Part 17

34 4 29
                                    

~Kemarin aku terlalu fokus terhadap indahnya senja, hingga aku tak menyadari bahwa masih ada pagi yang membuat jarak pandangku hanya sebatas kamu~
Natalia Karamel--

Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan kaca dari luar mobil, ternyata itu Mama.

"Eh, Mama," sapaku, setelah mama membuka pintu dan masuk ke mobil.

Mama tersenyum manis sambil meletakkan barang bawaannya.

"Hay, Tante," sapa Arka ramah.

"Hay juga, Arka." Mama membalas senyuman Arka.

"Echa udah pulang, Kar?" tanya Mama.

"Belum, Ma," jawabku. "Tapi tadi dia udah bilang, kalo Echa pulangnya sekitar jam tujuh malam," lanjutku lagi.

"Oh gitu, oke deh," kata Mama santai.

"Kita mau kemana?" tanya Mama ke aku dan Arka.

"Makan dulu, yuk," ajak Arka.

"Makan mulu lo, Ka," cibirku.

"Biarin, sewot aja lo," gerutunya.

"Kara, ada film baru loh, Mama baru download tadi pake wifi kantor," sambung Mama sembari menunjukkan layar ponselnya kepadaku.

"Wah keren tuh kayaknya, kita nonton itu aja, yuk," ajakku dengan wajah ceria.

"Yuk," kata Mama. "Kita nonton di apartemen aja," lanjutnya lagi.

"Nah, seru tuh." Aku tersenyum ceria.

"Nak Arka gimana? Mau ikut, gak?" tanya Mama.

"Boleh, Tan," kata Arka, lalu tersenyum.

Setelah itu kami memutuskan untuk pulang ke apartemen dan memilih untuk menonton film disana. Sesampainya disana, aku, Arka dan Mama langsung menyiapkan cemilan untuk disantap disaat film berlangsung nanti. Aku sibuk menyiapkan minuman dingin extra mint, Mama sibuk membuat jagung brondol, sedangkan Arka tugasnya menggoreng kentang. Sungguh, ini akan menjadi malam menonton film yang seru untukku. Apalagi, film yang berbau mistis. Ah, aku sangat suka hal itu.

Satu jam telah berlalu, makanan yang kami buat tadi sudah tersusun rapi di depan tivi. Aku dan mama pun sudah mandi dan selesai mengemas semuanya, malam ini akan menjadi malam terseru untukku jika yang bersamaku saat ini adalah Farel, bukan Arka. Tapi, aku tak terlalu ambil pusing soal itu, bukan ingin melupakan Farel, tapi aku tak ingin suasana malam ini berbalut rinduku padanya.

"Sudah siap semuanya?"  tanya Mama.

"Udah dong," jawab kami serentak.

"Buruan, Maa, buruan," desakku, agar Mama segera memutar filmnya.

"Iyaa, sabar," kata Mama, sambil mengotak-atik kabel yang ada di belakang tivi, agar filmnya bisa tersambung ke benda itu.

"Arka, lo matiin lampunya, dong," pintaku, menunjuk sekring lampu yang ada di dinding sebelah pintu.

"Oke siap." Arka mengangguk dan beranjak dari duduknya.

Sekarang, seisi ruangan sudah gelap hingga yang tersisa hanya cahaya tivi.

"Asikk," kataku bahagia.

"Bahagia banget lo kayaknya," kata Arka setelah memandangku lalu mengeluarkan senyumnya.

"Iya dong, gue suka banget nonton film mistis kayak gini," kataku ceria.

Arka melebarkan senyumnya, seakan ikut bahagia karena ekspresi bahagia dariku. Tak lama kemudian, film sudah tersambung ke tivi dan akan segera dimulai. Aku mengambil posisi duduk di tengah-tengah Arka dan Mama. Mama duduk di sebelah kiriku, sedangkan Arka di sebelah kananku, berdekatan dengan pintu.
Film sudah mulai, kamipun dengan serius menikmati film itu. Sesekali kami melahap cemilan yang sudah kami siapkan tadi. Aku menonton serius dengan boneka panda di tanganku, mama juga duduk santai dengan jagung brondol di tangannya, dan Arka duduk bersila dengan tangan yang menutup matanya separuh.

Arkara [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang