Pulang

2.5K 284 57
                                    

Tzuyu mengeluarkan pakaiannya dari lemari dan melemparkannya asal ke atas kasur

Sana hanya memandanginya tanpa berkata apapun.

Badan Sana lelah, begitu juga pikirannya.

Sikap Tzuyu yang berubah menjadi dingin dan tutur bahasanya kembali seperti di awal mereka menikah

"Gamau beres beres sekalian?" Tanya sang suami dengan memandangnya lewat cermin lemari pakaiannya

Sana membuang nafas panjang dan beranjak dari tempat tidur

"Minju sama aku ya? Please!" Sana tak henti memohon.

Setelah terjadi perdebatan yang panjang akhirnya Sana dan Tzuyu sepakat untuk bercerai.

Saat ini mereka bersiap siap pulang ke Indonesia untuk mengurus perceraian.

"Engga San, tujuan gue nikah juga buat anak ini bukan buat lu" kalimat itu jelas membuat Sana tersinggung

Namun Sana tak ambil pusing, saat ini yang ia pikirkan hanya ingin membawa pulang anaknya bersama dirinya

"Eh boleh deh Minju sama lu tapi gue ga akan biayain. Minta aja ke Dahyun, suami orang" cibir Tzuyu dengan menyebutkan nama pria yang boleh di bilang menjadi pengahalang antara dirinya dan Sana

Tzuyu sempat jatuh cinta kepada Sana, namun saat ini rasa bencinya jauh lebih besar.

Sana masih ingat dengan mantan kekasihnya itu dan jelas membuat Tzuyu tak ingin larut dengan perasaannya lalu memilih memandamnya. Perpisahanlah yang menurutnya jalan terbaik untuk melupakan perasaannya kepada Sana

"Gue murah banget di mata lu Tzu?" Sana yang terbawa suasana ikut terpancing emosi

Sana menatap Tzuyu begitu lekat dengan genangan air mata yang hampir memenuhi sudut matanya

Si dingin Tzuyu membalas pandangan itu tanpa memasang ekspresi sama sekali. Hatinya seakan membeku walaupun melihat keadaan sang istri seperti itu

"Ini kan yang lu minta? Kita sepakat buat cerai kan? Untung kita engga cerai pas Minju lahiran. Gue masih punya hati ya, terlalu jahat kalo gue harus misahin ibu sama anaknya yang baru lahir" jawab Tzuyu dengan suara baritonnya begitu tegas

"Tzu, Minju masih butuh ASI loh dan kamu bilang ga tega pisahin anak sama ibu nya?"

"Gue bisa beli susu formula!" Tzuyu menjawab cepat dan singkat lalu melangkah pergi karena air mata Sana sudah bercucuran turun dari manik matanya yang indah itu

"Sebenernya apa sih masalahnya? Kita gaperlu cerai kan?" Kali ini Sana yang beberapa kali menyanggah tentang perceraian ini

Bagaimanapun Sana mulai terbiasa dengan ayah anaknya itu. Tzuyu sangat baik padanya dan itu menbuatnya nyaman. Walaupun bayang bayang Dahyun terkadang selalu hadir secara tiba tiba. Namun sekarang ia sudah mulai membiasakan untuk melupakan mantan kekasihnya itu

"Apa ini karena Dahyun?"

Tzuyu hanya diam tidak menjawab pertanyaan itu.

Egonya terlalu tinggi jika mengatakan ia sekarang tengah cemburu dengan pria yang pernah menjadi sahabatnya itu.

"Aku sadar Tzu, Dahyun udah jadi suami orang dan sekarang kamu suami aku dan kita punya anak. Kalo bener ini alasannya Dahyun, aku gamau kita cerai" Sana menarik tangan Tzuyu agar ia bisa melihat matanya

Jika sedang berbincang serius, ia selalu memandang mata lawan bicara untuk mengetahui kebohongan atau tidaknya setiap kalimat yang lawan bicaranya utarakan

Tzuyu mendengus, ia pasti kalah kali ini. Tzuyu tak sanggup melihat mata Sana

"Aku tanya sekali lagi. Ini karena Dahyun?" Tangan Sana menangkup kedua pipi Tzuyu agar sang suami tak menghindari kontak mata

"Lu apaan si? Mau hipnotis gue?"  Tzuyu berusaha melepaskan genggaman tangan Sana namun gagal

"Jawab!"

"Gue suka lu sebagai ibunya Minju, gue suka kalo lu masak buat gue di rumah, gue suka lu yang paham banget tentang gue kalo lagi cape tapi gue gaterima kalo tau kenyataannya gue gabisa gantiin posisi Dahyun" Sana paham dengan ke khawatiran Tzuyu

Ia melepaskan tangannya dari pipi Tzuyu

"Oke kita beres beres" Sana mulai merapihkan pakaiannya ke dalam koper

Tzuyu tak bergeming beberapa menit. Ia bahkan terkejut dengan kalimat yang ia lontarkan barusan

"Bener, percuma kita lanjutin pernikahan ini" kalimat yang keluar dari mulut Sana sukses membuat Tzuyu tersadar dari lamunannya

"Percuma jalanin hubungan kalo kamu engga bisa percaya ke pasangan kamu"

"Tapi kamu harus tau, semua butuh proses"

"Dahyun sama kamu punya tempat masing masing di hidup aku. Kedepannya selepas kita pisah dan ada orang baru di hidup aku pasti dia juga harus berjuang buat gantiin posisi mantan pacar aku dan mantan suami aku. Karena mereka berdua sulit banget buat aku lupain"

"Kamu takut Minju serba kekurangan kan sama aku? Oke, aku tau diri tapi jangan larang aku ketemu Minju"

Tzuyu menjadi pria mellow akhir akhir ini. Terkadang ia menangis jika sedang sendiri. Dia seorang pria, baginya menangis di depan orang lain akan merusak reputasinya sebagai pria macho

Namun kali ini berbeda, air matanya turun begitu saja mendengar penuturan Sana

Ia melangkahkan kakinya untuk mendekati sang istri yang sudah sedari tadi kacau karena tak henti menangis

"Ketakutan kamu itu cuma jadi penghalang buat kita. Kamu itu tau arti dari berjuang tapi engga kasih aku kesempatan. Kamu mau bantu aku lupain luka lama aku tapi kalo dengan cara kayak gini kamu malah bikin luka baru buat aku"

Tzuyu memeluk tubuh Sana dari belakang, ia menangis tersedu di bahu Sana

Anaknya, pernikahannya dan rasa takutnya. Ketiga hal itu terus berputar di kepalanya.

Tzuyu tidak sanggup berkata apa apa lagi.
















Ku menangis~ membayangkan~

We're Already MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang