Chapter 5

703 51 17
                                    

Sebelum ke percetakan Zea mampir ke cafe karena kemarin nggak jadi datang,  setelah masuk ke ruangannya langsung disambut oleh Lily.

"Gimana urusan booking kemarin, Ly... deal? ".

"Alhamdulillah kak".

"Ok,  aku percaya kamu, aku mau ke percetakan,  tapi masih cek laporan yang kemaren".

"Iya kak,  saya kebawah dulu".

Setelah selesai mengecek semua laporan cafenya,  Zea berangkat ke percetakan .

Sementara di apartemen Fathir masih membahas masalah kontrak dengan kliennya bersama Vita sekretarisnya.

"Pak Sasongko minta ketemuan diluar pak sekalian makan siang katanya".

"Kapan?".

"Lusa",  Fathir berfikir .

"Mbak ada rekomendasi tempat makannya?".

"Kalau di restoran jepang gimana?", usul Vita. Fathir mengerutkan kening dan menggeleng.

"Ok, kita ketemu di Cafe senja jl Raden Saleh aja",  putusnya.

"Baik pak akan saya sampaikan".

"Kalo tidak ada yang perlu dibahas lagi cukup sampai disini dulu, soalnya saya masih ada keperluan", dia menghindar dari tatapan mata Vita yang dari tadi seakan mau menerkamnya.

"Baik pak, assalamualaikum".

"Waalaikum salam",  jawabnya sambil menutup pintu .

Tak terasa jam menunjukkan pukul 11.30. Lama juga barusan ngebahas kontrak dengan sekretarisnya, dia bingung mau ngapain, mau telpon istri nggak ada nomer HP, "bodoh",  batinnya. Akhirnya dia nyalain tv sambil menunggu istrinya pulang, ee.... dia terlelap deh....

                 @@@@@@

Zea memasuki apartemen dengan membuka pintu perlahan,  ruangan sepi, cangkir masih tergeletak diruang tamu,  sambil membawa cangkir ke dapur dia melintasi ruang tengah dan melihat suaminya tertidur pulas, tak sadar dia tersenyum.

Sambil melangkah perlahan masuk kamar untuk ganti baju, tapi belum sempat membuka jilbab suaminya masuk kamar dengan wajah masih ngantuk.

"Hehhh...... bikin kaget aja",  seru Zea. Fathir hanya nyengir tak menanggapi langsung naik ketempat tidur dan merebahkan dirinya.

"Jadi kan kita belanja", katanya dengan mata masih terpejam.

"Kalau kakak ngantuk besok juga nggak papa".

"Jangan, aku lapar, kita makan di cafe senja yuk",  ajaknya lagi sambil bergelung memeluk guling. Zea kaget sambil menoleh kearah suaminya.

"Serius?", Fathir mengangguk tapi matanya tetap terpejam.

"Masakannya persis masakan kamu", katanya lagi tetap memejamkan mata.

"Nggak malu juragan bareng pembantu",  sontak mata Fathir terbuka.

"Mulai deh, ntar aku peluk tau rasa kamu, ingat aku suamimu lo".

"Lah.... kakak sendiri yang buat peraturan itu, malah tadi masih ngaku sodara sama sekretarisnya".

"Udah ah,  habis sholat kita berangkat", katanya lagi sambil memejamkan matanya. Zea tak menanggapi langsung masuk kamar mandi untuk  mandi dan wudlu, 15 menit mereka siap sholat dhuhur. Setelah selesai merekapun keluar.

"Bawa motor ya Ze".

"Apa nggak ribet ntar bawa belanjaanya?", tanya Zea.

"Belanjaan banyak nggak?".

Pernikahan yang tak diinginkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang