[4]

1K 36 0
                                    

Masa lalu layaknya batu loncatan sebelum menempuh masa depan.

MANTAN

Setelah perjalanan pulang diantar oleh Freya, Tasya pun merebahkan tubuhnya sebentar dikasur sebelum mandi sore. Dan menerawang jauh ke dua tahun sebelumnya.

"One day, aku harap bisa nikah sama kamu dan emang kamu jodoh yang tuhan takdirkan buat aku. I love you," ucap seorang pria yang tengah duduk sambil merangkul seorang perempuan dan menatap indahnya senja.

"Kejauhan, ish. But, I hope that too. And I love you too," balas perempuan itu kemudian mendongakan kepalanya untuk menatap pria tersebut dan kembali menyaksikan indahnya senja sore hari.

Ia tersadar, bayangan itu pun buyar. Kisah cinta yang diharapkan berjalan mulus namun malah sebaliknya harus kandas tanpa kejelasan. Karena hilangnya sang pria tanpa jejak dan kabar.

"Move on Sya. Mantan segala dipikirin," ujarnya bermonolog. Lalu bangkit dan bergegas segera mandi untuk menghilangkan semua rasa lelah yang menyapa tubuhnya.

Tidak lama hanya sekitar 15 menit, ia sudah selesai dan siap dengan kaos dan celana pendek sedikit diatas lutut khas perempuan ketika sedang di rumah. Kemudian dilanjutkan dengan duduk didepan cermin sambil berdandan tipis. Setelah siap ia pun melangkah turun untuk mencari makanan penghilang rasa laparnya.

"Mah," teriak Tasya

"Dimana mah?" Teriaknya lagi

"Disini Sya, lagi angkat jemuran di belakang rumah," balas mamahnya juga sambil berteriak.

Ia pun berjalan ke arah dimana mamahnya berada.

"Mah udah selesai, mau aku bantuin gak?" tanya Tasya menawarkan bantuan

"Gak usah, dikit kok jemurannya. Tumben nyamperin, aya naon atuh?" Mamahnya bertanya heran. Pasalnya, anaknya ini sepulang sekolah akan sangat jarang keluar dari kamarnya, seakan asik dengan dunianya sendiri.

"Tasya tuh lagi lapar. Mamah hari ini masak apa?"

"Tadi mamah udah masak tempe, goreng ayam sama sup gih makan."

"Makasih mamah sayang."

"Ada maunya aja ngomong sayang."

"Beneran ih, Sya sayang loh mah," cengirnya

"Iya percaya, udah sana makan."

"Oke, dah.." ucap Tasya melangkah masuk untuk kembali ke rumah dan mengisi perutnya yang lapar itu

Selesai mengangkat jemuran ibunya pun menyusul masuk ke dalam rumah dan berpapasan dengan sang anak yang tengah makan.

"Kak nanti kalau udah selesai makan beliin roti sama selai yah ke supermarket," pinta mamahnya

"Jangan kak deh manggilnya, Sya aja mah," kesal Tasya, karena panggilan itu menunjukkan seakan dia masih anak kecil.

"Gak apa-apa dong, Sya."

"Gak mau ih."

"Biarin."

"Gak mau."

***

Dilain tempat, seorang pria tengah duduk di balkon kamarnya sambil melamun memikirkan perempuan yang sebelum dua tahun ini selalu mewarnai hari harinya. Seseorang yang pernah mengisi kekosongan hatinya dengan tingkahnya yang ceria dan menggemaskan.

Ia rindu, sangat rindu.

Seandainya insiden itu tak terjadi, dia yakin masih bisa bersama-sama dengan gadis itu sekarang.

"Hayo, lagi mikirin apa lo?" Kejut seorang perempuan sambil menepuk pundak saudara laki lakinya. Laki-laki itu bernama Angga.

Dia — Angga yang dengan seenaknya meninggalkan perempuan sebaik dan seceria Tasya tanpa alasan.

"Ck! Ganggu lo," ungkap Angga sambil mengelus dadanya karena kaget dan perempuan yang mengejutkan nya hanya terkekeh kecil sambil membentuk tanda damai dengan lengannya.

"Loh, kok belum prepare buat besok? Kan kita mau pindah sekolah," tanya Dinda karena melihat Angga yang kelewat santai belum melakukan persiapan apa pun.

"Ngapain? Tinggal berangkat doang, gak perlu susah - susah siapin apa pun kali," jawab Angga dan Dinda yang mendengarnya pun memutarkan bola matanya malas.

"Yaudah, kalau gitu anterin gue keluar. Mau jalan jalan sekalian jajan," pinta Dinda pada kakaknya.

Angga yang mendengar permintaan adiknya pun seketika dengan sigap masuk ke kamar dan langsung pura pura acuh tak mendengar apa apa.

Dinda pun buru buru menyusulnya, dan seketika menghembuskan nafasnya kasar . Kakaknya sungguh menyebalkan.

"Oh gitu, mau aku aduin bunda, ah!"  ucap Dinda berpura - pura melenggang dari kamar.

"Ck, aduan lo. Sana keluar duluan, gue anterin."

See? Angga pun menuruti kemauannya. Dinda pun dengan senang hati pergi ke kamarnya dan bersiap karena hendak pergi.


bersambung...


Kira kira ada yang bisa nebak gak kedepannya gimana?

Ramein dong part ini sama komenan kalian.

See you next part

MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang