Part 14

25 6 16
                                    

Pagi itu, pagi yang sangat cerah. Cahaya matahari menyorot jendela kamarku, hingga cahaya nya menembus kornea mataku, membuat aku terbangun dari tidurku karena cahaya nya.

Aku menguap dan bangkit dari tidurku dan langsung mandi. Setelah itu, aku segera bergabung dengan mama dan Echa yang sedang asik menonton berita di tv. Ku ucapkan selamat pagi untuk mereka berdua.

"Gimana sekarang ma?" tanya ku khawatir memikirkan keadaan mama sekarang, semenjak insiden kecelakaan itu.

"Udah lumayan kok," ucap mama, mengambil dua helai roti untuk dibubuhkan selai. "sarapan dulu!" lanjutnya sambil menyodorkan roti.

"Iya," kataku. "oiya ma, jam berapa perginya?"

"Jam 11 aja."

"Oh yaudah." kataku setelah memasukkan secubit roti ke mulutku. "lo jam berapa pergi, Cha?"

"Bentar lagi, Kar," jawabnya. "ambilin itu!" perintah Echa menunjuk ke selai coklat yang ada di dekatku.

"Nih." ku ulurkan selai itu ke Echa, karena posisi duduk kami terhalang oleh mama.

"Lo hati-hati, jangan sampai macem-macem, awas aja lo." Ku panjangkan jari telunjukku padanya, dan membulatkan mataku untuk memberi peringatan.

"Ashiapp," jawab Echa setelah menelan rotinya.

Setelah semua ritual pagi selesai, kami segera bersiap-siap untuk kegiatan kami masing-masing. Echa sedang merias wajahnya untuk nge-date bareng Revan. Dan aku membantu mama menyusun berkas-berkas yang akan dibawa.

Tokk... Tokk

"Cha, bukain pintu," perintaku ke Echa.

Echa segera beranjak dari tempat duduknya dan langsung berjalan menuju pintu.

"Hay Echa," sapa Revan ramah.

"Ha.. Hayy Revan," jawab Echa, melambaikan tangan kanannya dengan lambaian kecil.

"Udah siap?"

"Udah kok," jawab Echa. "yaudah sebentar ya, Echa ambil tas dulu."

"Hay tante, hay Kara," sapa Revan pada kami juga.

Aku dan mama membalas sapaan Revan dengan ramah pula.

Setelah beberapa saat Echa datang dengan tas selempang berwarna maroon di lengannya. "Yuk," ajaknya.

"Tante, Echa pergi dulu ya," permisi Echa sambil mencium tangan mama.

"Iya, hati-hati dan jangan telat pulang!" perintah mama.

"Oke." Echa membulatkan jarinya tanda oke. "Kar, gue pergi dulu ya."

Aku mengangguk tersenyum dan segera berdiri untuk kembali menutup pintu.

"Bye, hati-hatiii," sahutku setelah beberapa langkah mereka meninggalkan kamar.

Aku kembali pada tugasku. Setelah selesai, aku berganti baju karna jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.

Tokk... Tokk

"Siapa itu Kar?" tanya mama melirik pintu.

"Eumm, Echa?" Aku bergumam. "Echa ketinggalan sesuatu mungkin, ma," kataku sambil mengikat rambutku.

"Yaudah buka gih."

Sreett

"Hay Kar," sapa Arka sambil mengangkat tangannya.

"Hai." Aku membalas sapaannya.

Arka melirik kedalam kamar. Ia mendapati mama yang sedang memasukkan berkas-berkas ke dalam map.

"Hay tante," sapa Arka ramah.

"Hay juga Arka, sini masuk," ajak mama.

Arka langsung masuk dengan perintah mama tanpa izin dariku. Arka langsung menghampiri mama.

"Lagi ngapain, tan?"

"Ini lagi menyiapkan berkas." mama tersenyum. "ngomong-ngomong ada apa kesini?" lanjutnya.

"Gak ada kok tan, main-main aja he he" jawab Arka. "Pagi-pagi kok udah rapi gini?" tanya Arka, entah kepadaku atau mama.

"Mau ke Bubutan," jawabku datar.

"Iya nak Arka, tante ada tugas disana," sambung mama. "Kalau mau ikut, ikut aja."

"Wah boleh, tante," kata Arka penuh gembira.

"Naik mobil Arka aja, bagaimana?" tawar Arka.

"Boleh juga tuh," kata mama tersenyum.

"Gak merepotkan nih?" tanya mama.

"Enggak kok, tante." Arka tersenyum.

Arka melirikku dengan tatapan nakal. " untuk calon mama mertua apa sih yang enggak," katanya dengan suara pelan, seakan berbisik padaku.

Aku tau bahwa Arka berusaha menggodaku, tapi saat itu aku benar-benar tak ingin bercanda. Aku lebih memilih diam dan melanjutkan kegiatan ku.

Setelah itu, aku dan mama segera bergegas menyiapkan semuanya, agar Arka tak menunggu lama.

"Echa mana?" tanya Arka mulai mendekati ku.

"Nge-date sama Revan," jawabku. "Emang lo gak tau? Kan Revan itu adek lo."

"Gue sebagai abang yang ganteng dan berwibawa, gak tau dan gak mau tau tentang itu," jawab Arka santai.

"Dasar, abang gak berguna," celetuk ku.

Mama datang membawa minum untuk Arka dan biskuit kelapa.

"Minum dulu, nak Arka," tawar mama. "Maaf, makanan seadanya saja," lanjut mama lagi.

Arka tersenyum. "Iya, makasih tan."

Setelah beberapa menit kemudian, aku dan mama sudah selesai mengemas barang. Aku juga sudah berkemas. Hari ini aku hanya memakai pakaian seadanya, hanya celana kulot beserta kaos putih polos kesukaan ku.

"Sudah semuanya?" tanya Arka.

Aku dan mama menganggu tanda 'iya'. Setelah itu kami segera turun ke lantai bawah dan menuju parkiran, lalu langsung ke Bubutan menaiki mobil Arka. Di perjalanan, mama dan Arka berbincang dengan seru, tapi aku lebih memilih diam menatap ke luar kaca mobil. Menurutku, mungkin akan lebih seru jika dengan Farel bukan Arka.

Pokoknya, aku tak peduli, pembahasan mereka penting atau tidak. Aku benar- benar tak peduli banyak soal itu. Terutama, karena fikiran ku lebih banyak untuk memikirkan tentang Farel. Kemana dia? Mengapa ia tak membalas pesanku?.

Arkara come back😙
Ada yang rindu gak? Ada gak?
Wahh banyak yaa hihii😁

Jangan lupa untuk beri apresiasinya berupa vote, comment dan share jika kalian suka.

    To Be Continue 🌻






Arkara [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang