Kelas itu masih berlangsung, dengan Kai yang tetap saja pada kantuknya, yang tak kunjung mereda. Tak seperti biasanya, suasana pelajaran kali ini sangat serius, akan menghadapi ulangan sepertinya. Karna biasanya, pak Tisna mengajar dengan santai, dan sesekali melirik handphone miliknya.
Lain lagi di kelas 10 Ips3, yang sangat ribut, terlebih lagi mereka sedang mendapatkan jam kosong karna ketidakhadiran gurunya itu, apalagi lucas dan haechan yang dipersatukan di kelas itu, kalian bisa bayangkan betapa gaduhnya mereka saat itu.
Hayoo kebayang gak keadaan kelasnya kayak gimana:V
Tak lama kemudian bel pulang pun berbunyi dan semua siswa/i berhamburan, ada yang bergegas pulang, ada yang nongkrong di kantin, meminjam buku ke perpustakaan seperti krystal contohnya.
Krystal memang sangat tertarik dengan buku, terlebih yang berbau fantasi. Saat itu dia tidak pergi ke peepustakaan sendiri, namun bersama Chen kakaknya itu, sebenarnya lucas ingin ikut tadi, namun dilarangnya karna ia tahu bahwa temannya itu akan sangat gaduh.
Chen sangat setia mengekori adik perempuannya itu yang tengah asyik memilih buku, namun ia berpaling saat melihat sebuah buku yang menarik perhatiannya tanpa dihiraukan oleh krystal.
"Ayah ... Bukunya andrea hirata ni, kayaknya seru" batin Chen
"Mau minjem buku juga kak?"
"Heem"
"Yaudah ayo"
"Kamu udah? Kok tumben cepet"
"Buku yang riri cari gak ada, kita ke toko buku aja, ohya buku itu gak usah minjem, riri punya kok"
"Ooh ok"
Mereka berlalu pergi beberapa menit sebelum perpustakaan tutup, dan menuju toko buku.
______________________________________
Anak laki-laki itu sendiri lagi, kini ... Dalam lamunannya, ditengah ruang kosong bagai tak berpenghuni ia merebahkan badannya, merenungi hidupnya yang tak sesempurna angannya, mencoba menerka apakah esok akan lebih baik atau menyenangkan, apakah dia dapat melupakan pedih atau tetap pada jawaban tidak yang datang disetiap harinya. Ada kalanya ia merasa iri dengan kehangatan dan senyum renyah dalam rumah, keluarga lain. Ya ... Bisa dibilang dia anak broken home, setelah penandatanganan surat tanda setuju atas perpisahan orang tuanya, ia berharap mendapat kasih sayang setelah itu namun tak kunjung terkabul, namun ia tak ingin seperti remaja lain yang menghancurkan jalan mereka karna hal ini, ia masih memiliki mungkin lebih dari satu harapan lagi, mengenai kasih.
Dia Lucas ... dengan tatapan kosongnya, dengan deru nafasnya yang kian menjadi tangis, dengan kacau pikirannya, dengan sunyi yang menjadi sahabatnya kini. Dia tak pernah ungkap keadaan ini, pada siapapun, ia juga hanya ditemani seorang pembantu yang akan pulang jika sore menjemput, mbok darmi ... Yang merawatnya sedari kecil.
Toktoktok
Terdengar suara ketukan pintu yang membuyarkan lamunannya.
"Masuk bi"
"Den, bibi pulang dulu ya, makanan nya udah dibikinin, sama pintu jangan lupa dikunci yo den"
"Iya bi, bi ... Makasih" ucap lucas yang memanggil bi sumi kembali.
"Iyo den" balasnya dengan senyuman yang selalu ia berikan.
Bi sumi memang sudah menganggap lucas sebagai anaknya sendiri, karna ia sudah merawat Lucas selagi ia masih bayi saat ibunya baru melahirkannya. Lucas hanya mempunyai neneknya yang selalu menjenguknya sebulan sekali, ataupun dia yang datang sendiri ke rumah neneknya itu, sebenarnya ibunya masih ada, namun dia tak pernah datang menemui anaknya itu, bahkan krystal teman kecilnyapun tak pernah tahu menahu tentang neneknya Lucas, namun ia sudah menduganya bahwa orang tua lucas tak pernah pulang dan hanya mengiriminya uang setiap bulannya.
Karna setiap ia datang ke rumahnya, yang selalu ia lihat hanyalah mbok darmi dan senyapnya rumah yang mampu menjelaskan segalanya.