Peringatan

11 1 0
                                    

Danis dan ketiga temannya terus berlari tanpa tau kemana mereka melangkah.

Berlari ditengah gelapnya hutan. Entah apa yang terjadi pada hutan ini, hutan yang tak pernah merasakan hangatnya sinar matahari. Hanya gelap yang terjadi di sini.

"Ndy kita harus balik kesana ndy" ucap danis mengacak rambutnya frustasi

Hingga mereka memilih berhenti, rasanya cukup jauh mereka berlari.

"Ngga sekarang nis gue ngga berani" balas sandy masih dengan mengatur nafasnya yang ngos ngosan
Sementara pandji masih menenangkan cessy yang masih menangis

"Tapi gue udah janji bakal bawa fesa kluar ndy" ucap danis ngotot

"Iya gue tau nis tapi ngga sekarang ini udah malem dan ada roh yang masuk ke tubuh fesa" ucap sandy menegaskan

"Gue nyesel ndy ajak kalian kesini ini semua salah gue" ucap danis yang marahnya sudah mereda diganti rasa penyesalan.

"Nis ini bukan salah lo kita semua kesini atas kemauan masing masing jadi lo jangan salahin diri lo sendiri" ucap sandy menenangkan

"Tapi ndy fesa gimana dia pasti ketakutan disana ndy gue juga udah janji sama tante sinta dan om rama buat jagain fesa"

Sinta dan Rama adalah orangtua Fesa, dimana mereka sangat mengenal anggota blood.

"Niss lo juga harus pikirin keslamatan kita lo tenang dulu besok kita balik ke gubuk itu" ucap sandy

Danis pun hanya mengangguk pasrah. Hanya bisa menunggu hari esok tiba dan kembali menjemput fesa.

Kini mereka duduk diatas tanah yang penuh dedaunan. Menyenderkan tubuhnya pada pohon besar.

Malam yang dingin mereka lewati tanpa tidur sama sekali. Sebenarnya bukan mereka ber empat tapi hanya sandy dan danis yang masih setia membuka mata.

Tak terasa lagi telah tiba, cuitan burung yang bersahut-sahutan membangunkan pandji dan fesa yang tidur semalaman. Tapi suasana hutan ini masih saja gelap.

"Yaudah yuk, kalian udah bangun. Sekarang kita kembali ke gubuk buat jemput fesa" ajak danis semangat

"Oke" jawab ketiga temannya serempak.

Lalu mereka mulai melangkah, meninggalkan tempat yang dari kemarin mereka tempati untuk istirahat.

Danis mempimpin berjalan didepan, sedang yang lain mengekor dari belakang takut jika fesa masih dirasuki roh.

Sekitar 20 menit mereka sampai di gubug. Itu tandanya mereka berlari cukup jauh.

Pintu gubug masih terbuka, nampak dari luar fesa yang masih berada di dalam dengan kepala menunduk, menampakkan rambut panjang yang menutupi wajah cantiknya.

"Fes lo ngga papa" tanya danis was was ketika mendapati gadis itu berdiri di balik pintu gubug.

"napa sampeyan kabeh mrene"( kenapa kalian kesini) . Tanya Fesa yang membuat mereka terkejut

"Omong apaan sih kaga paham gue" ucap sandy dengan wajah polosnya

"Kita mung pengin ngerti ing kene, nuwun yen keganggu sampeyan" (kita hanya ingin tau tempat ini maaf jika mengganggu kamu). Jawab pandji yang sedikit mengerti bahasa.

"Kulo sampun ngelingake sampeyan supaya ora teka, sampeyan isih teka, iki minangka asil" (saya sudah memperingatkan kalian untuk tidak datang tapi kalian tetap datang, ini lah akibatnya"ucap fesa yang suaranya menyerupai orang tua.

Mereka semua hanya diam, tak mampu membuka mulutnya. Rasa takut dan rasa kasihan pada fesa tercampur jadi satu.

Danis panik. Takut terjadi apa-apa pada fesa. Mulutnya mencoba dibuka, ingin membantu sahabat perempuannya ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEATH NOTE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang