ADEO yang baru saja membuka pintu kamar lantas memberhentikan langkahnya. Cowok itu terdiam cukup lama di dekat pintu saat melihat isi kamarnya yang...sangat berantakan. Dokumen-dokumen presentasi perkuliahannya tergeletak dimana-mana. Setelah mengerjakan tugas kuliahnya hingga pukul setengah enam pagi tadi, Adeo yang baru saja menutup mata tiba-tiba harus membukanya lagi karena Messa—adiknya sebentar lagi pergi ke sekolah.
Tentu saja, sebagai kakak yang baik, Adeo harus mengantar adik manisnya itu sampai selamat ke sekolah. Bunda pernah menawarkan untuk mempekerjakan sopir, namun Adeo menolak dan berkata selama cowok itu bisa, keluarganya tidak perlu menambah pengeluaran yang tidak terlalu diperlukan.
Melihat kamarnya yang berantakan seperti ini, Adeo jadi teringat masa-masa SMA-nya bersama Zevana—tetangga masa kecilnya yang sekarang jika Adeo mengetahui kabarnya saja, Adeo akan sujud syukur.
Iya, Zevana hilang. Hilang dari dunianya Adeo.
Sebenarnya Zevana masih ada dan kalau Adeo berniat untuk mencari cewek itu, pasti sudah dari tiga tahun yang lalu ia lakukan.
Tapi Zevana sendiri yang bilang kalau gadis itu sudah nggak mau bicara sama Adeo. Bahkan melihat batang hidung Adeo pun, Zevana ogah.
Sedih ya? Kasian Adeo.
"Adeooo, lo tuh emang bener-bener nggak ada pedulinya sama hidup ya?" gerutu Zevana, gadis yang sudah memakai seragam putih abu-abu itu memukul bokong Adeo menggunakan bantal.
Ini Hari Senin dan waktu sudah menunjukkan pukul enam kurang lima belas menit. Artinya, upacara bendera akan dimulai empat puluh lima menit lagi. Tapi Adeo, cowok itu bahkan belum mandi sekarang.
"Ah, lima menit lagi!"
"Lima menit gimana sih? Lo pikir kita tinggal ngesot terus nyampe ke sekolah?" Zevana berdecak, "Bener-bener deh, malu sama burung lo, Adeo!"
"Gue nggak punya burung!"
Zevana mengerutkan kening karena heran. Gadis itu terdiam cukup lama sampai akhirnya memutuskan untuk tidak mengambil pusing ucapan cowok yang masih tidur di kasurnya ini.
"Aduh, gue kasian deh sama yang jadi jodoh lo nanti. Capek banget pasti ngurus manusia yang nggak ada mirip-miripnya sama manusia!" ujar Zevana,
"Ini lagi, kamar macam apa coba? ada tong sampah juga di pojok tapi sampahnya masih ada dimana-mana. Gimana sih?!"
Adeo yang tadinya dalam posisi tengkurap pun membalikkan tubuhnya lalu beranjak ke posisi duduk. Perlahan, kakinya menapaki karpet di bawah kasurnya itu. Adeo berdiri sambil mengucek-ucek matanya, kenapa sih dia harus tetanggaan sama Zevana?
"Dasar nenek lampir!" celetuk Adeo yang langsung ngibrit mandi sebelum mendapat balasan dari cewek yang lagi memungut bekas potongan kertas origami di bawah lantai.