Bersama

670 83 20
                                    

Dazai membawaku ke sebuah lift, kurasa tidak heran jika ada lift di tempat seperti ini. Mengingat markas Port Mafia sangatlah tinggi. Mereka.. Tidak mungkin hanya menggunakan tangga, bukan?

Tapi satu hal yang menarik perhatianku. Rasa sakit yang begitu kuat, darah di kakiku terus sata mengalir keluar. Kurasa ini bukan luka ringan. Tetapi, melihat wajah serius Dazai untuk segera mengobati luka ini, cukup membuatku merasa sedikit lebih baik.

Sialnya saat kami akan menggunakan lift, lift itu tak kunjung terbuka. "Bertahanlah," aku masih tak percaya dapat mendengar suara ini secara langsung darinya.

"Uhm.." jawabku. Aku mencoba untuk menahan rasa sakit yang tak tertahankan ini. Aku mempererat peganganku padanya.

"Maaf,"

Ehh? Refleks aku mendongkakkan kepalaku, menatap pada wajah dingin Dazai yang sama sekali tak melihat ke arahku.

"Aku tidak tahu itu kau. Aku tidak tahu kau berada di sini. Itu pasti sangat menyakitkan untukmu,"

Apa telingaku baru saja diganti spare part dengan sesuatu yang aneh, atau yang rusak tidak hanya akhlak serta kakiku? Apa Dazai baru saja--

"Liftnya tak akan terbuka tepat waktu," tanpa mengatakan apapun lagi, Dazai membawaku menuruni tangga.

"Bukankah akan sangat melelahkan menuruni tangga sambil menggendongku?" tanyaku padanya. Aku tak bisa mengelak dengan fakta tentang berat badanku. Hanya saja--

"Maaf.. Karena aku, kau harus repot seperti ini,"

"Jangan buat aku semakin merasa bersalah karena hal ini, [YN],"

"Baiklah," apa aku salah bicara? Haa.. Walau terbiasa membuat fanfic BSD. Bukan berarti cerita ini bisa berjalan semulus yang kuinginkan.

Setelah menuruni beberapa lantai, aku tidak tahu kami di mana. Aku terlalu fokus memperhatikan Dazai sejak tadi. Aahhh seharusnya aku tak boleh lengah di dunia yang bahkan baru untukku.

Brak!

Tubuhku tersentak saat Dazai menendang sebuah pintu di hadapan kami, haruskah dia melakukannya?! Aku bisa kena serangan jantung!

Kurasa itu juga yang ingin dikatakan seorang pria yang berada di dalam ruangan itu. Pria berambut silver, berkaca mata dan warna merah yang melekat di matanya.

"Dazai-kun?! Kau mengejutkanku, kau bisa membuatku terkena serangan jantung," akhirnya seseorang mengatakan hal itu!

"Aku tidak punya waktu untuk mengetuk pintu. Ada sesuatu yang lebih darurat," Dazai membawaku masuk ke dalam.

Pria itu melihatku dengan wajah terheran heran, ia akhirnya menyadari luka di kakiku, "Ikut aku,"

Aku dibawa ke ruangan khusus yang ada di ruangan itu juga, Dazai membaringkanku di atas tempat tidur. Tempat ini seperti UKS. Tapi tempat aku berada sekarang, begitu tertutup.

"Lukanya cukup dalam. Peluru itu harus segera di keluarkan. Seharusnya kau membawa ke rumah sakit,"

"Tak ada waktu banyak untuk pergi ke sana," jawab Dazai.

"Apa boleh buat, nona izinkan aku," ia meminta izinku untuk menyentuh kakiku. Tentu aku mengizinkannya. Kakiku sudah seperti mati rasa. Ia menempelkan sebuah kapas di dekat lukaku.

Nyesssss
Begitu menyakitkan!
"Uuhh..."

Terasa sangat perih, aku tidak kuat lagi..

Aku mulai meremas sprei tempat tidur itu, untuk menahan rasa sakitku. Namun, tiba-tiba saja Dazai menggenggam tanganku. Ia tak mengatakan apapun, tapi hal itu membuatku sedikit merasa tenang.

It can't be!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang