ada dapat dikendalikan lebih baik "Ujar sang dokter yang dibalas dengan anggukan oleh Gladis. Merekapun meninggalkan tempat itu dan menuju rumah Gladis.





 

  

Unobstructed(on going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang