[19] 🍫 Kit-Kat

2.7K 300 23
                                    

As always jangan lupa vote dan komen!
Saran dan kritikan selalu saya terima!

.

.

Irene menghela napas kasar. Ini sudah satu minggu sejak dia melamar pekerjaan, namun sayangnya semua perusahaan menolak dia. Sekarang dia sedang menuruni tangga untuk pulang menggunakan kereta bawah tanah.

Setelah membayar dengan kartu, Irene sekarang sedang menunggu kereta gilirannya datang. Dirinya disibukkan untuk membaca lembaran-lembaran kertas yang akan ia gunakan untuk melamar pekerjaan besok. Hal ini menekan batin Irene karena hidup tidak sesuai dengan keinginannya.

Irene merasa malu dan mengecewakan keluarganya, meskipun mereka tidak terlalu keberatan. Tidak lama ketika Irene mendengar pengumuman bahwa kereta akan datang, Irene berjalan ke arah garis pembatas warna kuning di lantai. Namun, dia tidak memperhatikan langkahnya karena dia berjalan sembari membaca.

"Hei, berhenti!"

Seseorang berteriak namun Irene tidak memberi perhatian lebih. Dia terus berjalan dan tiba-tiba Irene merasakan genggaman erat di lengan kanannya, genggaman itu menarik Irene ke belakang. Beruntungnya Irene bisa menjaga keseimbangan jadi dia tidak jatuh saat seseorang menariknya.

Irene menatap seorang perempuan dengan pakaian kasual. Entah dia seorang yang berkuliah atau pekerja swasta. Irene menatap perempuan itu dengan ekspresi terkejut dan bingung.

"YAH!" teriak perempuan itu.

Beberapa orang disekitar melihat ke arah Irene, itu membuatnya malu. Irene melotot ke perempuan itu karena berani berteriak padanya. Irene bisa melihat dari wajah perempuan itu, dia pasti lebih muda darinya. Perempuan itu sama sekali tidak merasa bersalah karena bersikap tidak sopan di depan Irene.

"Kamu gila?! Apa kamu pikir bunuh diri adalah jalan keluar dari masalahmu?!" marahnya.

"Bunuh diri- Siapa yang kamu bilang bunuh diri?" Irene shock dengan kalimat perempuan di hadapannya.

"Kamu... kamu terus berjalan lurus bahkan hingga melewati pembatas kuning itu. Bagaimana jika kamu akan melompat ketika kereta itu lewat, hah?!"

Irene menatap perempuan itu tidak percaya. "Aku? Aku tidak akan pernah bunuh diri."

"Lalu kenapa kamu melakukan itu?"

"Maaf aja mungkin kamu salah paham. Aku berniat untuk berdiri tepat dibelakang garis kuning itu." Irene menjelaskan. "Sekarang kamu gak perlu khawatir lagi."

Perempuan itu menghela napas, seakan ingin menyembunyikan wajah malunya. Irene melihat perempuan di depannya salah tingkah hanya bisa tersenyum tipis. Irene mengerti mungkin aksinya seperti ingin melompat ke arah rel dan perempuan ini berpikir dia ingin bunuh diri. Irene tidak menyalahkannya, justru dia kagum dengan perhatian perempuan ini.

"S-siapa bilang aku khawatir?" Perempuan itu bertanya. "Gak ada yang mengkhawatirkanmu disini."

Irene hanya menggeleng. "Tapi, makasih. Aku paham maksudmu."

Perempuan itu hanya terdiam. Irene mengambil beberapa langkah, memberi ruang antar dirinya dan perempuan itu. Saat kereta telah tiba, tiba-tiba perempuan itu mendekati Irene.

"Ini keretaku. Kamu ikut?" tanyanya.

Irene menatap kereta di hadapannya. Ternyata bukan tujuannya, dia menggeleng. "Bukan."

Perempuan itu merasa malu dan akhirnya pamit dan hendak masuk ke dalam kereta. Namun dia berputar dan kembali ke arah Irene. Irene mengangkat kepalanya dan memasang ekspresi bingung.

Oneshoot » SeulreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang