Bukan Kambing Hitam

20 2 0
                                    

Ika baru saja pulang dari rumah ayahnya, dia senang bisa bertemu dengan ayahnya setelah hampir satu bulan mereka tidak bertatap muka dan bermain bersama. Namun baru sampai dirumah bunda, Ika sudah di intrograsi dengan bermacam pertanyaan dari sangbunda.

"Ayah cerita tentang apa aja ke Ika?", tanya bundanya. Gadis 9 tahun itu tertunduk sambil memainkan boneka sapi untuk mengalihkan perhatian dari sang bunda. Ika tahu kalau dia bersuara bunda akan semakin bertanya, ika tahu apabila ia bercerita pasti hubungan orangtuanya akan semakin buruk.

"Ika lihat bunda!", Ika mendongakkan kepalanya menatap wanita didepannya, lalu menunduk lagi. Ika hanya tidak ingin bundanya marah marah sampai sakit lagi. Ika tidak ingin ayahnya sedih dan jadi pendiam. Ika hanya ingin orangtuanya tidak mendapatkan masalah, apa lagi masalah itu gara gara Ika.

"IKA!", gadis kecil itu tersentak. "Oh, Ika lebih suka sama ayah ya dari pada sama bunda?" Raut wajah bunda menggelap, tatapan matanya seolah menghakimi. Kenapa bunda harus tau apa yang dilakukan Ika dengan ayah, kenapa bunda selalu berprasangka buruk tentang ayah.

"Ayah ga cerita apa apa bun, Ayah sama Ika cuma main bareng"
"Bohong!", tukas bunda. Ika tidak tahu lagi apa yang harus ia katakan agar bunda percaya padanya. "Ika ngomong beneran, kok bunda ga percaya", ucap Ika dengan nada sedihnya. "Bunda, Ika laper mau makan!", Ika mencoba mengalihkan perhatian.

Mata bunda memerah, matanya mulai berlinang air. Bundanya akan menangis dan ia kebingungan. Apa yang salah? Ika hanya berusaha berucap jujur. "Bunda tau, Ika gak sayang lagi sama bunda kan!" Ika menggeleng dengan cepat.

"Ika sayang bunda, Ika juga sayang ayah. Bunda jangan nangis", Suara Ika sampai ikut bergetar dengan tangannya yang coba meraih wajah bundanya namun bunda menghindar. Sebenci itukah bunda dengan ayah? Kenapa?

"Terus, kalo Ika sayang sama bunda. Ika ga mau ngomongin apa yang ayah ceritain tentang bunda ke Ika? Ayah pasti ngomongin yang jelek jelek kan jujur?", Bunda kian menuntut.

Ika hanya terdiam, dirinya semakin terpojokkan. Ika hanya gadis kecil yang ingin bahagia dengan orangtuanya. Ika hanya ingin keluarganya baik baik saja dan bisa bermain bersama. Setidaknya Ika harap, ayah dan bundanya tidak lagi bertengkar dan berdamai satu sama lain.

Ika menatap bundanya. "Ayah bilang Ika boleh kerumah ayah kapanpun Ika mau. Terus Ika boleh ajak bunda!",Ika berucap dengan nada cerianya.

Bunda memundurkan badanynya, lalu menatap Ika dengan tajam. Wanita itu mengusap pipinya yang basah.

"Kamu tahu Ika, Dari pada punya anak perempuan yang ga mau nurut sama cerita sama bunda, mending bunda cari anak perempuan lain di panti asuhan. Bunda nyesel punya anak kayak kamu"

Ika tidak paham apa yang bunda maksudkan. Yang Ika tangkap, bunda tidak menginginkan Ika lagi. Apa bunda benci Ika?

SCARECROWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang