Vanessa mengajak Arkan menonton film bergenre horor kesukaan dirinya. Selama didalam bioskop Vanessa terus mengalungkan tangannya dengan tangan Arkan. Sesekali juga dia menyembunyikan wajahnya di bahu Arkan saat melihat Adegan film yang cukup menyeramkan. Arkan sedikit merasa bingung pada Vanessa yang katanya suka film horor tapi malah ketakutan kayak gini.
Vanessa menyenderkan kepalanya di bahu Arkan yang pipinya menempel di sela rambut Vanessa.
Setelah menonton film. Vanessa mengajak Arkan untuk sekedar berkeliling di dalam Mall. Sesekali dia memasuki sebuah toko untuk melihat apa yang menarik dimatanya.
Vanessa memasuki sebuah toko Aksesoris saat tertarik melihat sebuah kacamata. Arkan mengekori Vanessa dari belakang.
Vanessa mengambil satu kacamata dan dipasangkan ke Arkan. "Coba lihat sini." dia menggeserkan tubuh Arkan ke arah Cermin. Arkan terkekeh melihat dirinya menggunakan kacamata berbentuk love.
Setelah melihat-lihat beberapa Aksesoris Vanessa memilih untuk membeli kalung yang sebelumnya sudah diperlihatkannya kepada Arkan.
Tanpa mereka sadari waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam. Sebelum pulang Arkan mengajak Vanessa makan malam dulu setelah itu mereka akan pulang karna sedari tadi Mama Arkan terus menelfon dan SMS menyuruhnya segera pulang.
Makan malam telah selesai. Vanessa mengambil tasnya lalu pergi mengekori Arkan ke parkiran untuk pulang kerumah.
Arkan telah sampai di depan rumah Vanessa. "Ngga sadar ya waktu terasa cepat banget. Tau-Tau udah malam aja." Ucap Vanessa terkekeh.
"Iya lo bener." Jawabnya ikut terkekeh.
"Eh btw makasih ya. Udah Quality Time bareng gue." Vanessa tersenyum malu-malu.
"Sama-sama. Yaudah gue pulang dulu ya. Mama dari tadi cerewet." Pamit Arkan diangguki Vanessa.
Arkan mulai menghidupkan mesin motor. Saat dia ingin menarik laju gas nya. Vanessa mencekat tangan Arkan membuat sang empu menoleh. "Ada apa?." Tanya Arkan sambil membuka kaca helm.
"Aku suka sama kamu."
☆☆☆
Berjam-jam lamanya Cherry terus menunggu Arkan didepan gerbang rumah nya. Dia tidak tahu kemana Arkan pergi begitu juga May Mama nya sendiri.
May mengira Arkan pergi bersama Cherry meskipun asumsinya meragukan hal seperti itu terjadi tapi siapa tahu mereka pergi bersama.
Saat tahu Arkan tidak pergi bersama Cherry. May terus SMS dan menelfon putranya beberapa kali yang ditolak anak semata wayangnya membuat dia geram karena berani menolak telfon ibunya sendiri.
Beberapa kali dia bolak-balik di depan gerbang menunggu Arkan. Namun Sekarang dia memilih duduk di depan gerbang dengan kedua kaki ditekuk di depan dada.Tangannya memeluk kedua kakinya lalu wajahnya di ditenggelamkan dikedua lulut miliknya. Dia mulai mengantuk sedari tadi menunggu Arkan.
Deruman mesin motor terdengar hingga ke telinga Cherry dia mendongak ke arah suara. Arkan menurunkan standar motornya dengan mesin yang masih menyala. Dia membuka gerbang lalu kembali memasukkan motor miliknya.
Cherry sudah bangkit dari duduknya dia menemui Arkan yang sedang membuka helm. "Arkan dari mana kok ngga bilang sama Cherry mau pergi?." Tanya Cherry.
"Bukan urusan lo gue mau pergi kemana aja." Jawab Arkan melangkah menuju pintu rumahnya.
"Apa tadi Arkan pergi sama Vanessa?." Tebaknya. Arkan berbalik Arah menghadap dirinya.
"Mau pergi sama siapapun, yaa suka-suka gue lah.lo ngga berhak tahu" Arkan kembali melangkah dia sudah sampai di depan pintu.
"Kenapa Cherry ngga berhak Tau? Kan Cherry pacar Arkan."
Arkan membuka knop pintu lalu menutupnya dengan keras. Dia berdiri di balik pintu. Meninggalkan Cherry yang masih berada di depan pintu tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.
Cherry meneteskan air matanya. Lagi-lagi Arkan seperti ini. Terus menerus dingin dan ketus padanya. Tak ada sedikitpun sisi hangat darinya yang bisa membuat Cherry bahagia.
☆☆☆
Ting!
Notif handphone Cherry+6289571-----
+6289571-----
"Jangan lupa janji lo!."Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal dibaca Cherry Sambil menahan isak tangis dia mengacuhkan isi pesan tersebut. Mungkin itu salah nomor. Sejak kapan dia punya janji pada seseorang. Dia tak punya teman untuk sekedar membuat janji.
Ditengah isakkan tangisan. Tiba-tiba dia terpikir pada ucapan Karel. Cherry semakin terisak dan menangis sejadi-jadinya. Teringat janjinya pada Karel, sungguh malang nasibnya sudah dicuekin Arkan kini mendapat peringatan dari Karel.
Ting!
+6289571-----
"Gue ngga suka ya lo cuekin tanpa ngebalas chat dari gue!."Cherry tak bermaksud mengabaikan pesan dari Karel. Dia cuma bingung mau membalas apa. Pesan itu ditatapnya tanpa berniat lagi untuk membalas.
Drrtt drrtt drrrtt
+6289571-----
Is Calling...Digeser tombol hijau untuk menjawab panggilan. Perasaaan takut dirasakan Cherry, untuk mengeluarkan satu katapun bibirnya terasa keluh.
"Ha-halo?." Cherry menahan isak tangisan.
"Gue udah bilang kan, gue ngga suka di cuekin. lo ngga ngerti juga hah!." Bentak Karel.
"Aku juga ngga suka di cuekin...huuaaa." tangis Cherry pecah mendengar bentakkan dari Karel. Dia sedikit mengeluarkan perasaan sakitnya meskipun seharusnya bukan dikatakan pada Karel.
"Apa? Yang di cuekin itu gue bukan lo. Eh tunggu. Lo-lo nangis?." Karel sedikit panik mendengar isakkan tangisan yang begitu jelas di telinganya.
Bukannya menjawab Cherry terus menangis. Tak perduli pada ocehan Karel yang terus menyaring. Setidaknya dia sedikit lega ada juga yang perduli padanya.
"Karel, aku ingat janji kamu. Maaf tapi aku lagi ngga didalam mood yang baik." Cherry mematikan sepihak telfonnya dia berharap semoga Karel bisa mengerti kondisinya.
☆☆☆
"Halo, Cher, cher."
Tut...tut...tut
Karel memandang handphone nya yang dimatikan sepihak oleh Cherry. Rasa khawatir menyelimuti dirinya mendengar isakkan tangisan Cherry. Dan juga kesal, mungkin begini rasanya saat telfon di matikan sepihak.
"Jadi gini rasanya Diki kalo gue matikan sepihak telfonnya." Gumam Karel yang masih didengar samar-samar oleh Diki.
"Ha apa boss?." Sahut Diki saat mendengar namanya disebut.
"Habis nelfon Cherry?." Tanya Mario mengalihkan pertanyaan Diki.
"Iya...Dia nangis." Jawab Karel bingung.
"Nangis?." Diki dan Mario saling melihat satu sama lain lalu kembali menatap Karel bersamaan.
"Apa? Kenapa kalian liatin gue kayak gitu?." Tatapan Mario dan Diki tak lepas dari pandangan Karel.
"Bukan gue yang buat dia nangis." Bela nya, memang dia kok yang bukan buat Cherry nangis. Ngga salah dong kalo dia membela diri.
☆☆☆
Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry Heart♡
Teen Fiction#13 cherry (04/07/2020) #667 heart (04/07/2020) #955 perjuangan (05/07/2020) ~~~ Berpacaran dengan Arkan suatu kebahagiaan bagi Cherry untuk terus memperjuangkan Cintanya yang sering dibalas dengan Sikap dingin dari Arkan. Yap, Arkan selalu bersikap...