a night to remember

26 6 2
                                    

Malam itu di balik telepon genggam; 2018

"𝘕𝘰, 𝘐 𝘥𝘰𝘯'𝘵 𝘥𝘦𝘴𝘦𝘳𝘷𝘦 𝘵𝘩𝘪𝘴, 𝘺𝘰𝘶 𝘭𝘰𝘰𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘧𝘦𝘤𝘵 𝘵𝘰𝘯𝘪𝘨𝘩𝘵..."

Kamu mengakhiri lagu yang diperuntukkan untukku dan berhasil membuatku tersenyum sekaligus menahan tawa di balik telepon genggamku sepanjang lagu itu kamu nyanyikan.

"Sekali lagi dong!" pintaku sembari menahan tawa.

"Ah, masa gue mulu! Lo dong sekali-kali!"

Suaramu mengekspresikan bahwa kamu kesal. Aku benar-benar tertawa kali ini. Membayangkan wajah kesalmu adalah hal yang sangat mudah.

Aku menggeleng. Walaupun memang tidak juga akan dilihat olehmu.

"Nggak ah, suara gue cempreng gini disuruh nyanyi. Lo aja sekali lagi,"

Benar, kamu menggerutu setelahnya. Tapi, entah kenapa kamu selalu kalah telak saat berargumen denganku. Alhasil, sekali lagi malam itu, kamu menyanyikan satu lagu untukku.

"Lagu apanih sekarang?"

Malam ini di depan komputer dan beberapa buku fisika; 2019

Percaya tidak bahwa kini, suaramu selalu aku rindukan? Lembut dan selalu berhasil membawa ketenangan. Bahkan, disaat penat menghantuiku.

Suaramu dalam perbincangan malam sebelum kita sama-sama tertidur lelap. Percaya tidak kalau kadang rasanya ingin menelponmu lalu mengatakan aku ingin sekali dinyanyikan sebuah lagu. Satu lagu saja sudah cukup.

Karena saat lelah, cukup suaramu yang bisa membuatku tenang, tersenyum, tertawa, dan bahkan melupakan segala masalah penyebab lelah.

Percaya tidak bahwa ini bukan sekedar tulisan biasa, ini benar-benar ungkapan rinduku padamu.

Tolong dipercaya, ya? Karena aku sudah tidak tahu bagaimana lagi cara menyampaikan rindu kalau kamu juga tidak percaya akan ini.

Kalau kamu juga rindu. Mari kita berbincang sebelum larut.

Once Upon a TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang