Matahari telah tenggelam sedari tadi, dan sekarang tugasnya malam yang menampakan dirinya dilangit. Aku ingin seperti malam yang gelap tapi disukai oleh semua orang. Aku sedang mengerjakan tugas rumahku. Aku termasuk siswi berprestasi disekolahku, bukan bermaksud sombong tapi ya begitu aku masuk dalam 2 umum di Sma Stars Moon salah satu sekolah favorit yang ada di Bandung.
Aku memiliki sahabat yang bernama Bastian Fernandez, yang dipanggil dengan Dedes, Stasya Manoban yang dipanggil Acha, dan Emon Rivanka yang biasa dipanggil Vanka. Kami telah menjalin persahabat sejak kami duduk dibangku 3 sd sampai sekarang. Itu waktu yang cukup lama bukan? Aku sangat bersyukur memiliki sahabat seperti mereka yang mengerti segala keluh kesahku tanpa harus aku beritahu. Aku sangat membenci itu karena aku tak dapat menyembunyikan kesedihanku dari mereka bahkan masalah tentang orangtuaku yang tak pernah perhatian denganku.
Mereka tak sama sepertiku, para sahabatku mempunyai keluarga yang harmonis dan bahagia. Mereka mempunyai orangtua yang selalu ada untuk mereka bila mereka membutuhkannya, melindungi mereka kapanpun dan dimanapun, memberikan kasih sayang yang dibutuhkan oleh seorang anak dari kedua orangtuanya. Aku selalu berharap dan berdoa agar aku dapat menikmati posisi mereka suatu saat nanti meskipun itu hanya sebentar. Amin.
Tring,, tringgggHandphone-ku berbunyi, disana tertera nama Dedes sebagai penelpon. Aku masih belum berniat mengangkatnya, aku masih ingin tetap terus berlabu dengan halusinasiku. Tetapi karena tak kunjung berhenti juga aku segera mengangkatnya. Aku menarik napas dan mencoba untuk segera tersenyum karena itu bukan panggilan suara melainkan panggilan video. Aku tak ingin Dedes melihat raut sedihku.
"Hollaaa,, orang cantik disini. Tumbenan dah kamu nelpon aku ada apa"ujar mengawali percakapan
"Idij najis bat dah. Gada gua lagi gabut aja nih. Terus gua liat loe online yaudah gua telpon aja biar ga gabut. Tumbenan belum tidur lagi ngapain?'ujar Dedes dengan diawali kekehan kecil di wajah maskulin-nya.Dedes adalah keturunan Belanda-Indonesia. Sang ayah Belanda dan ibunya Indonesia. Orangtuanya sangat peduli padaku bahkan saat aku bertamu ke rumah mereka, akukan diperlakukan bak seorang ratu. Itu karena ibu dan ayah Dedes menyukaiku dan mereka tak punya seorang anak gadis. Dedes memiliki seorang kakak yang bernama Gilang Fernandez, yang sekarang duduk di kelas xii. Ia bersekolah sama seperti aku dan Dedes. Dia cukup tampan dan baik hati.
"Haha,,, aku jadi pelampiasan gabutmu nih ceritanya"ujarku dengan tawa manis
"Ga gitu iuga dong, loe baperan dah"ujarnya ikut tertawa
"Becanda doang itu mah, lagi mikirin kamu nih"ucapku tertawa"Pantesan dari tadi gua cegukan melulu ya. Ternyata elo yang mikirin gua"ujar masih dengan tawa renyahnya
"Gaklah aku cuman bercanda doang, ga lagi mikirin apa apa kok belum bisa tidur aja"ucapku
"Loe ga bisa bohong. Jan sedih sedih dah. Loe kalo lagi butuh temen curhat ingat ada gua ama yang lain. Jangan dipikirin sendiri aja"ucapnya cukup serius
"Iya aku tau kok. Iya janji ga bakalan sedih. Udah dulu ya, aku mau tidur takut telat besok"pamitku
"Yaudah tidur gih. Nice Dream Adis jelek"ujarnya dengan kekehan kecil
"Nice dream too, Dedes ganteng"ucapku dengan ditambah kiss jauh
Akupun mengakhiri obrolan kami dan beranjak dari meja belajarku untuk segera tidur. Tak lupa aku membereskan alat tulis serta buku yang harus aku bawa untuk esok hari. Setelah itu aku langsung menuju tempat tidur dan tak lupa untuk berdoa terlebih dahulu. Isi doaku selalu sama yaitu agar aku tak diacuhkan lagi dan diperhatikan oleh kedua orangtuaku.
Maap banyak typo ya, baru belajar soalnya Mheheh😂
Jangan lupa tinggalin jejak ya. Vote dan comment sebanyak-banyaknya gratis kok gak bayar😋🍑
@Irna_aaaaaa di ig ya guys✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Unobstructed(on going)
LosoweAku tidak tahu kenapa ini terjadi dan tidak akan pernah tahu. Dan tidak pernah ada yang tahu baik itu aku, dia, maupun mereka